Kamis, 03 Desember 2015

Syi’ah bukanlah Islam





Sudah jelas bagi kita bahwa firqoh Syi’ah berada di luar Islam. Meskipun mereka bersikukuh mengaku Islam, akan tetapi prinsip-prinsip mereka sangat bertentangan dengan aqidah Islam yang benar. Sebenarnya, yang sekarang dianut oleh kaum Syi’ah bukanlah agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah ï·º, akan tetapi Islam yang telah disimpangkan oleh ‘Abdullah bin Saba’. Dia adalah seorang pendeta Yahudi yang penuh dengan kedengkian terhadap Islam lalu berpura-pura masuk Islam dan menunjukkan tanassuk {ketaatan terhadap agama} dalam rangka memukul Islam dari dalam.
Sebagian kalangan Syi’ah mengingkari keberadaan ‘Abdullah bin Saba’ ini dan menyatakan bahwa ia adalah sosok fiktif yang diciptakan oleh Ahlus Sunnah untuk menyerang Syi’ah dan keyakinannya. Padahal buku-buku referensi Syi’ah sendiri menegaskan keberadaan ‘Abdullah bin Saba’ ini.
Ibnu Abil Hdid menyebutkan dalam Syarah Nahjul Balaghah {salah satu buku rujukan Syi’ah} bahwa ‘Abdullah bin Saba’ pernah berdiri di hadapan Ali bin Abi Thalib ra, sementara beliau sedang berkhutbah, lalu berkata kepadanya, “Engkau adalah engkau.” Maka Ali bin Abi Thalib ra berkata kepadanya, “Celakalah kamu, siapa saya?” Maka ‘Abdullah bin Saba’ berkata, “Engkau adalah Allah.” Maka Ali bin Abi Thalib ra memerintahkan untuk menangkapnya dan orang-orang yang sependapat dengannya.
Sekilas tentang Syi’ah Zaidiyah
Di dalam tubuh Syi’ah sendiri terdapat banyak firqoh seperti: Imamiyah, Isma’iliyah, Nushoiriyah, dan lain-lain. Mereka semua termasuk golongan Rafidhoh {orang-orang yang menolak kekhalifahan Abu Bakar dan Umar}. Hanya ada satu firqoh Syi’ah saja yang tidak termasuk Rafidhoh dan masih bagian dari Islam, yaitu Zaidiyah. Akan tetapi firqoh ini tetap sebagai ahlul bid’ah yang menyelisihi Ahlus Sunnah. Ia termasuk satu dari 72 firqoh sesat yang kesesatannya masih belum sampai kepada kekafiran.
Penyimpangan mereka adalah lebih mengutamakan Ali bin Abi Thalib dari pada Abu Bakar dan Umar. Akan tetapi mereka mengakui kekhalifahan Abu Bakar dan Umar serta tidak mencaci para sahabat nabi yang lain. Firqoh Zidiyah ini hanya minoritas kecil di kalangan Syi’ah dan komunitasnya hanya terdapat di Yaman.
Sedangkan Syi’ah yang berada di Iran, Irak, Lebanon adalah Syi’ah Imamiyah atau Itsna ‘Asyariyah yang termasuk Syi’ah Rafidhoh, pengikut ‘Abdullah bin Saba’.
Hukum perorangan
Setelah tidak diragukan lagi tentang kekafiran Syi’ah, maka yang perlu dibahas disini adalah hukum perorangan dari para penganut Syi’ah.

1.      Tokoh-tokoh Syi’ah.
Adapun para pemuka Syi’ah dan tokoh-tokohnya, maka mereka telah jelas-jelas kafir.
2.      Kalangan Syi’ah yang bermuka dua.
Yang dimaksud dengan Syi’ah yang bermuka dua adalah mereka yang secara lahirnya mengakui kemurnian Al-Qur’an, menerima As-Sunnah dan tidak menentang kedua sumber tersebut serta tidak mencaci atau merendahkan para sahabat, akan tetapi dalam hatinya mereka menyembunyikan keyakinan yang berbeda dengan apa yang nampak secara lahirnya, maka mereka ini masuk dalam golongan munafik.
3.      Kaum awam Syi’ah.
Yang dimaksud dengan kaum awam Syi’ah adalah mereka yang terpengaruh oleh propaganda Syi’ah karena kajahilan mereka sehingga masuk Syi’ah. Mayoritas mereka ini tidak tahu menahu tentang kesesatan Syi’ah. Mereka menjadi Syi’ah karena dibesarkan dalam keluarga Syi’ah, lingkungan Syi’ah, atau madrasah Syi’ah. Khusus untuk mereka ini ada hukum tersendiri, yaitu mereka termasuk ke dalam ahlul bidah yang sesat akan tetapi belum bisa dikafirkan. Mereka tetap dalam keadaan seperti itu sampai tegaknya hujjah atas mereka.
4.       Orang-orang yang ke-Syi’ah-Syi’ah-an atau mendukung Syi’ah.
Orang-orang seperti ini terutama orang-orang yang cerdik, jika telah ditegakkan hujjah atas mereka lalu mereka tetap dalam dukungannya terhadap Syi’ah, maka mereka termasuk dari golongan Syi’ah.

