Salah seorang dari kawan facebook saya bertanya, "kiban caranyoe pue-pue yang lon hafai siat kagadoeh, pue na ubat inan" (Bagaimana caranya ini apa yang saya hafal cepat sekali hilang, apakah ada obat di situ). Kira-kira begitulah pertanyaan yang beliau lemparkan.
Lupa merupakan sebuah penyakit yang terdapat pada setiap individu.
Bahkan salah satu bala yang selalu menggerogoti penuntut ilmu adalah
lupa. Jikalau tidak ada penyakit lupa maka sungguh akan banyak orang
pandai di dunia ini. Namun, satu hal yang harus kita yakini. Ketika
Allah SWT memberikan sebuah penyakit, maka Allah juga telah menyediakan
obatnya.
Suatu ketika di sela-sela belajar guru kami meriwayatkan sebuah
perkataan yang sangat elok. Guru kami Tgk H Hatta bin Muhammad Affan
meriwayatkan perkataan tersebut dari maha gurunya, Tgk H Ibrahim Bardan
(Abu Panton). Beliau berkata," Bahwasanya setiap manusia mempunyai dua
otak. Pertama quwwatul a'qilah (otak untuk berfikir/mengingat) dan kedua
quwwatul hafizah (otak untuk menghafal).
Quwwatul a'qilah adalah otak depan, yaitu yang terletak dekat dahi.
Sedangkan quwwatul hafizah adalah otak yang terletak di belakang. Setiap
manusia mempunyai kedua otak tersebut. Yang pertama digunakan manusia
untuk memikir sesuatu hal, dan yang kedua digunakan untuk menyimpan data
(flashdisk).
Maka tak heran jika kita mendapat keluhan dari kawan-kawan kita mengenai
lemahnya ingatan dan hafalan. Karena pada hakikatnya ingatan dan
hafalan memang akan mengalami naik turunnya dalam kehidupan.
Kadang-kadang seseorang lebih kuat ingatannya ketimbang hafalan. Dan
kadang-kadang lebih kuat hafalannya dari pada ingatan. Bahkan ada juga
yang memiliki hafalan dan ingatan yang sama-sama kuat.
Manusia yang memiliki ingatan kuat (quwwatul a'qilah) kebanyakannya
terdiri dari ulama mantiq atau filosofis. Karena ilmu tersebut
mengandalkan pikiran yang membuat mereka terus berfikir. Sedangkan
manusia yang memiliki hafalan kuat (quwwatul hafizah) kebanyakan mereka
terdiri dari ahli hadist. Karena ilmu yang mereka tekuni mendorong
mereka untuk terus menghafal dan mengingat.
Tidak ada orang yang tidak memiliki hafalan dan ingatan. Hatta orang
gila sekalipun pasti ada yang ia hafal dan ia ingat. Namun tingkat lemah
dan kuatnya hafalan dan ingatan ini yang menjadi sirkulasi dalam
kehidupan sehari-hari.
Lalu apa indikator yang membuat hafalan dan ingatan kita lemah?
Pertama maksiat, Imam Asy Syafi'i suatu ketika mengadu
kepada gurunya Imam Waqi' mengenai lemahnya hafalan. Lalu sang guru
mewasiatkan kepada Imam Syafi'i untuk menjauhkan maksiat. Maksiat yang
dimaksud adalah segala larangan yang dikerjakan oleh seluruh organ
tubuh, baik maksiat mata, hati, telinga, tangan, kaki, dan lain
sebagainya.
Kedua karena jarang diulang, ketika suatu ilmu yang
kita temukan dan kita membiarkannya bersembunyi di dalam kepala kita
tanpa mengulang dan memberikannya kepada orang lain, maka lambat waktu
dia akan menghilang dengan sendirinya. Aristoteles mengatakan, "Pusat keunggulan adalah pengulagan." Maka mengulang apa yang sudah kita ketahui adalah satu solusi untuk membuat ingatan hafalan kita hidup.
Ketiga mengkonsumsi makanan yang berminyak, Imam
Jarnuji dalam karyanya 'Ta'lim Al-Mutaalim' memberikan sebuah kode etik
untuk melancarkan hafalan dan ingatan kepada para penuntut ilmu. Beliau
berkata jauhilah makanan yang berminyak. Karena makanan berminyak akan
membuat kamu pilek dan berdahak. Berdahak adalah satu parasit yang
membuat hafalan dan ingatan tersendat.
Keempat mengkonsumsi makanan yang haram, ilmu adalah
cahaya Allah, cahaya Allah tidak diberikan kepada orang yang bermaksiat.
Oleh karena itu jauhilah makanan yang haram. Sebagaimana kebenaran
tidak akan bersatu dengan kebatilan, begitu juga ilmu tidak akan bersatu
dengan maksiat.
Membuat Hafalan dan Ingatan Lancar
Memiliki hafalan dan ingatan yang kuat adalah idaman semua orang.
Lebih-lebih lagi penuntut ilmu, memiliki hafalan dan ingatan yang kuat
merupakan sebuah mementum untuk mewujudkan semangat belajar menuju tirai
kesuksesan. Lalu apa saja yang harus kita lakukan supaya ingatan dan
hafalan kita selalu on.
Pertama berdoa, sebelum dan sesudah belajar jangan lupa
berdoa kepada Allah agar apa yang sudah kita ketahui selalu teringat
dan tidak lupa. Karena pertolongan Allah amat dekat dengan orang-orang
yang melakukan hal-hal kebajikan dan kebaikan.
Ke dua sering mengulang dan mutalaa'h, apa yang sudah
kita ketahui sering-seringlah diulang kembali. Atau sekurang-kurangnya
membagi kepada kawan-kawan kita yang tidak tahu. Karena pada hakikatnya
ilmu itu akan semakin bertambah dengan memberi, berbeda dengan harta
yang mengurang di saat kita beri.
Ketiga bagikan waktu belajar dan mengulang, misalnya
sesudah subuh kita gunakan waktu untuk meghafal dan belajar. Maka
gunakan waktu setelah asar untuk mengulang kembali apa yang sudah kita
belajar tadi subuh. Jika hal seperti ini terus kita lakukan maka ilmu
yang kita miliki, hafalan yang sudah kita miliki akan bersatu dengan
darah daging kita yang sulit untuk berpisah.
Semoga tulisan ini akan memberi sedikit pencerahan bagi saya pribadi dan bagikawan-kawan semua, khususnya bagi sipenanya.
sumber;http://ebdulhamed
sumber;http://ebdulhamed
0 komentar:
Posting Komentar