Ciri-ciri Dajjal / Pengikut Dajjal:
1. Gemar Berdusta / Fitnah memutar balikkan Fakta sehingga Api terlihat sbg Air dan Neraka seperti Surga
2. Gemar Namimah / Adu Domba
3. ‘Ashobiyyah yang berlebihan terhadap kelompoknya sehingga
menghina Muslim lainnya yang tak sepaham dgn mereka. Bahkan Ulama Al
Azhar pun mereka serang dan kafirkan
4. Mengaku paling Suci, paling benar, paling bersih, paling Islam dsb. Ini adalah Sifat Iblis
5. Mengkafirkan Muslim yang bersyahadah dan sholat yang meyakini 6 rukun Iman, menjalankan 5 Rukun Islam, dan Ihsan
6. Membunuh Muslim yg mereka kafirkan lebih dulu
7. Bersekutu dgn kaum Zionis Yahudi dan Nasrani (AS, NATO, dan Israel) membantai ummat Islam
8. Muncul Aliran Islam “Takfiri” / Khawarij di Akhir Zaman. Tidak mengikuti Imam Mazhab / Salaf
Dalilnya:
1. Berbohong/Dusta bukan sifat Muslim:
Allah mengutuk orang yang banyak berbohong:
“Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta” [QS Adz Dzaariyaat:10]
Siksa yang pedih di neraka disediakan bagi para pendusta:
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah
penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka
berdusta.” [Al Baqarah:10]
“Kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa” [Al Jaatsiyah:7]
Jika sering berdusta, maka itu akan menyeretnya ke neraka:
“Hendaklah kamu selalu benar. Sesungguhnya kebenaran
membawa kepada kebajikan dan kebajikan membawa ke surga. Selama seorang
benar dan selalu memilih kebenaran dia tercatat di sisi Allah seorang
yang benar (jujur). Hati-hatilah terhadap dusta. Sesungguhnya dusta
membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa kepada neraka. Selama
seorang dusta dan selalu memilih dusta dia tercatat di sisi Allah
sebagai seorang pendusta (pembohong). (HR. Bukhari)
Dusta adalah satu ciri orang Munafik:
Nabi Muhammad SAW: “Tanda-tanda orang munafik ada tiga,
yaitu bila berbicara dusta, bila berjanji tidak ditepati, dan bila
diamanati dia berkhianat. “(HR. Muslim)
Berdusta bukanlah sifat seorang Mukmin:
“Seorang mukmin mempunyai tabiat atas segala sifat aib kecuali khianat dan dusta. (HR. Al Bazzaar)
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2009/06/24/jangan-berbohong-karena-dusta-ciri-orang-munafik/
2. Gemar Namimah / Adu Domba
“Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidak dapat masuk surga seorang yang gemar mengadu domba.” (Muttafaq ‘alaih)
Allah Ta’ala berfirman: “Jangan pula engkau mematuhi orang yang suka mencela, berjalan membuat adu domba.” (al-Qalam: 11)
3. ‘Ashobiyyah / Fanatisme Golongan
Bukan termasuk umatku siapa saja yang menyeru orang pada ‘ashabiyah (HR Abu Dawud).
Dalam hadits yang lain Nabi mengatakan bahwa orang yang mati dalam keadaan ashobiyah (membela kelompoknya, bukan Islam), maka dia masuk neraka.
Dalam Islam dilarang ashobiyah/fanatisme kelompok dan membangga-banggakan kelompoknya karena Islam itu adalah satu.
“Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” [Ar Ruum:32]
Dalam hadits yang lain Nabi mengatakan bahwa orang yang mati dalam keadaan ashobiyah (membela kelompoknya, bukan Islam), maka dia masuk neraka.
Dalam Islam dilarang ashobiyah/fanatisme kelompok dan membangga-banggakan kelompoknya karena Islam itu adalah satu.
“Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” [Ar Ruum:32]
4. Mengaku paling Suci
“..Janganlah kamu mengatakan dirimu suci..” [An Najm 32]
“Allah berfirman: “Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu
sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu
menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang
(lebih) tinggi?.”
Iblis berkata: “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”
Allah berfirman: “Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk.
Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan.” [Shaad 75-78]
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2007/11/20/janganlah-sombong/
5. Mengkafirkan Muslim yang Bersyahadah dan Sholat
Ucapan salam di medan perang sudah cukup untuk mencegah seseorang untuk tidak dibunuh:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi
(berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan
kepada orang yang mengucapkan “salam” kepadamu (atau mengucapkan
Tahlil): “Kamu bukan seorang mukmin” (lalu kamu membunuhnya), dengan
maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada
harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu [dulu juga kafir],
lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, maka telitilah.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ” [An Nisaa’
94]
Tiga perkara berasal dari iman: (1) Tidak mengkafirkan
orang yang mengucapkan “Laailaaha illallah” karena suatu dosa yang
dilakukannya atau mengeluarkannya dari Islam karena sesuatu perbuatan;
(2) Jihad akan terus berlangsung semenjak Allah mengutusku sampai pada
saat yang terakhir dari umat ini memerangi Dajjal tidak dapat dirubah
oleh kezaliman seorang zalim atau keadilan seorang yang adil; (3)
Beriman kepada takdir-takdir. (HR. Abu Dawud)
Jangan mengkafirkan orang yang shalat karena perbuatan dosanya meskipun (pada kenyataannya) mereka melakukan dosa besar. Shalatlah di belakang tiap imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa. (HR. Ath-Thabrani)
Rosululloh saw., bersabda:
من صلّى صلاتنا واستقبل قبلتنا وأكل ذبيحتنا فذلك المسلم
Barang siapa yang sholat sebagaimana kami sholat, menghadap
ke kiblat kami dan memakan sembelihan kami maka ia muslim.” (Hadits ini
diriwayatkan oleh Al-Bukhori no. 391. Ibnu Hajar dalam syarahnya
mengatakan: “Di dalam hadis ini menunjukkan bahwa masalah manusia itu
dianggap yang nampak padanya. Maka barangsiapa yang menampakkan
syi’ar-syi’ar agama diberlakukan padanya hukum-hukum yang berlaku pada
pemeluk agama tersebut selama ia tidak menampakkan sesuatu yang
bertentangan dengan hal tersebut.” (Fathul Bari I/497)
Dari hadits di atas jelas kalau seseorang Sholat, berarti dia Muslim. Karena dalam sholat itu ada Salam dan juga ada Tahlil.
Mungkin ada yang berdalih dengan Hadits Abu Bakar yang memerangi orang yang tidak bayar zakat untuk membunuh orang yang sholat:
Mereka tidak paham konteks hadits tsb. Abu Bakar bertindak selaku
Khailfah. Kepala Negara yang memerangi kaum yang tidak mau bayar zakat.
Karena memungut dan mengelola zakat itu adalah tugas pemerintah. Tapi
kalau bukan Khalifah, misalnya cuma orang biasa, tidak bisa dia
seenaknya membunuh orang yang tidak bayar zakat.
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2011/10/26/jangan-mudah-mengkafirkan-sesama-muslim/
6. Membunuh Muslim yg mereka kafirkan lebih dulu
Dari Ibnu Umar ra bahwa Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya orang yang
paling durhaka kepada Allah ada tiga: Orang yang membunuh di tanah
haram, orang yang membunuh orang yang tidak membunuh, dan orang yang
membunuh karena balas dendam jahiliyyah.” Hadits shahih riwayat Ibnu
Hibban.
Keliru sekali jika ada golongan Muslim yang mengira mereka berjihad
saat memerangi Muslim lainnya yang mereka anggap sesat atau kafir.
Bukannya surga yang didapat saat tewas justru nerakalah yang mereka
dapat:
Jika terjadi saling membunuh antara dua orang muslim maka
yang membunuh dan yang terbunuh keduanya masuk neraka. Para sahabat
bertanya, “Itu untuk si pembunuh, lalu bagaimana tentang yang terbunuh?”
Nabi Saw menjawab, “Yang terbunuh juga berusaha membunuh kawannya.”
(HR. Bukhari)
Jika meninggalkan Jama’ah Islam (bagian terbesar ummat Islam) maka dia sesat. Tapi jika berperang karena fanatisme
Barangsiapa menolak ketaatan (membangkang) dan meninggalkan jama’ah
lalu mati maka matinya jahiliyah, dan barangsiapa berperang di bawah
panji (bendera) nasionalisme (kebangsaan atau kesukuan) yang menyeru
kepada fanatisme atau bersikap marah (emosi) karena mempertahankan
fanatisme (golongan) lalu terbunuh maka tewasnya pun jahiliyah. (HR.
An-Nasaa’i)
Terharap orang Kafir yang mengaku Muslim pun kita tidak boleh
membunuhnya apalagi jika dia memang benar-benar Muslim terlepas menurut
kelompok sebagian Muslim/Firqoh dia adalah sesat:
Larangan membunuh orang kafir yang telah mengucapkan: Laa ilaaha illallah
Hadis riwayat Miqdad bin Aswad ra., ia berkata:
Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku bertemu dengan seorang kafir, lalu ia menyerangku. Dia penggal salah satu tanganku dengan pedang, hingga terputus. Kemudian ia berlindung dariku pada sebuah pohon, seraya berkata: Aku menyerahkan diri kepada Allah (masuk Islam). Bolehkah aku membunuhnya setelah ia mengucapkan itu? Rasulullah saw. menjawab: Jangan engkau bunuh ia. Aku memprotes: Wahai Rasulullah, tapi ia telah memotong tanganku. Dia mengucapkan itu sesudah memotong tanganku. Bolehkah aku membunuhnya? Rasulullah saw. tetap menjawab: Tidak, engkau tidak boleh membunuhnya. Jika engkau membunuhnya, maka engkau seperti ia sebelum engkau membunuhnya, dan engkau seperti ia sebelum ia mengucapkan kalimat yang ia katakan. (Shahih Muslim No.139)
Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku bertemu dengan seorang kafir, lalu ia menyerangku. Dia penggal salah satu tanganku dengan pedang, hingga terputus. Kemudian ia berlindung dariku pada sebuah pohon, seraya berkata: Aku menyerahkan diri kepada Allah (masuk Islam). Bolehkah aku membunuhnya setelah ia mengucapkan itu? Rasulullah saw. menjawab: Jangan engkau bunuh ia. Aku memprotes: Wahai Rasulullah, tapi ia telah memotong tanganku. Dia mengucapkan itu sesudah memotong tanganku. Bolehkah aku membunuhnya? Rasulullah saw. tetap menjawab: Tidak, engkau tidak boleh membunuhnya. Jika engkau membunuhnya, maka engkau seperti ia sebelum engkau membunuhnya, dan engkau seperti ia sebelum ia mengucapkan kalimat yang ia katakan. (Shahih Muslim No.139)
Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid r.a.: Rasulullah SAW.
pernah mengirimkan kami dalam suatu pasukan (sariyyah); lalu pada pagi
hari kami sampai ke Huruqat di suku Juhainah, di sana saya menjumpai
seorang laki-laki, dia berkata, “La ilaha illallah – tiada tuhan selain
Allah,” tetapi saya tetap menikamnya (dengan tombak), lalu saya
merasakan ada sesuatu yang mengganjal di hati saya. Setelah sampai di
Madinah, saya memberitahukan hal tersebut kepada Nabi SAW., lalu beliau
bersabda, “Dia mengatakan, ‘La ilaha illallah’, kemudian kamu
membunuhnya?” Saya berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh dia mengatakannya
hanya kerana takut pada senjata.” Beliau bersabda, “Tidakkah kamu belah
dadanya, lalu kamu keluarkan hatinya supaya kamu mengetahui, apakah
hatinya itu mengucapkan kalimat itu atau tidak?” Demikianlah, beliau
berulang-ulang mengucapkan hal itu kepada saya sehingga saya
menginginkan seandainya saya masuk Islam pada hari itu saja. Sa’ad
berkata, “Demi Allah, saya tidak membunuh seorang Muslim sehingga
dibunuhnya oleh Dzul Buthain, maksudnya Usamah.” Lalu ada orang
laki-laki berkata, “Bukankah Allah SWT. telah berfirman, Dan perangilah
mereka supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk
Allah (QS Al-Anfal (8): 39).” Lalu Sa’ad menjawabnya, “Kami sudah
memerangi mereka supaya jangan ada fitnah, sedangkan kamu bersama
kawan-kawanmu menginginkan berperang supaya ada fitnah.” (1: 67 – 68 –
Sahih Muslim)
Dari Usamah bin Zaid ra, katanya: “Rasulullah s.a.w.
mengirim kita ke daerah Huraqah dari suku Juhainah, kemudian kita
berpagi-pagi menduduki tempat air mereka. Saya dan seorang lagi dari
kaum Anshar bertemu dengan seorang lelaki dari golongan mereka -musuh-.
Setelah kita dekat padanya, ia lalu mengucapkan: La ilaha illallah.
