Kamis, 30 April 2015

Kejahatan Syiah di Tanah Haram Dalam Kurun Sejarah

Kejahatan Syiah di Tanah Haram Dalam Kurun Sejarah

Saat ini, terkadang sulit bagi kita membedakan mana pihak yang benar dan mana pihak yang salah. Terkadang pihak yang salah, melakukan penghianatan dan kejahatan, melemparkan ungkapan-ungkapan yang menjelek-jelekkan orang lain sehingga kita menangkap orang yang salah ini adalah orang yang benar dan pihak yang benar adalah mereka yang melakukan kesalahan. Hal ini telah dikabarkan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau,
سيأتي على الناس سنوات خداعات يصدق فيها الكاذب و يكذب فيها الصادق و يؤتمن فيها الخائن و يخون فيها الأمين
“Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh tipu daya, dimana pendusta dipercaya dan orang jujur didustakan, pengkhianat diberi amanah dan orang yang amanah dikhianati,…” (HR. Hakim).
Hal itu juga terjadi pada klaim-klaim kebenaran yang dilemparkan oleh salah satu kelompok yang memiliki sejarah berdarah dalam Islam, yaitu kelompok Syiah. Orang-orang Syiah pada hari ini menuding Ahlussunnah wal Jamaah atau Sunni sebagai kelompok yang tidak mencintai keluarga Nabi, kelompok yang radikal, teroris, dan ekstrimis. Setelah itu, mereka menambahkan kebohongan-kebohongan untuk menguatkan pendapat mereka.
Jika kita membaca sejarah, maka akan kita dapati bahwa Syiah merupakan suatu sekte yang banyak menebarkan kebencian dan peperangan di tengah umat Islam. Tentang hancurnya Baghdad, lalu bagaimana Dinasti Fatmiyah berkuasa, dll. kali ini kita akan mengangkat sejarah tentang kejahatan Syiah di tanah Haram. Sebelum masuk pembahasan, kita ketahui terlebih dahulu bagaimana kedudukan Mekah dan Madinah bagi orang Syiah.
Kedudukan Karbala Setara Kedudukan Mekah
Di dalam kitab referensi utama Syiah seperti Biharul Anwar diriwayatkan,
قال جعفر …”فأوحى الله إليها أن كفي وقري، ما فضل ما فضلت به فيما أعطيت كربلاء إلا بمنزلة الإبرة غرست في البحر فحملت من ماء البحر، ولولا تربة كربلاء ما فضلتك، ولولا من تضمنه أرض كربلاء ما خلقتك ولا خلقت البيت الذي به افتخرت، فقري واستقري وكوني ذنبًا متواضعًا ذليلاً مهينًا غير مستنكف ولا مستكبر لأرض كربلاء، وإلا سخت بك وهويت بك في نار جهنم”
Ja’far berkata, “…Sesungguhnya Allah telah mewahyukan ke Kabah; kalaulah tidak karena tanah Karbala, maka Aku tidak akan mengutamakanmu, dan kalaulah tidak karena orang yang dipeluk oleh bumi Karbala (Husain), maka Aku tidak akan menciptakanmu, dan tidaklah Aku meciptakan rumah yang mana engkau berbangga dengannya, maka tetap dan berdiamlah kamu, dan jadilah kamu sebagai dosa yang rendah, hina, dina, dan tidak congkak dan sombong terhadap bumi Karbala, kalau tidak, pasti Aku telah buang dan lemparkan kamu ke dalam Jahanam”.
Datang ke Karbala Lebih Mulia dari Haji
Masih merujuk kitab-kitab referensi utama Syiah, tercantum sebuah riwayat tentang keutamaan ziarah ke tanah Karbala di Irak lebih dari ibadah haji ke Mekah.
إن زيارة قبر الحسين تعدل عشرين حجة، وأفضل من عشرين عمرة وحجة
“Sesungguhnya ziarah (berkunjung) ke kubur Husein sebanding dengan (pahala) haji sebanyak 20 kali. Dan lebih utama dari 20 kali umrah dan 1 kali haji.” (Furu’ al-Kafi, 1: 324).
Salah seorang penganut Syiah menyatakan,
إني حججت تسع عشرة حجة، وتسع عشرة عمرة”، أجابه الإمام بأسلوب يشبه السخرية قائلاً: “حج حجة أخرى، واعتمر عمرة أخرى، تكتب لك زيارة قبر الحسين عليه السلام
“Sungguh saya telah menunaikan haji sebanyak 19 kali dan umrah juga 19 kali.” Lalu imam menjawabnya dengan perumpamaan yg mengejek, “Berhajilah sekali lagi dan umrahlah sekali juga, maka akan dicatatkan untukmu (pahala yang sama) dengan berziarah ke kubur Husein ‘alaihissalam”. (Biharul Anwar, 38: 101).
Perdana mentri Irak, penganut Syiah 12 Imam, menyatakan bahwa tanah Karbala lebih berkah untuk menjadi kiblat umat Islam dunia. Ia beralasan, karena di Karbala terdapat Husein radhiallahu ‘anhu. Dan ia akan berusaha mewujudkan hal itu.
Berikut pernyataannya:

Nah.. setelah mengetahui kedudukan Mekah bagi orang-orang Syiah, kita pun mengetahui mengapa mereka melakukan pengrusakan dan perbuatan onar di tanah Haram. Kita juga menyadari potensi kecemburuan mereka terhadap Mekah ini akan senantiasa muncul. Sekarang akan kita lihat sejarah prilaku teror orang-orang Syiah di tanah haram.
1. Kejahatan Syiah di Masa Silam
Pertama: Imam Ibnu Katsir dalam kitabnya al-Bidayah wa an-Nihayah mencatatkan suatu peristiwa pembantaian jamaah haji oleh orang-orang Syiah Qaramithah. Pada tahun 312 H, orang-orang Syiah Qaramithah yang dipimpin oleh Abu Thahir, Husein bin Abi Said al-Janabi menyerang jamaah haji yang baru saja pulang dari Baitullah al-Haram selesai melaksanakan kewajiban mereka menunaikan ibadah haji. Mereka membunuh sejumlah besar jamaah, mengambil harta yang mereka inginkan, memilih para wanita dan anak-anak untuk mereka tawan, kemudian mereka tinggalkan orang-orang yang tersisa dengan mengambil onta-onta sebagai rampasan.
Kedua: masih dalam al-Bidayah wa an-Nihayah. Imam Ibnu Katsir juga mencatat kejadian pada tahun 317 H. Orang-orang Qaramithah dengan pemimpin mereka Abu Thahir, Husein bin Abi Said al-Janabi, memasuki Masjidil Haram dan membunuh jamaah haji yang sedang beribadah di sana. Peristiwa itu terjadi pada hari tarwiyah 8 di bulan haram, bulan Dzul Hijjah, dan tanah haram, Mekah al-Mukaramah. Para jamaah haji sampai berlindung di  kiswah Ka’bah, namun orang-orang Syiah ini tidak peduli dan tetap menumpahkan darah mereka. Mengapa hal ini terjadi? Karena mereka tidak memuliakan tanah haram sebagaimana yang telah disebutkan di atas.
Kemudian dengan sombongnya Abu Thahir memerintahkan jasad-jasad jamaah haji yang tewas di masukkan ke dalam sumur zam-zam, melepas kiswah dan pintu Ka’bah, dan yang keterlaluan ia mencongkel hajar aswad dan membawanya ke tempat mereka. Imam Ibnu Katsir menyebutkan pada tahun 339 H barulah mereka mengembalikannya lagi ke Mekah.
2. Kejahatan Syiah di Zaman Modern.
Pertama: Pada tahun 1406 H/1986 M, pihak keamanan Arab Saudi berhasil mengamankan bahan peledak yang dibawa jamaah haji Iran memasuki Mekah.
Kedua: Di tahun berikutnya, 1407 H/1987 M, kembali jamaah haji Syiah Iran mengadakan kerusuhan di tanah haram. Mereke berdomonstrasi anti Amerika di tanah suci dan di bulan suci dengan membawa senjata tajam.
Video:

Ketiga: Pada tahun 1414 H/1994 M orang-orang Syiah mengadakan pengrusakan di dekat Masjid al-Haram. Mereka juga membunuh beberapa jamaah haji. Mereka adalah orang-orang Syiah dari Kuwait dan satu orang dari Arab Saudi sendiri. Saat itu, Allah bukakan kebusukan yang mereka tutupi dengan istilah toleransi atau persaudaraan Sunni-Syiah, di hadapan jamaah haji dari seluruh dunia.
Salah satu petinggi Hizbullah Lebanon menyatakan akan menyerang Mekah:

Sebenarnya masih sangat banyak sekali kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang Syiah di tanah haram, baik secara perorangan atau kelompok yang terorganisir. Mereka melakukan pencurian terhadap jamaah haji, membunuh jamaah yang berada antara shafa dan marwa, dll.
Penulis serahkan kepada pembaca sendiri yang menilai slogan-slogan persatuan yang digembar-gemborkan oleh orang-orang Syiah di negeri ini, apakah itu sebuah bualan atau memang sebuah kebenaran.
Siapa yang tidak membaca sejarah, maka ia akan dihukum dengan melakukan kesalahan yang sama dengan kesalahan di masa lalu.
sumber;http://kisahmuslim.com

Kamis, 16 April 2015

Ilmuwan: Penyebaran dan Gerakan Syiah Berbahaya Bagi Indonesia


Ilmuwan: Penyebaran dan Gerakan Syiah Berbahaya Bagi Indonesia
Kampus International Islamic University Malaysia (IIUM) (ilustrasi)
Hidayatullah.com—Aliran Syiah masuk ke berbagai belahan dunia dengan menggunakan beberapa strategi.  Strategi itu terfokus pada penguasaan tiga asas utama yang ada pada setiap negara, yaitu militer, ilmu pengetahuan (ulama dan intelektual), serta ekonomi (pemilik modal).
Demikian disampaikan Assoc. Prof. Dr. Kamaluddin Marjuni dalam dialog ilmiah tentang Syiah di kampus International Islamic University Malaysia (IIUM) hari Sabtu, 14 Maret 2015.
Acara yang digagas Islamic Studies Forum for Indonesia (ISFI) dengan mengangkat tema “Syiah: Apa, Siapa, Mengapa, dan Bagaimana?” itu juga menghadirkan Assoc. Prof. Dr. Syamsuddin Arif.
Menurut Dr. Kamaluddin Marjuni, selain itu, upaya pensyiahan dunia Islam juga dilakukan melalui penguatan hubungan diplomatik, politik, dan kebudayaan.
Sejak Revolusi Iran, pengaruh Syiah terus menyebar ke banyak negeri Muslim. Negeri-negeri berpenduduk mayoritas Sunni, termasuk di antaranya Malaysia, yang kebanyakan menolak penyebaran paham Syiah di negerinya.
Namun, menariknya, di Indonesia, paham apa pun masuk dan diterima, termasuk Syiah, padahal hal itu sangat tidak menguntungkan Indonesia ke depannya.
“Iran melalui bantuan pendidikannya berencana melahirkan seribu doktor (PhD) di Indonesia,” ujar Dr. Kamaluddin.
“Saudi Arabia pun berencana melahirkan seribu doktor di Indonesia. Masing-masing tentu akan menyebarkan paham Syiah dan Salafy ke Indonesia. Jadi bisa dibayangkan akan seperti apa pertarungan intelektual di Tanah Air ke depannya dengan semakin ramainya kedua kelompok yang sangat bermusuhan ini. Hal ini akan menjadi tantangan yang sangat besar bagi kalangan Asy’ari di Tanah Air,” ujarnya.
Jejak Persia
Sementara itu, Dr. Syamsuddin Arif mengamati adanya jejak-jejak Persia di dalam paham dan praktek keagamaan Syiah.
Ia menyebutkan adanya beberapa upaya menghidupkan kembali identitas Persia, sejak negeri itu dikuasai oleh Muslim, melalui gerakan-gerakan perlawanan terhadap pemerintah pusat, antara lain melalui gerakan Syiah.
Banyak hal yang mengundang pertanyaan tentang Syiah. Salah satu contoh mendasar adalah bagaimana “seluruh agama (Islam) disederhanakan menjadi semata-mata isu Ali-Fatimah-Hasan-Husain.”
Dr. Syamsuddin juga menyinggung tentang beberapa praktek keberagamaan Syiah yang ganjil. Ia memberi contoh penelitian Edith Szanto tentang penjualan beberapa barang terkait seks, seperti kondom, Viagra dan krim untuk alat vital, yang dijajakan secara bebas di tempat-tempat ziarah Syiah di Damaskus. Seolah-olah hal itu merupakan satu bentuk dukungan keagamaan bagi para peziarah yang datang.
Dalam dialog ilmiah ini kedua pembicara sama-sama menjelaskan tentang beragamnya kelompok Syiah yang ada, mulai dari yang ekstrim hingga moderat.
Karena itu penting bagi kalangan Ahlu Sunnah untuk tidak mengeneralisir penyikapan terhadap Syiah. Bagaimanapun, keduanya menekankan bahwa penyebaran paham dan gerakan Syiah merupakan hal yang berbahaya bagi Indonesia.*
sumber;http://www.hidayatullah.com

Para Pemimpin dan Ulama Yang Tewas di Tangan Syiah

Para Pemimpin dan Ulama Yang Tewas di Tangan Syiah

Baru-baru ini ISIS merilis sebuah video yang sangat keji. Sebuah eksekusi mati yang benar-benar jauh dari nilai-nilai kemanusiaan bahkan tidak layak dilakukan untuk makhluk hidup selain manusia sekalipun. Mereka membakar seorang pilot Angkatan Udara Yordania yang merupakan seorang muslim. Kemudian menyebarkan prosesi eksekusi keji tersebut.
Kekejian yang dipertontonkan kelompok Khawarij ini benar-benar membuka mata semua lapisan masyarakat, baik kalangan cendekia maupun awam, bahwa Khawarij adalah sebuah aliran menyimpang yang sangat berbahaya. Ya, sebagian ulama semisal Syaikh Shaleh bin Saad as-Suhaimi hafizhahullah menyebut ISIS adalah Khawarij. Namun sayang, pengetahuan tersebut belum diikuti kesadaran akan percikan-percikan bunga api pemikiran ini. Masyarakat belum sadar bahwa provokasi kebencian kepada pemerintah yang zalim itu adalah bunga api pemikiran Khawarij yang bisa menjadi api besar dalam bentuk vonis kafir terhadap pemerintah yang zalim tersebut.
Sama halnya dengan ideolgi Khawarij. Ada lagi sebuah ajaran yang tidak kalah bahayanya dengan ideologi ISIS tersebut. Ideologi berbahaya ini kita kenal dengan nama ajaran Syiah. Sebuah ideologi ofensif yang menjadi doktrin Syiah yang belum disadari oleh banyak masyarakat. Riak-riak kecil konflik yang terjadi hanya dianggap sebagai gejala sosial biasa. Vonis kafir terhadap para sahabat Nabi, ideologi kebencian dan dendam yang mereka miliki, hanya dianggap sebagai angin lalu yang tak berarti.
Selain itu, Syiah juga lihai menutupi aib mereka. Berbeda dengan ISIS yang berani berterus terang. Sebagaimana yang terjadi di Suriah saat ini. Kekejaman dan kekejian yang dipraktikkan Syiah Bathiniyah di sana tidak kalah mengerikan seperti kelakuan ISIS saat ini. Bahkan kengerian dan kebiadaban Syiah di Suriah frekuensinya jauh lebih besar dari yang ISIS lakukan. Namun sekali lagi mereka pandai menutupi aib mereka dan tidak mau berterus terang.
Kita semua tidak mengharapkan Syiah mempraktikkan kebrutalan mereka sebagaimana kita saksiskan ISIS Khawarij melakukannya pada hari ini. Dan kita tidak ingin menyesal di hari penyesalan itu tidak lagi menjadi solusi. Oleh karena itu, berikut ini kami cuplikkan rekam jejak kekejaman Syiah yang bisa menjadi pelajaran bagi kita bersama. Inilah nama-nama pemimpin dan ulama yang dibunuh oleh kelompok Syiah:
Dari kalangan pemimpin-pemimpin Islam:
  1. Khalifah al-Mustarsyid Billah, seorang khalifah Daulah Abbasiyah. Dibunuh pada tahun 529 H. Ia diserang oleh belasan orang Syiah Bathiniyah yang kemudian menikamnya dengan pisau.
  2. Khalifah al-Rasyid, seorang khalifah Daulah Abbasiyah. Dibunuh pada tahun 532 H. Ia dibunuh para pemberontak Syiah di Kota Asbahan, Iran.
  3. Mentri Nizham Malik, Qowamuddin Husein bin Ali bin Ishaq, dari Bani Saljuk. Pembunuhannya terjadi pada tahun 485 H. Seorang Syiah Bathiniyah datang kepadanya menyamar sebagai peminta-minta. Ketika telah dekat, ia menikamnya dengan pisau hingga sang mentri pun tewas terbunuh.
  4. Mentri Nizham Malik, Abu Nashr. Terbunuh pada tahun 503 H. Orang-orang Syiah menyerangnya tatkala ia sedang shalat.
  5. Mentri Abu al-Muhasin Abdul Jalill ad-Dahistani. Terbnuh pada tahun 495 H. Ia diserang oleh seorang pemuda Syiah Bathiniyah. Dengan sebab itu ia menderita beberapa luka parah yang mengantarkannya kepada kematian.