Mewaspadai tipu daya dan makar-makar Syi’ah
Sejarah telah menjadi bukti akan kekejian makar-makar Syi’ah terhadap Ahlus Sunnah. Runtuhnya Khilafah Abbasiyah dan masuknya tentara tartar ke Bagdad, tidak lain karena pengkhianatan seorang menteri yang Syi’ah yaitu Ibnul Alqami. Di Libanon, mereka membantai para pengungsi muslim Palestina.
Di Irak, mereka juga membunuhi para ulama dan imam-imam masjid Ahlus Sunnah demikian pula penduduk sipil Ahlus Sunnah. Ribuan jiwa-jiwa Ahlus Sunnah telah menjadi korban kejahatan milis Syi’ah di Irak. Kini, Iran memiliki rencana untuk men-Syi’ah-kan dunia Islam dalam waktu lima puluh tahun ke depan. Mereka benar-benar menyusun makar siang dan malam untuk memalingkan kaum muslimin dari aqidahnya yang benar.
Di antara tipudaya Syi’ah yang harus diwaspadai bersama adalah:
Ø  Propaganda pendekatan Syi’ah-Sunni.
Ø  Memasukkan madzhab Syi’ah sebagai madzhab kelima dalam Islam.
Ø  Menyebarkan kisah-kisah fiktif yang menjatuhkan kehormatan para sahabat Nabi ï·º
Ø  Mencitrakan Syi’ah sebagai pecinta Ahlul bait dan pembela mereka.
Ø  Mengesankan Syi’ah sebagai pembela umat Islam yang tertindas, seolah sebagai musuh besar bagi AS dan Israel.
Ini adalah sekelumit dari tipu daya mereka. Dalam rangka membendung arus Syi’ah yang destruktif itu, ada beberapa langkah {program} yang harus kita lakukan, di antaranya ialah:
Ø  Menyebarluaskan manhaj Ahlus Sunnah di tengah-tengah masyarakat Islam, baik di kalangan terpelajar maupun awam.
Ø  Membentuk divisi khusus yang bertugas mengungkap kesesatan-kesesatan Syi’ah dan mempublikasikannya ke masyarakat luas.
Ø  Memberkan beasiswa kepada pemuda-pemuda umat Islam yang berprestasi agar mereka menjadi da’i-da’i Ahlus Sunnah.
Ø  Mengaktifkan peran media massa, baik cetak maupun elektronik, untuk menjadi mimbar Ahlus Sunnah.
Ø  Mengadakan seminar-seminar dan dauroh-dauroh yang menjelaskan tentang hakikat Syi’ah.
Ø  Membentuk halaqoh-halaqoh tarbiyah sebagai media pembinaan aqidah umat.

Akhir kata, setiap upaya sekecil apapun untuk menjelaskan kepada umat tentang kesesatan Syi’ah adalah satu bentuk jihad fi sabililah dan merupakan amal sholeh yang akan mendekatkan seorang hamba kepada Allah. #PSMnews//fr.

Selasa, 01 Desember 2015

Antisipasi Gerakan Syiah Di Indonesia




Perlu antisipasi agar gerakan syiah tidak menjadi kanker umat dan kanker bangsa yang lambat laun akan menjadi penyakit yang merusak tubuh keagamaan dan kebangsaan Negara Republik Indonesia, menurut DR. Abdul Choer Ramadhan, SH. MH, MM setidaknya ada lima hal yang dapat dilakukan untuk antisipasi gerakan syiah, yaitu:
Pertama, Apa yang diingatkan oleh MUI Pusat melalui bukunya “mengenal dan mewaspadai penyimpangan syiah di Indonesia”patut untuk terus menerus disosialisasikan, didiskusikan, dan difahami secara merata di semua kalangan. Meski belum ada fatwa eksplisit tentang sesatnya syiah namun MUI Pusat telah memiliki sikap yang jelas dalam memandu umat untuk lebih berhati-hati terhadap rayuan halus maupun gertakan kasar untuk menjadi penganut syiah.
Kedua, Aparat intelijen apakah TNI, Polri maupun badan intelijen negara harus lebih serius mengendus aktivitas gerakan syiah di Indonesia dengan memperkuat early warning system nya jangan sampai terlambat, sebab jika terlambat maka harga politik yang harus dibayar sangat mahal. Pertarungan berdarah bukan hal yang kecil kemungkinannya. Aspek historis, doktrin, maupun militansi bersemangat martyr potensial menciptakan konflik keras antara sunni dan syiah. Bangsa akan menjadi ajang perpecahan. Jika ISIS kini diwaspadai maka sewajarnya jika syiah pun patut untuk di waspadai pula. Orang Indonesia yang berangkat ke Irak, Suriah, Lebanon, atau Yaman bisa dalam rangka membantu ISIS bisa pula membantu rezim syiah.
Ketiga, Kerjasama pemerintah dengan Iran haruslah dibatasi. Fakta tak bisa dibantah akan besarnya peran Iran untuk melakukan syiahisasi di Indonesia. Tak perlu kita menjadi bangsa pengemis yang tergantung pada kekuatan atau kelebihan negara lain. Iran terlalu jauh mencampuri urusan dalam negeri Indonesia melalui bahasa politik kerjasamanya. Sungguh memalukan, memilukan dan menginjak-injak martabat bangsa Indonesia lewat bahasa “Iran siap membantu memerangi kelompok Islam radikal di Indonesia”. Off side nya kegiatan Atase kebudayaan Iran sehingga jauh masuk ke aspek budaya, pendidikan, dan keagamaan yang nyatanya telah menimbulkan keresahan dan kegelisahan umat harus segera dijawab oleh pemerintah Indonesia dengan segera menutup Atase kebudayaan Iran. Lalu mengusir diplomatnya. Pemerintah harus kuat dan berwibawa, jangan loyo dan mudah untuk dikuyo-kuyo.
Keempat, Penguatan syiah sebagai gerakan politik di Indonesia, mesti disikapi secara politis pula. Harus muncul kekuatan-kekuatan umat di tataran politik yang secara jelas melakukan perlawanan kepada cara dan penggalangan kekuatan politik gerakan syiah. Cerdas dan jeli melihat pola infiltrasi dan tipu daya dalam menunggangi kekuasaan politik. Umat Islam tidak boleh lemah dalam melawan kesesatan faham yang membahayakan ini. Ormas, LSM, organisasi profesi dan kekuatan lainnya harus bersatu memberantas gerakan sesat syiah di Indonesia.
Kelima, Aspek penegakkan hukum dan kesadaran hukum masyarakat harus diperkuat, hal ini penting mengingat gerakan syiah menyerang kehormatan sahabat dan istri-istri nabi serta simbol-simbol keagamaan yang diyakini oleh umat islam. Ini jelas merupakan perbuatan melawan hukum, menodai kesucian agama serta menciptakan permusuhan. Kasus penodaan agama yang dilakukan oleh tokoh IJABI Sampang Madura Tajul Muluk yang telah divonis berkekuatan hukum tetap, menjadi modal dan pelajaran mengenai prilaku kriminal para penganut syiah di Indonesia. Menarik ungkapan DR. Abdul Choer tentang delik penistaan agama yang harus di tujukan pada perlindungan agama oleh Negara bukan saja persoalan ketertiban umum atau persoalan rasa agama. Menurutnya ras keagamaan adalah yang paling tepat untuk diterima dalam kaitannya dengan konteks penyimpangan ajaran pokok agama, terlebih lagi dalam kasus syiah Iran, tidak hanya penyimpangan ajaran pokok agama tetapi juga terkait dengan ekspansi ideologi yang mengancam eksistensi NKRI. Kedua ancaman tersebut sangat relevan dengan teori yang memandang agama itu an sich sebagai kepentingan hukum yang harus dilindungi atau diamankan oleh negara.

Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa Maraknya dan gencarnya pergerakan Syi’ah di Indonesia harus segera di bendung dari sekarang dan dari segala aspek. Karena kesesatan mereka sudah tidak diragukan lagi. Jadi sangat penting bagi kaum muslimin untuk mengenali dan mewaspadai dakwah mereka. Agar, tidak terkecoh dengan tipu daya mereka. Mewaspadai mereka sama dengan menjaga kemurnian Islam. Terlebih mematikan pergerakan mereka berarti menjaga aqidah kaum muslimin. Wallahu A’lam. #PSMnews//fr.