Orang dari sahabat Anshar itu menahan diri daripadanya -tidak menyakiti
sama sekali-, sedang saya lalu menusuknya dengan tombakku sehingga saya
membunuhnya. Setelah kita datang -di Madinah-, peristiwa itu sampai
kepada Nabi s.a.w., kemudian beliau bertanya padaku: “Hai Usamah, adakah
engkau membunuhnya setelah ia mengucapkan La ilaha illallah?” Saya
berkata: “Ya Rasulullah, sebenarnya orang itu hanya untuk mencari
perlindungan diri saja -yakni mengatakan syahadat itu hanya untuk
mencari selamat-, sedang hatinya tidak meyakinkan itu.” Beliau s.a.w.
bersabda lagi: “Adakah ia engkau bunuh setelah mengucapkan La ilaha
illallah?” Ucapan itu senantiasa diulang-ulangi oleh Nabi s.a.w.,
sehingga saya mengharap-harapkan, bahwa saya belum menjadi Islam sebelum
hari itu -yakni bahwa saya mengharapkan menjadi orang Islam itu mulai
hari itu saja-, supaya tidak ada dosa dalam diriku.” (Muttafaq ‘alaih)
Dalam riwayat lain disebutkan: Lalu Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Bukankah ia telah mengucapkan La ilaha illallah, mengapa engkau
membunuhnya?” Saya menjawab: “Ya Rasulullah, sesungguhnya ia mengucapkan
itu semata-mata karena takut senjata.” Beliau s.a.w. bersabda: “Mengapa
engkau tidak belah saja hatinya, sehingga engkau dapat mengetahui,
apakah mengucapkan itu karena takut senjata ataukah tidak -yakni dengan
keikhlasan-.” Beliau s.a.w. mengulang-ulangi ucapannya itu sehingga saya
mengharap-harapkan bahwa saya masuk Islam mulai hari itu saja.
Dari Jundub bin Abdullah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w.
mengirimkan sepasukan dari kaum Muslimin kepada suatu golongan dari kaum
musyrikin dan bahwa mereka itu telah bertemu -berhadap-hadapan.
Kemudian ada seorang lelaki dari kaum musyrikin menghendaki menuju
kepada seorang dari kaum Muslimin lalu ditujulah tempatnya lalu
dibunuhnya. Lalu ada seorang dari kaum Muslimin menuju orang itu di
waktu lengahnya. Kita semua memperbincangkan bahwa orang itu adalah
Usamah bin Zaid. Setelah orang Islam itu mengangkat pedangnya, tiba-tiba
orang musyrik tadi mengucapkan: “La ilaha illallah.” Tetapi ia terus
dibunuh olehnya. Selanjutnya datanglah seorang pembawa berita gembira
kepada Rasulullah s.a.w. -memberitahukan kemenangan-, beliau s.a.w.
bertanya kepadanya -perihal jalannya peperangan- dan orang itu
memberitahukannya, sehingga akhirnya orang itu memberitahukan pula
perihal orang yang membunuh di atas, apa-apa yang dilakukan olehnya.
Orang itu dipanggil oleh beliau s.a.w. dan menanyakan padanya, lalu
sabdanya: “Mengapa engkau membunuh orang itu?” Orang tadi menjawab: “Ya
Rasulullah, orang itu telah banyak menyakiti di kalangan kaum Muslimin
dan telah membunuh si Fulan dan si Fulan.” Orang itu menyebutkan nama
beberapa orang yang dibunuhnya. Ia melanjutkan: “Saya menyerangnya,
tetapi setelah melihat pedang, ia mengucapkan: “La ilaha illallah.”
Rasulullah s.a.w. bertanya: “Apakah ia sampai kau bunuh?” Ia menjawab:
“Ya.” Kemudian beliau bersabda: “Bagaimana yang hendak kau perbuat
dengan La ilaha illallah, jikalau ia telah tiba pada hari kiamat?” Orang
itu berkata: “Ya Rasulullah, mohonkanlah pengampunan -kepada Allah-
untukku.” Rasulullah s.a.w. bersabda: “Bagaimana yang hendak kau perbuat
dengan La ilaha illallah, jikalau ia telah tiba pada hari kiamat?”
Beliau s.a.w. tidak menambahkan sabdanya lebih dari kata-kata:
“Bagaimanakah yang hendak kau perbuat dengan La ilaha illallah, jikalau
ia telah tiba pada hari kiamat?” (Riwayat Muslim)
Bukanlah orang Islam orang-orang yang membunuh sesama Muslim:
Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra., ia berkata:
Nabi saw. bersabda: Barang siapa menghunus pedang kepada kami, maka ia bukanlah dari golongan kami. (Shahih Muslim No.143)
Nabi saw. bersabda: Barang siapa menghunus pedang kepada kami, maka ia bukanlah dari golongan kami. (Shahih Muslim No.143)
Hadis riwayat Abu Musa ra.:
Bahwa Nabi saw. bersabda: Barang siapa menghunus pedang kepada kami, maka ia bukanlah dari golongan kami. (Shahih Muslim No.145)
Bahwa Nabi saw. bersabda: Barang siapa menghunus pedang kepada kami, maka ia bukanlah dari golongan kami. (Shahih Muslim No.145)
Terhadap orang yang jelas-jelas munafik seperti Abdullah bin Ubay
pun Nabi tidak mau membunuhnya. Apa kata orang jika aku membunuh sesama
Muslim? Begitu sabda Nabi.
Jadi jika Muslim saling bunuh, jelas dia tidak mengikuti sunnah Nabi.
Hadis riwayat Jarir ra., ia berkata:
Ketika haji wada, Nabi saw. bersabda kepadaku: Suruhlah orang-orang diam. Setelah orang-orang diam, beliau bersabda: Janganlah sesudah kutinggalkan, kalian kembali menjadi orang-orang kafir, di mana sebagian membunuh sebagian yang lain. (Shahih Muslim No.98)
Ketika haji wada, Nabi saw. bersabda kepadaku: Suruhlah orang-orang diam. Setelah orang-orang diam, beliau bersabda: Janganlah sesudah kutinggalkan, kalian kembali menjadi orang-orang kafir, di mana sebagian membunuh sebagian yang lain. (Shahih Muslim No.98)
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/02/07/larangan-mencaci-dan-membunuh-sesama-muslim/
7. Bersekutu dgn kaum Zionis Yahudi dan Nasrani (AS, NATO, dan Israel) membantai ummat Islam
Orang-orang yang beriman tidak akan mengambil kaum Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian
mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara
kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu
termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang zalim. [Al Maa-idah 51]
Hanya orang munafik yang dekat dengan kaum Yahudi dan Nasrani yang saat ini tengah memusuhi Islam dan membantai ummat Islam:
“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam
hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan
Nasrani), seraya berkata: “Kami takut akan mendapat bencana.”
Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya),
atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi
menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.” [Al
Maa-idah 52]
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2011/11/30/haram-berteman-dengan-kafir-harbi-dan-membunuh-sesama-muslim/
8. Muncul Aliran Islam “Takfiri” / Khawarij di Akhir Zaman. Tidak mengikuti Imam Mazhab / Salaf
Hadis riwayat Ali ra., ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Di akhir zaman akan
muncul kaum yang muda usia dan lemah akal. Mereka berbicara dengan
pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia yang terbaik. Mereka
membaca Alquran, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka
keluar dari agama, secepat anak panah meluncur dari busur. Apabila
kalian bertemu dengan mereka, maka bunuhlah mereka, karena membunuh
mereka berpahala di sisi Allah pada hari kiamat. (Shahih Muslim No.1771)
سيخرج في آخر الزمان قوم أحدث الأسنان سفهاء الأحلام
“Akan keluar di akhir zaman suatu kaum yang usia mereka masih
muda, dan bodoh, mereka mengatakan sebaik‑baiknya perkataan manusia,
membaca Al Qur’an tidak sampai kecuali pada kerongkongan mereka. Mereka
keluar dari din (agama Islam) sebagaimana anak panah keluar dan
busurnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Akan keluar suatu kaum dari umatku, mereka membaca Alquran,
bacaan kamu dibandingkan dengan bacaan mereka tidak ada apa-apanya,
demikian pula shalat dan puasa kamu dibandingkan dengan shalat dan puasa
mereka tidak ada apa-apanya. Mereka membaca Alquran dan mengiranya
sebagai pembela mereka, padahal ia adalah hujjah yang menghancurkan
alasan mereka. Shalat mereka tidak sampai ke tenggorokan, mereka lepas
dari Islam sebagaimana melesatnya anak panah dari busurnya.” (HR. Abu
Dawud)
Sebaik-baik generasi menurut Nabi adalah 3 generasi pertama
(Sahabat, Tabi’in (anak Sahabat), dan Tabi’it Tabi’in (cucu Sahabat). Di
zaman itu Islam masih murni dan toleran thd perbedaan Furu’ dan
Khilafiyyah. Ummat Islam bersatu.
Ada hadits yang menyatakan ummat Islam jaya selama 7 Abad (0-700
H), tenggelam selama 7 Abad (701-1400 H), dan bangkit lagi 7 Abad
berikutnya (1401-2100 H). Dan memang hingga tahun 700 H (1300 M) ummat
Islam berjaya menguasai Romawi Timur dan Persia. Setelah itu hingga
tahun 2000-an ummat Islam dijajah Barat (Yahudi dan Nasrani).
Saat Barat menjajah itulah di akhir zaman ini dibuat aliran-aliran sesat
Saat Barat menjajah itulah di akhir zaman ini dibuat aliran-aliran sesat
0 komentar:
Posting Komentar