  6. Mentri al-Kamal Abu Thalib as-Samirmi. Terbnuh pada tahun 516 H. Saat melewati sebuah jalan yang sempit, ia diserang oleh seorang Syiah hingga ia tewas.
  7. Mentri al-Mu’in al-Malik (Abu Nashr). Terbunuh pada tahun 521 H. Ia terbunuh oleh seorang Syiah saat sedang bersantai. Pembunuh tersebut sengaja bekerja menjadi perawat kudanya untuk mewujudkan kekejiannya.
  8. Mentri Adhuddin Abu al-Faraj bin Ra-isul Ru-asa. Terbunuh pada tahun 573 H. Orang-orang Syiah Bathiniyah membunuhnya dengan cara menyamar sebagai orang-orang miskin. Saat dalam perjalanan menunaikan ibadah haji, salah seorang di antara mereka mendekat kepadanya, lalu menyerangnya dengan pisau. Hal itu diikuti oleh beberapa orang lainnya hingga ia tewas terbunuh.
  9. Mentri Nizham al-Malik Mas’ud bin Ali. Terbunuh oleh pengkhianat Syiah pada tahun 596 H.
  10. Mentri Fakhrul Malik Abu al-Muzhaffir Ali bin Nizham al-Malik. Terbunuh pada tahun 500 H. Seorang pemuda Syiah mengadukan perihal kezaliman yang ia terima. Ia membawa selembar kertas yang berisikan masalahnya. Saat Mentri Fakhrul Malik membaca surat aduannya, pemuda itu menikamnya dengan khanjar (pisau Arab) hingga sang mentri terbunuh.
  11. Amir Balkabek Sarmis (الأمير بلكابك سرمز). Terbunuh pada tahun 493 H. Para pemberontak Syiah Bathiniyah membunuhnya dengan pisau-pisau mereka.
  12. Al-Amir Maudud. Terbunuh pada tahun 507 H. Ia dibunuh oleh orang-orang Syiah setelah menunaikan shalat Jumat di Masjid Jami’ Damaskus.
  13. Al-Amir Ahmad bin Ibrahim al-Ruwadi. Terbunuh pada tahun 510 H. Seorang Syiah datang kepadanya sambil menangis, mengadukan bahwa ia telah dizalimi. Ia memberikan sebuah tulisan yang berisi keluhannya kepada al-Amir Ahmad. Ia ingin agar keluhan tersebut diajukan kepada Sultan. Ketika al-Amir Ahmad mengambil surat aduan tersebut dengan segera orang Syiah ini menikamnya hingga ia tewas.
  14. Al-Amir Qasim Aaq Sanqar al-Barasqi (Arab: الأمير قسيم الدولة آق سنقر البرسقي). Terbunuh pada tahun 520 H. Ia diserang oleh belasan orang Syiah di Masjid Jami’ saat menunaikan shalat Jumat.
  15. Al-Amir Tajul Muluk Buri bin Thaghtakin (Arab: الأمير تاج الملوك بوري بن طغتكين). Penyerangan terhadap dirinya terjadi pada tahun 525 H. Ia diserang oleh dua orang Syiah Bathiniyah dan berhasil melukainya. Namun saat itu, Amir Tajul Muluk Buri berhasil meloloskan diri dari maut, akan tetapi pengaruh luka dari serangan tersebut membuatnya wafat di tahun berikutnya.
  16. Al-Amir Aaq Sanqar al-Ahmadili (Arab: الأمير آق سنقر الأحمديلي). Terbunuh oleh pengkhianat Syiah pada tahun 527 H.
  17. Al-Amir Ughlamisy (Arab: الأمير أغلمش). Terbunuh oleh pengkhianat Syiah pada tahu 614 H.
  18. Al-Amir Syihabuddin al-Ghuri. Orang-orang Syiah membunuhnya pada tahun 602 H karena takut akan dirinya dan kebijakannya terhadap orang-orang Syiah.
  19. Al-Amir Jalaluddin bin Khawarizm Syah. Pengkhianat Syiah membunuhnya pada tahu 624 H.
  20. Al-Amir Janahuddaulah Husein (Arab: الأمير جناح الدولة حسين). Terbunuh pada tahun 495 H. Tiga orang Syiah menyerangnya di Masjid Jami’ setelah ia menunaikan shalat Jumat.
  21. Al-Amir Khalaf bin Mula’ib (Arab: الأمير خلف بن ملاعب). Dibunuh oleh pengkhianat Syiah pada tahu 499 H.
  22. Al-Amir Syamsul Muluk Ismail bin Buri. Para pengkhianat Syiah membunuhnya pada tahun 529 H.
  23. Al-Amir Barsiq al-Kabir (Arab: الأمير برسق الكبير). Terbunuh pada tahun 490 H oleh pengkhianat Syiah.
  24. Al-Amir Saifuddin Akhu Ala’-uddin al-Ghuri (Arab: الأمير سيف الدين أخو علاء الدين الغوري). Para pengkhianat Syiah membunuhnya pada tahun 547 H.
  25. As-Sultahn Daud bin as-Sulthan Mahmud (Arab: السلطان داود بن السلطان محمود). Terbunuh pada tahun 538 oleh pemberontak Syiah.
  26. As-Sulthan Bektamur (Arab: السلطان بكتمر). Terbunuh pada tahun 589 H. Utusan Syiah datang menghadapnya dengan penampilan seorang sufi. Salah seorang dari utusan tersebut mendekat kepadanya untuk menceritakan kisahnya. Lalu orang itu tiba-tiba menikamnya dengan pisau hingga sultan pun tewas.
  27. As-Sulthan Shalahuddin al-Ayyubi (Arab: السلطان صلاح الدين الأيوبي). Pada tahun 570 H, orang-orang Syiah mencoba untuk membunuhnya saat beliau berada di tengah pasukannya. Namun mereka gagal menjalankan misi tersebut.
  28. Pada tahun 571 H, orang-orang Syiah kembali melakukan percobaan pembunuhan terhadap Shalahuddin al-Ayyubi saat beliau berada di Aleppo. Lagi-lagi upaya ini menuai kegagalan.
  29. An-Na-ib Nashr Khan bin Arselan Khan Muhammad (Arab: النائب نصر خان بن أرسلان خان محمد). Dibunuh oleh pemberontak Syiah pada tahun 524 H.
  30. Al-Muqrib Juhar (Arab: المقرب جوهر). Serombongan orang-orang Syiah datang menghadapnya dengan penampilan wanita. Saat al-Muqrib mendengarkan perkataan mereka, mereka pun membunuhnya.
  31. Abu Shalih bin al-Ajmi. Dibunuh oleh serombongan orang-orang Syiah pada tahun 573 H.
  32. Saudara dari al-Amir Qotadah, gubernur Mekah. Orang-orang Syiah membunuhnya pada tahun 608 H, di Mina saat musim haji.
Dari kalangan para ulama:
  1. Abu al-Qasim bin Imam al-Haramain. Dibunuh oleh orang-orang Syiah pada tahun 492 H.
  2. Al-Faqih Ahmad bin al-Husein al-Balkhi. Orang-orang Syiah membunuhnya pada tahun 494 H.
  3. Al-Faqih Abdul Lathif bin al-Khajnadi. Dibunuh oleh orang-orang Syiah pada tahun 523 H.
  4. Al-Faqih Abu al-Muhasin ar-Ruyani terbunuh pada tahun 499 H.
  5. Al-Qadhi Abu al-Ala’ Musaid an-Naisaburi. Orang-orang Syiah membunuhnya pada tahun 499 H di Masjid Jami Asbahan.
  6. al-Qadhi Ubaidullah bin Ali al-Khathibi. Terbunuh di masjid jami tahun 502 H, saat ia tengah melaksanakan shalat Jumat.
  7. Al-Qadhi Sha’id bin Abdurrahman Abu al-Ala’. Terbunuh di hari raya Idul Fithri tahun 502 H di Kota Naisabur.
  8. Al-Qadhi Abu Saad Muhammad bi Nashr al-Harwi. Orang-orang Syiah membunuhnya di Jami’ Hamdzan tahun 518 H.
  9. Al-Wa’izh Abu Ja’far bin al-Masyath. Terbunuh pada tahun 498 H. Ia terbunuh saat turun dari kursinya seusai mengajar di masjid.
  10. Al-Wa’izh Abu al-Muzhaffar al-Khajnadi. Terbunuh pada tahun 496 H. Sama halnya dengan Abu Ja’far, Abu al-Muzhaffir pun terbunuh saat ia turun dari kursi yang sering ia gunakan untuk mengajar di masjid, setelah selesai mengajar.
Inilah rekam jejak kejahatan Syiah dalam kurun sejarah Islam. Mereka menyimpan dendam. Jika ISIS beranggapan bahwa orang-orang yang tidak membaiat khalifah mereka adalah kafir dan berhak untuk diperangi, maka Syiah beranggapan setiap orang yang mengingkari akidah mereka yang menyimpang, maka akan dianggap sebagai musuh ahlul bait yang menyetujui terbunuhnya Husein. Karena itu layak dibunuh.
Sumber:http://kisahmuslim.com

Rabu, 15 April 2015

Mengenal Kerajaan Syiah, Daulah Fatimiyah

Daulah Fatimiyah

Pembahasan mengenai Daulah Fatimiyah adalah pembahasan yang menarik, karena kontroversi yang ditimbulkan oleh daulah ini cukup menggegerkan dunia Islam. Ada yang mengatakan kerajaan ini memiliki sumbangsih besar mengenalkan umat Islam pada ilmu pengetahuan, karena merekalah yang membangun Universitas al-Azhar. Di sisi lain, kerajaan ini dikatakan sebagai kerajaan ekstrim yang intoleran, menindas muslim Sunni atau Ahlussunnah wal Jamaah. Sejarah kerajaan yang dipenuhi dengan penindasan, penipuan, dan penyimpangan dari ajaran Islam juga menjadi sisi lain yang perlu diangkat dan diketengahkan.
Akidah Syiah Ismaailiyah
Sebelum membahas kekuatan politik Daulah Fatimiyah, terlebih dahulu kita membahas ideologi kerajaan ini, karena inilah yang melandasi gerakan politiknya. Daulah Fatimiyah adalah sebuah kerajaan yang berideologi Syiah, lebih tepatnya Syiah Ismailiyah. Syiah Ismailiyah adalah sekte Syiah yang meyakini bahwa Ismail bin Ja’far adalah imam ketujuh, adapun mayoritas Syiah (Syiah Itsna Asyriyah) meyakini bahwa Musah bin Ja’fa-lah imam ketujuh setelah Ja’far ash-Shadiq. Perbedaan dalam permasalahan pokok ini kemudian berkembang ke berbagai prinsip ajaran yang lain yang semakin membedakan ajaran Syiah Ismailiyah dengan Syiah arus utama, Syiah Itsna Asyriyah, sehingga ajaran ini menjadi sekte tersendiri.
Ismailiyah memiliki keyakinan yang menyimpang jauh dari ajaran dan akidah Islam. Sebagaimana sekte Syiah lainnya, Syiah Ismailiyah juga meyakini bahwa para imam terjaga dari perbuatan dosa, mereka adalah sosok yang sempurna, dan tidak ada celah sama sekali. Para imam juga dianggap memiliki kemampuan-kemampuan rububiyah, pendek kata, para imam merupakan perwujudan Tuhan di muka bumi.
Tentu saja pandangan Ismailiyah ini bertentanga dengan nilai-nilai tauhid yang diajarkan Islam. Mereka mengultuskan para imam mereka sebagaimana Nasrani mengultuskan Nabi Isa ‘alaihissalam. Atas dasar ini, para ulama menyimpulkan bahwa Syiah Ismailiyah bukanlah bagian dari Agama Islam. Dengan demikian, otomatis Daulah Fatimiyah tidak dianggap sebagai kerajaan Islam dan peninggalan-peninggalan mereka juga tidak dikategorikan sebagai warisan budaya Islam.
Munculnya Dinasti Fatimiyah
Setelah mengetahui dasar ideologi Syiah Ismailiyah, umat Islam menolak ajaran ini dengan terang-terangan, akibatnya orang-orang yang berpegang pada ajaran ini menyembunyikan keyakinan kufur mereka. Sepanjang tahun 800-an hingga awal 900-an M, mereka menyebarkannya kepada orang-orang awam secara sembunyi-sembunyi. Strategi ini mereka lancarkan mulai dari Maroko hingga ke India. Akhirnya pada tahun 909 M, mereka mulai menetapkan berdakwah secara terang-terangan dan mulai berpengaruh di dunia Islam.
Pada tahun 909 M, di Tunisia, seseorang yang bernama Said bin Husein yang memiliki laqob Ubaidullah al-Mahdi Billah memproklamirkan diri sebagai khalifah Daulah Fatimiyah. Ubaidullah al-Mahdi menuntut kepada pengikut sekte Syiah Ismailiyah untuk menaatinya karena dia mengklaim dirinya sebagai imam dalam sekte Syiah Ismailiyah yang memiliki hubungan darah dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari jalur putri beliau Fatimah binti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (dari sini terambil nama Fatimiyah). Para ulama telah membantah klaim nasab Ubaidullah al-Mahdi ini, oleh karena itu mereka menyebut Daulah ini dengan Daulah Ubaidiyah bukan Daulah Fatimiyah.
Untuk memperkuat kerajaan barunya, Ubaidullah al-Mahdi mengakomodir orang-orang Barbar di Afrika Utara sebagai kekuatan militer. Ia berhasil mempengaruhi orang-orang Barbar yang sudah kecewa dengan Dinasti Aghlabiyah di Afrika Utara dan menjanjikan posisi yang baik dan balasan yang memuaskan apabila mereka bergabung dengan Daulah Fatimiyah.
Usaha Ubaidullah al-Mahdi tidak sia-sia, orang-orang Barbar dengan berbagai sukunya berhasil diajak bergabung dan membantunya menaklukkan Daulah Aghlabiyah. Di Kota Raqqadah bekas istana Aghlabiyah pemerintahan Ubaidullah al-Mahdi dimulai. Dari sini kekuasaanya mulai meluas dari Afrika Utara, Maroko, Aljazair, Tunisia, Libia, Sisilia, dan Malta berhasil jatuh dan tunduk di bawah kekuasaannya. Keberhasilan Daulah Fatimiyah ini tentu saja menjadi teror bagi mayoritas umat Islam, terlebih khusus kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad.
Daulah Fatimiyah Menguasai Mesir
Pada tahun 969 M, Fatimiyah sudah memiliki kekuatan yang cukup besar, inilah saatnya menakulkkan wilayah yang besar, strategsi, dan memiliki pengaruh dan prestise, yaitu Mesir. Saat itu, Mesir dipimpin oleh Dinasti Iksidiyah yang dipercayakan penguasa Abbasiyah untuk bertanggung jawab di Mesir dan wilayah kota suci: Mekah, Madinah, dan Jerusalem. Daulah Fatimiyah berhasil menaklukkan Dinasti Iksidiyah sehingga secara otomatis tiga kota suci tersebut jatuh ke wilayah kekuasaan Fatimiyah. Setelah itu, mereka menjadikan Kairo sebagai ibu kota kekhalifahan.
Di akhir tahun 900-an M, daulah ini menjadi sebuah kekuatan adidaya, mereka menguasai sebagian besar dunia Islam, kekuasaan mereka terbentang dari Maroko hingga Suriah. Saat inilah para orientalis menyebut bahwa Daulah Fatimiyah mencapai masa keemasan dan mempraktikkan nilai-nilai toleran antara umat beragama. Namun kenyataannya, teloransi di masa Daulah Fatimiyah hanyalah mitos belaka, bahkan nilai-nilai toleran itu semakin buruk saat mereka berhasil menaklukkan Mesir. Para orientalis menyebut masa itu sebagai masa toleransi semata-mata karena saat itu populasi Yahudi dan Kristen semakin besar di dunia Islam.
Mengapa kita katakan hal itu hanya mitos? Berikut ini data-data sikap intoleran yang dipraktikkan Daulah Fatimiyah, sekaligus membantah klaim para orientalis tersebut.
Orientalis berpendapat bahwa pada masa Fatimimiyah pertumbuhan populasi Yahudi dan Kristen cukup besar dan orang-orang Fatimiyah secara terbuka bekerja sama dengan orang-orang ahlul kitab ini. Kita katakan, hal ini bukanlah hal yang baru dalam perjalanan sejarah umat Islam. Dinasti Umayyah dan Abbasiyah juga terbuka dan profesional bekerja sama dengan orang-orang non-Islam. Bahkan pada masa Abbasiyah hal itu sangat tampak kentara. Pemerintah Abbasiyah terbuka mengundang orang-orang ahlul kitab, bahkan orang-orang pagan (penyembah berhala) Yunani untuk memasuki Baghdad. Mereka dimanfaatkan oleh Abbasiyah untuk membangun kejayaan umat Islam.
Pada masa kekuasaan Fatimiyah, orang-orang Sunni dilarang memasuki Kota Jerusalem
Pada masa kekuasaan Fatimiyah, orang-orang Sunni dilarang memasuki Kota Jerusalem
Dalam perspektif Islam, justru Fatimiyah tidak menerapkan sistem yang longgar bagi orang-orang Sunni atau Ahlussunnah. Sunni dipaksa menyebutkan nama-nama kahlifah Fatimiyah dalam setiap khutbah Jumat, orang-orang Syiah Ismailiyah diperbolehkan bahkan dimotivasi untuk berkunjung ke Jerusalem, sedangkan orang-orang Sunni dilarang melakukan hal itu  (Jerusalem: The Biography, Hal. 204).
Fatimiyah juga memiliki hubungan yang dekat dengan orang-orang Qaramitah di Semenanjung Arab. Duet ini bertanggung jawab atas tindakan-tindakan ofensif terhadap kaum muslimin di wilayah tersebut. Tahun 906 M, mereka menyerang kafilah jamaah haji yang hendak menuju Mekah yang mengakibatkan 20.000 jamaah terbunuh. Tahun 928 M, Qaramitah dipimpin oleh Abu Thahir menyerang Mekah, membantai penduduknya, dan mencongkel Hajar Aswad. 22 tahun kemudian baru mereka kembalikan Hajar Aswad ke Mekah setelah diberikan tebusan (A History of Medieval Islam, Hal: 130). Imam Ibnu Katsir “Dia (Abu Thahir) telah melakukan ilhad (kekufuran) di Masjidil Haram, yang tidak pernah dilakukan oleh orang sebelumnya dan orang sesudahnya.” (al-Bidayah wan Nihayah, 11:190-192).
Secara keseluruhan, masa pemerintahan Fatimiyah adalah penderitaan bagi Ahlussunnah, mereka melakukan penganiayaan dan memaksa Ahlussunah untuk menganut keyakinan kufur Ismailiyah. Ribuan Ahlussunnah dibunuh lantaran mereka menolak untuk menghina para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (The History of Islam, Hal: 269). Puncaknya terjadi pada masa khalifah Fatimiyah, al-Hakim bi Amrillah (996-1021 M), ia menyiksa orang-orang selain dari Syiah Ismailiyah termasuk juga orang-orang Yahudi dan Kristen. Semua gereja dan sinagog di Jerusalem dihancurkan atau minimal ditutup, sampai-sampai orang-orang Yahudi dan Kristen harus berpura-pura menganut agama Syiah Ismailiyah (Jerusalem: The Biography, Hal: 208). Ia memerintahkan penghancuran makam suci bagi umat Kristen (History of The Arabs, Hal: 792). Buah dari perbuatannya ini adalah pecahnya Perang Salib. Sehingga kita bisa menggarisbawahi bahwa Perang Salib bukanlah dipicu oleh Islam dan umat Islam, hal itu disebabkan oleh tingkah laku al-Hakim bi Amrillah dan doktrin Syiah Ismailiyahnya, terlebih dia juga termasuk imam dalam ajaran Syiah Ismailiyah bahkan dia mengklaim bahwa dirinya adalah penjelmaan Allah (History of The Arabs, Hal: 792).
Keruntuhan Kerajaan
Kemunduran Daulah Fatimiyah dimulai ketika Khalifah al-Zahir wafat dan digantikan oleh anaknya yang masih berumur sebelas tahun, Ma’ad al-Muntashir. Ia berkuasa hampir selama enam puluh tahun, dari 1035-1094 M. Pada masa pemerintahannya wilayah Fatimiyah yang luas menyusut sedikit demi sedikit hingga lebih kecil dari wilayah Mesir sekarang. Pada masa itu kekacauan terjadi dimana-mana; kericuhan dan pertikaian terjadi di antara orang Turki, Barbar, dan Sudan, kekuasaan negara lumpuh, kelaparan yang terjadi selama tujuh tahun pun melumpuhkan perekonomian negara. Kemudian masa-masa setelahnya terus digantikan oleh khalifah-khalifah belia yang bahkan belum menginjak usia akil balig.
Wilayah kekuasan Daulah Fatimiyah di masa keemasannya
Wilayah kekuasan Daulah Fatimiyah di masa keemasannya
Pembunuhan dan perebutan tahta mulai terjadi, perekonomian kacau, pajak naik untuk mencukupi kebutuhan kerajaan, dan ketidakstabilan terjadi dalam banyak hal. Keadaan semakin parah dan rumit dengan datangnya Pasukan Salib dan serangan balasan dari Almaric, Raja Jerusalem. Keadaan menyedihkan itu diakhiri oleh Shalahuddin al-Ayyubi pada 1171 M, ia meruntuhkan Daulah Fatimiyah dan menurunkan khalifahnya yang terakhir dari tahtanya.
Diantara peninggalan Daulah Fatimiyah yang paling berharga adalah Universitas al-Azhar yang semula mencetak sarjana-sarjana Syiah kemudian diganti oleh Shalahuddin menjadi universitas yang mencetak tokoh-tokoh Sunni.
Sumber;http://kisahmuslim.com

Senin, 13 April 2015

AWAS Buku-Buku Beracun Di Sekitar Anda…

Jika kita ke toko buku, terkadang tertarik dengan suatu buku. Namun jangan tergesa-gesa dahulu untuk membelinya. Lihat dulu pengarangnya. Apakah dari Ahlus Sunnah wal jama’ah atau bukan. Kalo perlu, lihat juga penerjemahnya (untuk yang bahasa Indonesia) dan penerbitnya. Jangan sampai kita salah di dalam memilih buku.

Pada kesempatan ini kami bawakan daftar buku-buku syiah yang kami dapatkan dari situs salah satu yayasan syiah di Yogyakarta.
Maksud kami ini tidak lain dan tidak bukan agar kita tidak tersesat dalam memilih buku. Kita tahu dan belajar kejelekan bukan untuk kita amalkan tapi untuk kita jauhi.
PENERBIT JUDUL
BUKU DAN PENGARANG
Lentera
  1. Akhlak Keluarga Nabi, Musa Jawad Subhani
  2. Ar-Risalah, Syaikh Ja?far Subhani
  3. As-Sair Wa As-suluk, Sayid Muhammad Mahdi Thabathaba?i Bahrul Ulum
  4. Bagaimana Membangun Kepribadian Anda, Khalil Al Musawi
  5. Bagaimana Menjadi Orang Bijaksana, Khalil al-Musawi
  6. Bagaimana Menyukseskan Pergaulan, Khalil al-Musawi
  7. Belajar Mudah Tasawuf, Fadlullah Haeri
  8. Belajar Mudah Ushuluddin, Syaikh Nazir Makarim Syirasi
  9. Berhubungan dengan Roh, Nasir Makarim Syirazi
  10. Ceramah-Ceramah (1), Murtadha Muthahhari
  11. Ceramah-Ceramah (2), Murtadha Muthahhari
  12. Dunia Wanita Dalam Islam, Syaikh Husain Fadlullah
  13. Etika Seksual dalam Islam, Murtadha Muthahhari
  14. Fathimah Az-Zahra, Ibrahim Amini
  15. Fiqih Imam Ja?far Shadiq [1], Muhammad Jawad Mughniyah
  16. Fiqih Imam Ja?far Shadiq Buku [2], Muh Jawad Mughniyah
  17. Fiqih Lima Mazhab, Muh Jawad Mughniyah
  18. Fitrah, Murthadha Muthahhari
  19. Gejolak Kaum Muda, Nasir Makarim Syirazi
  20. Hak-hak Wanita dalam Islam, Murtadha Muthahhari
  21. Imam Mahdi Figur Keadilan, Jaffar Al-Jufri (editor)
  22. Kebangkitan di Akhirat, Nasir Makarim Syirazi
  23. Keutamaan & Amalan Bulan Rajab, Sya?ban dan Ramadhan,Sayid Mahdi al-Handawi
  24. Keluarga yang Disucikan Allah, Alwi Husein, Lc
  25. Ketika Bumi Diganti Dengan Bumi Yang Lain, Jawadi Amuli
  26. Kiat Memilih Jodoh, Ibrahim Amini
  27. Manusia Sempurna, Murtadha Muthahhari
  28. Mengungkap Rahasia Mimpi, Imam Ja?far Shadiq
  29. Mengendalikan Naluri, Husain Mazhahiri
  30. Menumpas Penyakit Hati, Mujtaba Musawi Lari
  31. Metodologi Dakwah dalam Al-Qur?an, Husain Fadhlullah
  32. Monoteisme, Muhammad Taqi Misbah
  33. Meruntuhkan Hawa Nafsu Membangun Rohani, Husain Mazhahiri
  34. Memahami Esensi AL-Qur?an, S.M.H. Thabatabai
  35. Menelusuri Makna Jihad, Husain Mazhahiri
  36. Melawan Hegemoni Barat, M. Deden Ridwan (editor)
  37. Mengenal Diri, Ali Shomali
  38. Mengapa Kita Mesti Mencintai Keluarga Nabi Saw, Muhammad Kadzim Muhammad Jawad
  39. Nahjul Balaghah, Syarif Radhi (penyunting)
  40. Penulisan dan Penghimpunan Hadis, Rasul Ja?farian
  41. Perkawinan Mut?ah Dalam Perspektif Hadis dan Tinjauan Masa Kini, Ibnu Mustofa (editor)
  42. Perkawinan dan Seks dalam Islam, Sayyid Muhammad Ridhwi
  43. Pelajaran-Pelajaran Penting Dalam Al-Qur?an (1), Murtadha Muthahhari
  44. Pelajaran-Pelajaran Penting Dalam Al-Qur?an (2), Murtadha Muthahhari
  45. Pintar Mendidik Anak, Husain Mazhahiri
  46. Rahasia Alam Arwah, Sayyid Hasan Abthahiy
  47. Suara Keadilan, George Jordac
  48. Yang Hangat dan Kontroversial dalam Fiqih, Ja?far Subhani
  49. Wanita dan Hijab, Murtadha Muthahhari
Pustaka Hidayah
  1. 14 Manusia Suci, WOFIS IRAN
  2. 70 Salawat Pilihan, Al-Ustads Mahmud Samiy
  3. Agama Versus Agama, Ali Syari?ati
  4. Akhirat dan Akal, M Jawad Mughniyah
  5. Akibat Dosa, Ar-Rasuli Al-Mahalati
  6. Al-Quran dan Rahasia angka-angka, Abu Zahrah Al Najdiy
  7. Asuransi dan Riba, Murtadha Muthahhari
  8. Awal dan Sejarah Perkembangan Islam Syiah, S Husain M Jafri
  9. Belajar Mudah Ushuluddin, Dar al-Haqq
  10. Bimbingan Keluarga dan Wanita Islam, Husain Ali Turkamani
  11. Catatan dari Alam Ghaib, S Abd Husain Dastaghib
  12. Dari Saqifah Sampai Imamah, Sayyid Husain M. Jafri
  13. Dinamika Revolusi Islam Iran, M Riza Sihbudi
  14. Falsafah Akhlak, Murthadha Muthahhari
  15. Falsafah Kenabian, Murthada Muthahhari
  16. Gerakan Islam, A. Ezzati
  17. Humanisme Antara Islam dan Barat, Ali Syari?ati
  18. Imam Ali Bin Abi Thalib & Imam Hasan bin Ali Ali Muhammad Ali
  19. Imam Husain bin Ali & Imam Ali Zainal Abidin Ali Muhammad Ali
  20. Imam Muhammad Al Baqir & Imam Ja?far Ash-Shadiq Ali Muhammad Ali
  21. Imam Musa Al Kadzim & Imam Ali Ar-Ridha Ali Muhammad Ali
  22. Inilah Islam, SMH Thabataba?i
  23. Islam Agama Keadilan, Murtadha Muthahhari
  24. Islam Agama Protes, Ali Syari?ati
  25. Islam dan Tantangan Zaman, Murthadha Muthahhari
  26. Jejak-jejak Ruhani, Murtadha Muthahhari
  27. Kepemilikan dalam Islam, S.M.H. Behesti
  28. Keutamaan Fatimah dan Ketegaran Zainab, Sayyid Syarifuddin Al Musawi
  29. Keagungan Ayat Kursi, Muhammad Taqi Falsafi
  30. Kisah Sejuta Hikmah, Murtadha Muthahhari
  31. Kisah Sejuta Hikmah [1], Murthadha Muthahhari
  32. Kisah Sejuta Hikmah [2],Murthadha Muthahhari
  33. Memilih Takdir Allah, Syaikh Ja?far Subhani
  34. Menapak Jalan Spiritual, Muthahhari & Thabathaba?i
  35. Menguak Masa Depan Umat Manusia, Murtadha Muthahhari
  36. Menolak Isu Perubahan Al-Quran, Rasul Ja?farian
  37. Mengurai Tanda Kebesaran Tuhan, Imam Ja?far Shadiq
  38. Misteri Hari Pembalasan, Muhsin Qara?ati
  39. Muatan Cinta Ilahi, Syekh M Mahdi Al-syifiy
  40. Nubuwah Antara Doktrin dan Akal, M Jawad Mughniyah
  41. Pancaran Cahaya Shalat, Muhsin Qara?ati
  42. Pengantar Ushul Fiqh, Muthahhari & Baqir Shadr
  43. Perayaan Maulid, Khaul dan Hari Besar Islam, Sayyid Ja?far Murtadha al-Amili
  44. Perjalanan-Perjalanan Akhirat, Muhammad Jawad Mughniyah
  45. Psikologi Islam, Mujtaba Musavi Lari
  46. Prinsip-Prinsip Ijtihad Dalam Islam, Murtadha Muthahhari& M. Baqir Shadr
  47. Rasulullah SAW dan Fatimah Ali Muhammad Ali
  48. Rasulullah: Sejak Hijrah Hingga Wafat, Ali Syari?ati
  49. Reformasi Sufistik, Jalaluddin Rakhmat
  50. Salman Al Farisi dan tuduhan Terhadapnya, Abdullah Al Sabitiy
  51. Sejarah dalam Perspektif Al-Quran, M Baqir As-Shadr
  52. Tafsir Surat-surat Pilihan [1], Murthadha Muthahhari
  53. Tafsir Surat-surat Pilihan [2], Murthadha Muthahhari
  54. Tawasul, Tabaruk, Ziarah Kubur, Karamah Wali, Syaikh Ja?far Subhani
  55. Tentang Dibenarkannya Syafa?at dalam Islam, Syaikh Ja?far Subhani
  56. Tujuan Hidup, M.T. Ja?fari
  57. Ummah dan Imamah, Ali Syari?ati
  58. Wanita Islam & Gaya Hidup Modern, Abdul Rasul Abdul Hasan al-Gaffar
MIZAN
  1. 40 Hadis [1], Imam Khomeini
  2. 40 Hadis [2], Imam Khomeini
  3. 40 Hadis [3], Imam Khomeini
  4. 40 Hadis [4], Imam Khomeini
  5. Akhlak Suci Nabi yang Ummi, Murtadha Muthahhari
  6. Allah dalam Kehidupan Manusia, Murtadha Muthahhari
  7. Bimbingan Islam Untuk Kehidupan Suami-Istri, Ibrahim Amini
  8. Berhaji Mengikuti Jalur Para Nabi, O.Hasem
  9. Dialog Sunnah Syi?ah, A Syafruddin al-Musawi
  10. Eksistensi Palestina di Mata Teheran dan Washington, M Riza Sihbudi
  11. Falsafah Pergerakan Islam, Murtadha Muthahhari
  12. Falsafatuna, Muhammad Baqir Ash-Shadr
  13. Filsafat Sains Menurut Al-Quran, Mahdi Gulsyani
  14. Gerakan Islam, A Ezzati
  15. Hijab Gaya Hidup Wanita Muslim, Murtadha Muthahhari
  16. Hikmah Islam, Sayyid M.H. Thabathaba?i
  17. Ideologi Kaum Intelektual, Ali Syari?ati
  18. Ilmu Hudhuri, Mehdi Ha?iri Yazdi
  19. Islam Aktual, Jalaluddin Rakhmat
  20. Islam Alternatif, Jalaluddin Rakhmat
  21. Islam dan Logika Kekuatan, Husain Fadhlullah
  22. Islam Mazhab Pemikiran dan Aksi, Ali Syari?ati
  23. Islam Dan Tantangan Zaman, Murtadha Muthahhari
  24. Islam, Dunia Arab, Iran, Barat Dan Timur tengah, M Riza Sihbudi
