Subang, NU Online
Partai Komunis Indonesia
(PKI) mempunyai catatan sejarah yang kelam dalam perjalanan bangsa
Indonesia, puncaknya terjadi pada 30 September 1965. Untuk itu,
Pemerintah diminta untuk tidak melakukan permintaan maaf kepada PKI.
"Jika
pemerintah sampai meminta maaf kepada PKI, berarti itu melupakan
sejarah kekejaman PKI dan mereka akan berani bertindak lagi jika kembali
diberikan kesempatan karena nanti mereka diberikan hak politik lagi.
Ini sangat berbahaya," kata Ketua PCNU Subang, Jawa Barat, KH Musyfiq
Amrullah di Subang, Rabu (30/9).
Pengasuh Pesantren Attawazun ini
mengingatkan, kita tidak boleh melupakan sejarah dan tragedi 1965
ketika PKI akan melakukan kudeta dengan banyak membunuh orang Islam dan
juga para jenderal.
"Jika ditanyakan siapa yang paling banyak
korbannya, pastilah orang Islam wabil khusus warga NU, karena jauh
sebelum tahun 1965 PKI sudah berani membantai orang Islam, membakar
rumah, masjid dan pesantren, itu belum menjadi penguasa, apalagi kalau
sampai berkuasa bisa-bisa lebih dari itu," paparnya
Menurutnya,
jika jumlah korban dari pihak umat Islam dan PKI dilihat sejak tahun
1920-an, maka akan terlihat jumlah korban lebih banyak dari kalangan
umat Islam dibandingkan dari PKI.
"Jadi jika pada tahun 1965
banyak korban dari pihak PKI, itu adalah akibat ulah mereka sendiri,
pemerintah pada saat itu mengadakan perlawanan sehingga banyak korban,"
tuturnya.
Untuk itu, ia menegaskan bahwa Pemerintah tidak perlu
meminta maaf kepada PKI karena kalau kita minta maaf berarti kita yang
salah padahal PKI banyak berbuat kesalahan kepada umat Islam
sumber;http://www.nu.or.id
Senin, 12 Oktober 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar