Perlu
antisipasi agar gerakan syiah tidak menjadi kanker umat dan kanker bangsa yang
lambat laun akan menjadi penyakit yang merusak tubuh keagamaan dan kebangsaan
Negara Republik Indonesia, menurut DR. Abdul Choer Ramadhan, SH. MH, MM
setidaknya ada lima hal yang dapat dilakukan untuk antisipasi gerakan syiah,
yaitu:
Pertama, Apa yang diingatkan oleh MUI Pusat melalui bukunya “mengenal
dan mewaspadai penyimpangan syiah di Indonesia”patut untuk terus menerus
disosialisasikan, didiskusikan, dan difahami secara merata di semua kalangan.
Meski belum ada fatwa eksplisit tentang sesatnya syiah namun MUI Pusat telah
memiliki sikap yang jelas dalam memandu umat untuk lebih berhati-hati terhadap
rayuan halus maupun gertakan kasar untuk menjadi penganut syiah.
Kedua, Aparat intelijen apakah TNI, Polri maupun badan intelijen negara
harus lebih serius mengendus aktivitas gerakan syiah di Indonesia dengan
memperkuat early warning system nya jangan sampai terlambat, sebab jika
terlambat maka harga politik yang harus dibayar sangat mahal. Pertarungan
berdarah bukan hal yang kecil kemungkinannya. Aspek historis, doktrin, maupun
militansi bersemangat martyr potensial menciptakan konflik keras antara
sunni dan syiah. Bangsa akan menjadi ajang perpecahan. Jika ISIS kini
diwaspadai maka sewajarnya jika syiah pun patut untuk di waspadai pula. Orang
Indonesia yang berangkat ke Irak, Suriah, Lebanon, atau Yaman bisa dalam rangka
membantu ISIS bisa pula membantu rezim syiah.
Ketiga, Kerjasama pemerintah dengan Iran haruslah dibatasi. Fakta tak bisa
dibantah akan besarnya peran Iran untuk melakukan syiahisasi di
Indonesia. Tak perlu kita menjadi bangsa pengemis yang tergantung pada kekuatan
atau kelebihan negara lain. Iran terlalu jauh mencampuri urusan dalam negeri
Indonesia melalui bahasa politik kerjasamanya. Sungguh memalukan, memilukan dan
menginjak-injak martabat bangsa Indonesia lewat bahasa “Iran siap membantu
memerangi kelompok Islam radikal di Indonesia”. Off side nya
kegiatan Atase kebudayaan Iran sehingga jauh masuk ke aspek budaya, pendidikan,
dan keagamaan yang nyatanya telah menimbulkan keresahan dan kegelisahan umat
harus segera dijawab oleh pemerintah Indonesia dengan segera menutup Atase
kebudayaan Iran. Lalu mengusir diplomatnya. Pemerintah harus kuat dan
berwibawa, jangan loyo dan mudah untuk dikuyo-kuyo.
Keempat, Penguatan syiah sebagai gerakan politik di Indonesia, mesti
disikapi secara politis pula. Harus muncul kekuatan-kekuatan umat di tataran
politik yang secara jelas melakukan perlawanan kepada cara dan penggalangan
kekuatan politik gerakan syiah. Cerdas dan jeli melihat pola infiltrasi dan
tipu daya dalam menunggangi kekuasaan politik. Umat Islam tidak boleh lemah
dalam melawan kesesatan faham yang membahayakan ini. Ormas, LSM, organisasi
profesi dan kekuatan lainnya harus bersatu memberantas gerakan sesat syiah di
Indonesia.
Kelima, Aspek penegakkan hukum dan kesadaran hukum masyarakat harus
diperkuat, hal ini penting mengingat gerakan syiah menyerang kehormatan sahabat
dan istri-istri nabi serta simbol-simbol keagamaan yang diyakini oleh umat
islam. Ini jelas merupakan perbuatan melawan hukum, menodai kesucian agama
serta menciptakan permusuhan. Kasus penodaan agama yang dilakukan oleh tokoh
IJABI Sampang Madura Tajul Muluk yang telah divonis berkekuatan hukum tetap,
menjadi modal dan pelajaran mengenai prilaku kriminal para penganut syiah di
Indonesia. Menarik ungkapan DR. Abdul Choer tentang delik penistaan agama yang
harus di tujukan pada perlindungan agama oleh Negara bukan saja persoalan
ketertiban umum atau persoalan rasa agama. Menurutnya ras keagamaan adalah yang
paling tepat untuk diterima dalam kaitannya dengan konteks penyimpangan ajaran
pokok agama, terlebih lagi dalam kasus syiah Iran, tidak hanya penyimpangan
ajaran pokok agama tetapi juga terkait dengan ekspansi ideologi yang mengancam
eksistensi NKRI. Kedua ancaman tersebut sangat relevan dengan teori yang
memandang agama itu an sich sebagai kepentingan hukum yang harus
dilindungi atau diamankan oleh negara.
Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa Maraknya
dan gencarnya pergerakan Syi’ah di Indonesia harus segera di bendung dari
sekarang dan dari segala aspek. Karena kesesatan mereka sudah tidak diragukan lagi.
Jadi sangat penting bagi kaum muslimin untuk mengenali dan mewaspadai dakwah
mereka. Agar, tidak terkecoh dengan tipu daya mereka. Mewaspadai mereka sama
dengan menjaga kemurnian Islam. Terlebih mematikan pergerakan mereka berarti
menjaga aqidah kaum muslimin. Wallahu A’lam. #PSMnews//fr.
0 komentar:
Posting Komentar