  25. Isu-isu Penting Ikhtilaf Sunnah-Syi?ah, A Syafruddin Al Musawi
  26. Jilbab Menurut Al Qur?an & As Sunnah, Husain Shahab
  27. Kasyful Mahjub, Al-Hujwiri
  28. Keadilan Ilahi, Murtadha Muthahhari
  29. Kepemimpinan dalam Islam, AA Sachedina
  30. Kritik Islam Atas Marxisme dan Sesat Pikir Lainnya, Ali Syari?ati
  31. Lentera Ilahi Imam Ja?far Ash Shadiq
  32. Manusia dan Agama, Murtadha Muthahhari
  33. Masyarakat dan sejarah, Murtadha Muthahhari
  34. Mata Air Kecemerlangan, Hamid Algar
  35. Membangun Dialog Antar Peradaban, Muhammad Khatami
  36. Membangun Masa Depan Ummat, Ali Syari?ati
  37. Mengungkap Rahasia Al-Qur?an, SMH Thabathaba?i
  38. Menjangkau Masa Depan Islam, Murtadha Muthahhari
  39. Menjawab Soal-soal Islam Kontemporer, Jalaluddin Rakhmat
  40. Menyegarkan Islam, Chibli Mallat (*0
  41. Menjelajah Dunia Modern, Seyyed Hossein Nasr
  42. Misteri Kehidupan Fatimah Az-Zahra, Hasyimi Rafsanjani
  43. Muhammad Kekasih Allah, Seyyed Hossein Nasr
  44. Muthahhari: Sang Mujahid Sang Mujtahid, Haidar Bagir
  45. Mutiara Nahjul Balaghah, Muhammad Al Baqir
  46. Pandangan Dunia Tauhid,. Murtadha Muthahhari
  47. Para Perintis Zaman Baru Islam,Ali Rahmena
  48. Penghimpun Kebahagian, M Mahdi Bin Ad al-Naraqi
  49. PersinggahanPara Malaikat, Ahmad Hadi
  50. Rahasia Basmalah Hamdalah, Imam Khomeini
  51. Renungan-renungan Sufistik, Jalaluddin Rakhmat
  52. Rubaiyat Ummar Khayyam, Peter Avery
  53. Ruh, Materi dan Kehidupan, Murtadha Muthahhari
  54. Spritualitas dan Seni Islam, Seyyed Hossein Nasr
  55. Syi?ah dan Politik di Indonesia, A. Rahman Zainuddin (editor)
  56. Sirah Muhammad, M. Hashem
  57. Tauhid Dan Syirik, Ja?far Subhani
  58. Tema-Tema Penting Filsafat, Murtadha Muthahhari
  59. Ulama Sufi & Pemimpin Ummat, Muhammad al-Baqir
YAPI
JAKARTA
  1. Abdullah Bin Saba? dalam Polemik, Non Mentioned
  2. Abdullah Bin Saba? Benih Fitnah, M Hashem
  3. Al Mursil Ar Rasul Ar Risalah, Muhammad Baqir Shadr
  4. Cara Memahami Al Qur?an, S.M.H. Bahesti
  5. Hukum Perjudian dalam Islam, Sayyid Muhammad Shuhufi
  6. Harapan Wanita Masa Kini, Ali Shari?ati
  7. Hubungan Sosial Dalam Islam, Sayyid Muh Suhufi
  8. Imam Khomeini dan Jalan Menuju Integrasi dan Solidaritas Islam, Zubaidi Mastal
  9. Islam Dan Mazhab Ekonomi, Muhammad Baqir Shadr
  10. Kedudukan Ilmu dalam Islam, Sayyid Muh Suhufi
  11. Keluarga Muslim, Al Balaghah Foundation
  12. Kebangkitan Di Akhirat, Nasir Makarim Syirazi
  13. Keadilan Ilahi, Nasir Makarim Syirazi
  14. Kenabian, Nasir Makarim Syirazi
  15. Kota Berbenteng Tujuh, Fakhruddin Hijazi
  16. Makna Ibadah, Muhammad Baqir Shadr
  17. Menuju Persahabatan, Sayyid Muh Suhufi
  18. Mi?raj Nabi, Nasir Makarim Syrazi
  19. Nasehat-Nasehat Imam Ali, Non Mentioned
  20. Prinsip-Prinsip Ajaran Islam, SMH Bahesti
  21. Perjuangan Melawan Dusta, Bi?that Foundation
  22. Persaudaraan dan Persahabatan, Sayyid Muh Suhufi
  23. Perjanjian Ilahi Dalam Al-Qur?an, Abdul Karim Biazar
  24. Rasionalitas Islam, World Shi?a Muslim Org.
  25. Syahadah, Ali Shari?ati
  26. Saqifah Awal Perselisihan Umat, O Hashem
  27. Sebuah Kajian Tentang Sejarah Hadis, Allamah Murthadha Al Askari
  28. Tauhid, Nasir Makarim Syirazi
  29. Wasiat Atau Musyawarah, Ali Shari?ati
  30. Wajah Muhammad, Ali Shari?ati
YAPI
Bangil
  1. Akal dalam Al-Kafi, Husein al-Habsyi
  2. Ajaran- ajaran Al-Quran, Sayid T Burqi & Bahonar
  3. Bimbingan Sikap dan Perilaku Muslim, Al Majlisi Al-Qummi
  4. Hawa Nafsu, M Mahdi Al Shifiy
  5. Konsep Ulul Amri dalam Mazhab-mazhab Islam, Musthafa Al Yahfufi
  6. Kumpulan Khutbah Idul Adha, Husein al-Habsyi
  7. Kumpulan Khutbah Idul Fitri, Husein al-Habsyi
  8. Metode Alternatif Memahami Al-Quran, Bi Azar Syirazi
  9. Manusia Seutuhnya, Murtadha Muthahhari
  10. Polemik Sunnah-Syiah Sebuah Rekayasa, Izzudddin Ibrahim
  11. Pesan Terakhir Rasul, Non Mentioned
  12. Pengantar Menuju Logika, Murtadha Muthahhari
  13. Shalat Dalam Madzhab AhlulBait, Hidayatullah Husein Al-Habsyi
Rosdakarya
  1. Catatan Kang Jalal, Jalaluddin Rakhmat
  2. Derita Putri-Putri Nabi, M. Hasyim Assegaf
  3. Fatimah Az Zahra, Jalaluddin Rakhmat
  4. Khalifah Ali Bin Abi Thalib, Jalaluddin Rakhmat
  5. Meraih Cinta Ilahi, Jalaluddin Rakhmat
  6. Rintihan Suci Ahlul Bait Nabi, Jalaluddin Rakhmat
  7. Tafsir Al fatihah: Mukaddimah, Jalaluddin Rakhmat
  8. Tafsir Bil Ma?tsur, Jalaluddin Rakhmat
  9. Zainab Al-Qubra, Jalaluddin Rakhmat
Al-Hadi
  1. Al-Milal wan-Nihal, Ja?far Subhani
  2. Buku Panduan Menuju Alam Barzakh, Imam Khomeini
  3. Fiqh Praktis, Hasan Musawa
CV
Firdaus
  1. Al-Quran Menjawab Dilema keadilan, Muhsin Qira?ati
  2. Imamah Dan Khalifah, Murtadha Muthahhari
  3. Keadilan Allah Qadha dan Qadhar, Mujtaba Musawi Lari
  4. Kemerdekaan Wanita dalam Keadilan Sosial Islam, Hashemi Rafsanjani(et. al)
  5. Pendidikan Anak: Sejak Dini Hingga Masa Depan, Mahjubah Magazine
  6. Tafsir Al Mizan: Ayat-ayat Kepemimpinan, S.M.H. Thabathaba?i
  7. Tafsir Al-Mizan: Surat Al-Fatihah, S.M.H. Thabathaba?i
  8. Tafsir Al-Mizan: Ruh dan Alam Barzakh, S.M.H. Thabathaba?i
  9. Tauhid: Pandangan Dunia Alam Semesta, Muhsin Qara?ati
  10. Al-Qur?an Menjawab Dilema Keadilan, Muhsin Qara?ati
Pustaka Firdaus
  1. Saat Untuk Bicara, Sa?di Syirazi
  2. Tasawuf: Dulu dan Sekarang, Seyyed Hossein Nasr
Risalah
Masa
  1. Akar Keimanan, Sayyid Ali Khamene?i
  2. Dasar-Dasar Filsafat Islam[2], Bahesty & Bahonar
  3. Hikmah Sejarah-Wahyu dan Kenabian [3], Bahesty & Bahonar
  4. Kebebasan berpikir dan Berpendapat dalam Islam, Murtadha Muthahhari
  5. Menghapus Jurang Pemisah Menjawab Buku al Khatib, Al Allamah As Shafi
  6. Pedoman Tafsir Modern, Ayatullah Baqir Shadr
  7. Kritik Terhadap Materialisme, Murtadha Muthahhari
  8. Prinsip-Prinsip Islam [1], Bahesty & Bahonar
  9. Syi?ah Asal-Usul dan Prinsip Dasarnya, Sayyid Muh. Kasyful Ghita
  10. Tauhid Pembebas Mustadh?afin, Sayyid Ali Khamene?i
  11. Tuntunan Puasa, Al-Balagha
  12. Wanita di Mata dan Hati Rasulullah, Ali Syari?ati
  13. Wali Faqih: Ulama Pewaris Kenabian,
Qonaah
  1. Pendekatan
    Sunnah Syi?ah, Salim Al-Bahansawiy
Bina Tauhid Memahami Al Qur?an, Murthadha Muthahhari
Mahdi Tafsir Al-Mizan: Mut?ah, S.M.H. Thabathabai
Ihsan Pandangan Islam Tentang Damai-Paksaan, Muhammad Ali Taskhiri
Al-Kautsar
  1. Agar Tidak Terjadi Fitnah, Husein Al Habsyi
  2. Dasar-Dassar Hukum Islam, Muhsin Labib
  3. Nabi Bermuka Manis Tidak Bermuka Masam, Husein Al Habsyi
  4. Sunnah Syi?ah Dalam Ukhuwah Islamiyah, Husain Al Habsyi
  5. 60 Hadis Keutamaan Ahlul Bait, Jalaluddin Suyuti
Al-Baqir
  1. 560 Hadis Dari Manusia Suci, Fathi Guven
  2. Asyura Dalam Perspektif Islam, Abdul Wahab Al-Kasyi
  3. Al Husein Merajut Shara Karbala, Muhsin Labib
  4. Badai Pembalasan, Muhsin Labib
  5. Darah Yang Mengalahkan Pedang, Muhsin Labib
  6. Dewi-Dewi Sahara, Muhsin Labib
  7. Membela Para Nabi, Ja?far Subhani
  8. Suksesi, M Baqir Shadr
  9. Tafsir Nur Tsaqalain, Ali Umar Al-Habsyi
Al-Bayan
  1. Bimbingan Islam Untuk Kehidupan Suami Istri, Ibrahim Amini
  2. Mengarungi Samudra Kebahagiaan, Said Ahtar Radhawi
  3. Teladan Suci Kelurga Nabi, Muhammad Ali Shabban
As-Sajjad
  1. Bersama Orang-orang yang Benar, Muh At Tijani
  2. Imamah, Ayatullah Nasir Makarim Syirazi
  3. Ishmah Keterpeliharaan Nabi Dari Dosa, Syaikh Ja?far Subhani
  4. Jihad Akbar, Imam Khomeini
  5. Kemelut Kepemimpinan, Ayatullah Muhammad Baqir Shadr
  6. Kasyful Asrar Khomeini, Dr. Ibrahim Ad-Dasuki Syata
  7. Menjawab Berbagai Tuduhan Terhadap Islam, Husin Alhabsyi
  8. Nabi Tersihir, Ali Umar
  9. Nikah Mut?ah Ja?far, Murtadha Al Amili
  10. Nikah Mut;ah Antara Halal dan Haram, Amir Muhammad Al-Quzwainy
  11. Surat-Surat Revolusi, AB Shirazi
Basrie
Press
  1. Ali Bin Abi Thalib di Hadapan Kawan dan Lawan, Murtadha Muthahhari
  2. Manusia Dan Takdirnya, Murtadha Muthahhari
  3. Fiqh Lima Mazhab, Muhammad Jawad Mughniyah
Pintu Ilmu Siapa,
Mengapa Ahlul Bayt, Jamia?ah Al-Ta?limat Al-Islamiyah Pakistan
Ulsa Press
  1. Mengenal Allah, Sayyid MR Musawi Lari
  2. Islam Dan Nasionalisme, Muhammad Naqawi
  3. Latar Belakang Persatuan Islam, Masih Muhajeri
  4. Tragedi Mekkah Dan Masa Depan Al-Haramain, Zafar Bangash
  5. Abu Dzar, Ali Syari?ati
  6. Aqidah Syi?ah Imamiyah, Syekh Muhammad Ridha Al Muzhaffar
  7. Syahadat Bangkit Bersaksi, Ali Syari?ati
Gua Hira
  1. Kepemimpinan
    Islam, Murtadha Muthahhari
Grafiti
  1. Islam Syi?ah: Allamah M.H. Thabathaba?i
  2. Pengalaman Terakhir Syah, William Shawcross
  3. Tugas Cendikiawan Muslim, Ali Syaria?ti
Effar
Offset
Dialog Pembahasan Kembali Antara Sunnah & Syi?ah Sulaim Al-Basyari & Syaraduddien Al ?Amili
Shalahuddin
Press
  1. Fatimah Citra Muslimah Sejati, Ali Syari?ati
  2. Gerbang Kebangkitan, Kalim Siddiqui
  3. Islam Konsep Akhlak Pergerakan, Murtadha Muthahhari
  4. Panji Syahadah, Ali Syari?ati.
  5. Peranan Cendekiawan Muslim, Ali Syari?ati
Ats-Tsaqalain Sunnah
Syi?ah dalam Dialog, Husein Al Habsyi
Pustaka Kehidupan
Yang Kekal, Morteza Muthahari
Darut
Taqrib
Rujuk
Sunnah Syi?ah, M Hashem
Al-Muntazhar
  1. Fiqh Praktis Syi?ah Imam Khomeini, Araki, Gulfaigani, Khui
  2. Ringkasan Logika Muslim, Hasan Abu Ammar
  3. Saqifah Awal Perselisihan Umat, O Hashem
  4. Tauhid: Rasionalisme Dan Pemikiran dalam Islam, Hasan Abu Ammar
Gramedia Biografi
Politik Imam Khomeini, Riza Sihbudi
Toha
Putra
Keutamaan
Keluarga Rasulullah, Abdullah Bin Nuh
Gerbang
Ilmu
Tafsir
Al-Amtsal (Jilid 1), Nasir Makarim Syirazi
Al-Jawad
  1. Amalan Bulan Ramadhan Husein Al-Kaff
  2. Mi?raj Ruhani [1], Imam Khomeini
  3. Mi?raj Ruhani [2] Imam Khomeni
  4. Mereka Bertanya Ali Menjawab, M Ridha Al-Hakimi
  5. Pesan Sang Imam, Sandy Allison (penyusun)
  6. Puasa dan Zakat Fitrah Imam Khomeini & Imam Ali Khamene?i
Jami?ah al-Ta?limat al-Islamiyah Tuntutan Hukum Syari?at, Imam Abdul Qasim
Sinar
Harapan
  1. Iran Pasca Revolusi, Syafiq Basri
  2. Perang Iran Perang Irak, Nasir Tamara
  3. Revolusi Iran, Nasir Tamara
Mulla
Shadra
  1. Taman Para Malaikat, Husain Madhahiri
  2. Imam Mahdi Menurut Ahlul Sunnah Wal Jama?ah, Hasan Abu Ammar
Duta Ilmu
  1. Wasiat Imam Ali, Non Mentioned
  2. Menuju Pemerintah Ideal, Non Mentioned
Majlis Ta?lim Amben 114 Hadis Tanaman, Al Syeikh Radhiyuddien
Grafikatama
Jaya
Tipologi Ali Syari?ati
Nirmala Menyingkap Rahasia Haji, Syeikh Jawadi Amuli
Hisab Abu
Thalib dalam Polemik, Abu Bakar Hasan Ahmad
Ananda Tentang Sosiologi Islam, Ali Syari?ati
Iqra Islam dalam Perspektif Sosiologi Agama, Ali Shari?ati
Fitrah Tuhan dalam Pandangan Muslim, S Akhtar Rizvi
Lentera
Antarnusa
Sa?di Bustan, Sa?di
Pesona Membaca Ali Bersama Ali Bin Abi Thalib, Gh R Layeqi
Rajawali
Press
  1. Tugas Cendekiawan Muslim, Ali Shari?ati
Bina
Ilmu
Demonstran Iran dan Jum?at Berdarah di Makkah, HM Baharun
Pustaka
Pelita
  1. 1. Akhirnya Kutemukan Kebenaran, Muh Al Tijani Al Samawi
  2. Cara Memperoleh Haji Mabrur, Husein Shahab
  3. Fathimah Az-Zahra: Ummu Abiha, Taufik Abu ?Alama
  4. Pesan Terakhir Nabi, Non Mentioned
Pustaka
  1. Etika Seksual dalam Islam, Morteza Muthahhari
  2. Filsafat Shadra, Fazlur Rahman
  3. Haji, Ali Syari?ati
  4. Islam dan Nestapa Manusia Modern, Seyyed Hosein Nasr
  5. Islam Tradisi Seyyed, Hosein Nasr
  6. Manusia Masa Kini Dan Problem Sosial, Muhammad Baqir Shadr
  7. Reaksi Sunni-Syi?ah, Hamid Enayat
  8. Surat-Surat Politik Imam Ali, Syarif Ar Radhi
  9. Sains dan Peradaban dalam Islam, Sayyed Hossein Nasr
Pustaka Jaya Membina Kerukunan Muslimin, Sayyid Murthadha al-Ridlawi
Islamic Center Al-Huda
  1. Jurnal Al Huda (1)
  2. Jurnal Al Huda (2)
  3. Syiah Ditolak, Syiah Dicari, O. Hashem
  4. Mutiara Akhlak Nabi, Syaikh Ja?far Hadi
Hudan
Press
  1. Tafsir Surah Yasin, Husain Mazhahiri
  2. Do?a-Do;a Imam Ali Zainal Abidin
Yayasan Safinatun Najah
  1. 1. Manakah Jalan Yang Lurus (1), Al-Ustads Moh. Sulaiman Marzuqi Ridwan
  2. Manakah Jalan Yang Lurus (2), Al-Ustads Moh. Sulaiman Marzuqi Ridwan
  3. Manakah Jalan Yang Lurus (3), Al-Ustads Moh. Sulaiman Marzuqi Ridwan
  4. Manakah Shalat Yang Benar (1), Al-Ustads Moh. Sulaiman Marzuqi Ridwan
Amanah Press Falsafah Pergerakan Islam, Murtadha Muthahhari
Yayasan Al-Salafiyyah Khadijah Al-Kubra Dalam Studi Kritis Komparatif, Drs. Ali S. Karaeng Putra
Kelompok
Studi Topika
Hud-Hud
Rahmaniyyah, Dimitri Mahayana
Muthahhari
Press/Muthahhari Papaerbacks
  1. Jurnal Al Hikmah (1)
  2. Jurnal Al Hikmah (2)
  3. Jurnal Al Hikmah (3)
  4. Jurnal Al Hikmah (4)
  5. Jurnal Al Hikmah (5)
  6. Jurnal Al Hikmah (6)
  7. Jurnal Al Hikmah (7)
  8. Jurnal Al Hikmah (8)
  9. Jurnal Al Hikmah (9)
  10. Jurnal Al Hikmah (10)
  11. Jurnal Al Hikmah (11)
  12. Jurnal Al Hikmah (12)
  13. Jurnal Al Hikmah (13)
  14. Jurnal Al Hikmah (14)
  15. Jurnal Al Hikmah (15)
  16. Jurnal Al Hikmah (16)
  17. Jurnal Al Hikmah (17)
  18. Shahifah Sajjadiyyah, Jalaluddin Rakhmat (penyunting)
  19. Manusia dan Takdirnya, Murtadha Muthahhari
  20. Abu Dzar, Ali Syariati
  21. Pemimpin Mustadha?afin, Ali Syariati
Serambi
  1. Jantung Al-Qur?an, Syeikh Fadlullah Haeri
  2. Pelita Al-Qur?an, Syeikh Fadlullah Haeri
Cahaya Membangun
Surga Dalam Rumah Tangga, Huzain Mazhahiri
(Non Mentioned)
  1. Sekilas Pandang Tentang Pembantain di Masjid Haram, Non Mentioned
  2. Jumat Berdarah Pembantaian Kimia Rakyat Halajba 1988, Non Mentioned
  3. Al-Quran dalam Islam, MH Thabathabai
  4. Ajaran-Ajaran Asas Islam, Behesti
  5. Wacana Spiritual, Tabligh Islam Program
  6. Keutamaan Membaca Juz Amma, Taufik Yahya
  7. Keutamaan Membaca Surah Yasin, Waqiah, Al Mulk, Taufik Yahya
  8. Keutamaan Membaca Surah Al-Isra & Al-Kahfi, Taufik Yahya
  9. Bunga Rampai Keimanan, Taufik Yahya
  10. Bunga Rampai Kehidupan Sosial, Taufik Yahya
  11. Bunga Rampai Pendidikan, Husein Al-Habsyi
  12. Hikmah-Hikmah Sholawat ,Taufik Yahya
  13. Bunga Rampai Pernikahan, Taufik Yahya
  14. Hikmah-Hikmah Puasa, Taufik Yahya
  15. Hikmah-Hikmah Kematian, Taufik Yahya
  16. Wirid Harian, Non Mentioned
  17. Do?a Kumay,l Non Mentioned
  18. Do?a Harian, Non Mentioned
  19. Do?a Shobah, Non Mentioned
  20. Do?a Jausyan Kabir, Non Mentioned
  21. Keutamaan Shalat Malam Dan Do?anya, Non Mentioned
  22. Do?a Nutbah, Non Mentioned
  23. Do?a Abu Hamzah Atsimali, Non Mentioned
  24. Do?a Hari Arafah (Imam Husain), Non Mentioned
  25. Do?a Hari Arafah (Imam Sajjad), Non Mentioned
  26. Do?a Tawassul, Non Mentioned
  27. Do?a Untuk Ayah dan Ibu, Non Mentioned
  28. Do?a Untuk Anak, Non Mentioned
  29. Do?a Khatam Qur?an, Non Mentioned
  30. Doa Sebelum dan Sesudah Baca Qur?an, Non Mentioned
  31. Amalan Bulan Sya?ban dan Munajat Sya?baniyah, Non Mentioned
    sumber; https://aslibumiayu.wordpress.com

Syiah Mulai Menebarkan Pemikiran Melalui Penerbit-Penerbit Yang Mereka Miliki,..


Waspada Penerbit buku syiah di indonesiaPERHATIKAN BUKU YANG ANDA BELI….!
SYI’AH (Indonesia :Ikatan Jama’ah Ahlul Bait Indonesia) MULAI MENYEBAR Di TOKO-TOKO BUKU SELURUH INDONESIA…,MAKA. HATI – HATI-LAH….Jangan Terpengaruh dengan Tulisan Redaksi-nya Yang Meyakinkan
Bismillah, Alhamdulillah.
semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam.
Amma ba’du :
Akhir – akhir ini menurut pengamatan kami, penerbit – penerbit buku – buku Islam yang berjalan diatas jalan Ahlus Sunnah, sudah mulai mengendor didalam menyebarkan buku – buku yang bermanfaat.
Hal inilah yang menjadikan musuh – musuh Islam & dari Kalangan Munafikun berkesempatan menyelip dan menyebarkan paham mereka di negeri ini. Dengan membuat buku dan mengedar luaskan nya.
Beberapa tahun ini, memang kebangkitan keilmuan Islam di Negeri Indonesia ini, alhamdulillah sangat terasa sekali, dengan menyebarnya kajian – kajian ilmiah, dan dibuka nya ma’had – ma’had islam, dan diterbitkan nya majalah – majalah yang bermanfaat.
Ketika seseorang Muslim berjalan kesebuah toko buku untuk membeli buku tentang agama nya, bisa saja dia terfitnah dan terkena syubhat ajaran Syi’ah. Dimana buku – buku mereka sekarang merak beredar di toko – toko buku umum. Bahkan tiap bulan nya, ada 3 atau 5 buku yang masuk dan beredar di toko buku umum, seperti di toko buku Gramedia,Gunung Agung dan yang lain nya.
Maka sudah saat nya, seperti nya kami membuka beberapa hasil dari penelitian kami terhadap buku – buku terjemahan dan peredaran. Terutama untuk membendung ajaran Syi’ah dan memperingatkan bahayanya kepada kaum Muslimin.
Dahulu buku – buku syi’ah banyak masuk ke penerbit – penerbit umum, sehingga sulit untuk diketahui apakah penerbit itu syi’ah atau bukan. Sekarang Alhamdulillah, Allah telah membuka makar mereka, dan penerbit syi’ah mempunyai ciri khas tersendiri yang mana orang awam pun bisa mengetahui nya. Berikut nama penerbit Syi’ah yang terus menerus menyebarkan buku syi’ah dengan berbagai judul dan ciri – ciri nya.
PERTAMA :
Pustaka Lentera.
Diantara buku nya yang berbahaya adalah Fiqih 5 Madzhab karya salah seorang ulama syi’ah yang bernama Muhammad Jawad Al-Mughniyah.
Buku ini telah berhasil menipu orang – orang, sehingga sebagian orang ada yang mengatakan syi’ah termasuk madzab didalam islam.
KEDUA :
Pustaka Sadra Press.
Penerbit syi’ah ini adalah penerbit syi’ah generasi lama sama seperti lentera, diantara buku mereka yang berbahaya adalah Keindahan dan Keagungan Perempuan karya salah seorang ulama syi’ah yang bernama Jawadi Amuli.
KETIGA :
Pustaka Az-Zahra.
Diantara buku nya yang berbahaya adalah Bersama Orang-Orang Yang Benar karya ulama syi’ah Muhammad at Tijani as Samâwi.
KEEMPAT :
Pustaka Al-Huda.
Diantara buku nya yang berbahaya adalah Mazhab Pecinta Keluarga Nabi karya salah seorang ulama syi’ah yang bernama Sayyid Muhammad Al Musawi.
Buku ini juga telah berhasil menipu orang – orang, sehingga mereka menyangka bahwa syi’ah adalah kelompok pencinta keluarga nabi dan ahlul bait, padahal kenyataan nya sebaliknya, syi’ah adalah kelompok yang membenci ahlul bait, bahkan mereka mencela dan mengkafirkan ahlul bait nabi, seperti Abu Bakar, Umar, Aisyah dan sebanyak nya.
KELIMA :
Pustaka Nur al-Huda.
Ini termasuk penerbit Syi’ah yang baru – baru ini muncul. Diantara buku mereka yang berbahaya adalah Tanyalah pada Ahli nya karya salah seorang ulama syi’ah yang bernama Muhammad Tijani Al-Samawi.
KEENAM :
Pustaka Citra (Gria Aksara Hikmah).
Ini juga termasuk penerbit Syi’ah yang baru – baru ini muncul. Diantara buku nya yang baru terbit adalah Tafsir Holistik karya salah seorang ulama syi’ah yang bernama Murtadha Muthahhari.
KETUJUH :
Pustaka Ahlul Bait Indonesia.
Ini juga termasuk penerbit syi’ah yang baru – baru ini muncul, dan buku nya yang paling berbahaya adalah Buku Putih Mazhab Syiah menurut Ulama Syiah yang Muktabar. Buku ini berisikan kedustaan dan hendaklah seorang Muslim berhati – hati terhadap buku ini. Sayang nya Tokoh yang di katakan oleh orang Indonesia, Ulama Tafsir, malah memberi pengantar terhadap buku ini. Ini menunjukkan ada sesuatu pada aqidah tokoh ini.
4 penerbit terakhir inilah (Pustaka Al-Huda, Pustaka Nur al-Huda, Pustaka Citra, dan Pustaka Ahlul Bait Indonesia) yang selalu gencar didalam menyebarkan buku – buku syi’ah dengan berbagai judul, baik yang bisa menipu orang, maupun yang jelas – jelas kesyi’ahan nya.
Adapun ciri – ciri buku Syi’ah -alhamdulillah- sangat mudah dikenali :
1. Penulis nya sering memakai gelar Ayatullah.
2. Suka berlebih – lebihan didalam memuji Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu’anhu, dengan sebutan IMAM ALI bin ABI THALIB.
3. Bisa diketahui dengan melihat penerbit nya.
4. Dan terakhir inilah ciri – ciri penerbit syi’ah yang ada disemua penerbit nya yang Syi’ah selalu mempromosikan website mereka :
ICC
Islamic Center Cultural
www.iccjakarta.com
gambar logo nya bisa antum lihat di foto yang saya upload ke profil ini. Setiap penerbit syi’ah, baik Pustaka al-Huda, Nur al-Huda, Citra dan lain nya, selalu memakai logo ini dan mencantumkan website ini. Untuk menyebarkan ajaran mereka.
Dan hendaklah seorang Muslim berhati – hati terhadap buku – buku mereka, jangan tertipu dengan indah nya judul yang mereka tawarkan, dan resensi yang mereka berikan. Karena diantara ajaran syi’ah adalah dusta, yakni menampakkan kebenaran dan menyembunyikan kesesatan.
berhati – hatilah.
semoga bermanfaat.
Abu Abdillah Prima Ibnu Firdaus al-Mirluny Kota Jambi, 28 Shafar 1434 H / 10 Januari 2013 M
Tambahan : Untuk di kota bandung ada penerbit syiah yang cukup besar, yaitu Penerbit MIZAN.
Bandung merupakan salah satu kota dengan populasi syiah terbesar di indonesia. Mereka mendirikan  sekolah yang bernaung dibawah Yayasan Almuthahhari, banyak kaum muslimin yang tidak mengetahui masalah ini, karena mereka terpukau dengan prestasi yang diraih oleh sekolah , dan karena keawaman mereka tentang hakekat pemahaman syiah.
sumber;https://aslibumiayu.wordpress.com

Dewan Da’wah dan HMI Desak Pemerintah Tinjau Ulang Buku Pelajaran Berbau Syiah


BUKU Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMK Kelas XI kurikulum 2013 yang diterbitkan oleh Penerbit Erlangga terindikasi ikut menyebarkan pemahaman Syiah.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Dewan Da’wah Kabupaten Aceh Barat Daya Ustad. Iin Supardi,SS.M.E.I kepada serambi indonesia dalam rilisnya ia memaparkan tentang ketidaklayakan buku tersebut menjadi referensi mengajar dan pembelajaran untuk kalangan siswa di sekolah, Ini kelihatan sangat jelas sekali materi tersebut mengandung pemahaman prinsipil syiah.
Di halaman lima pada buku tersebut, tertulis makna kosakata “ulil amri” dalam Surat An Nisa ayat 59: yang oleh penulis, yang terdiri dari Hj. Iim Halimah; H. Abd. Rahman; H.A. Sholeh Dimyathi; dan H. Ridhwan itu menjelaskan makna “ulil amri” sebagai berikut:
Para ulama berbeda pendapat tentang maknanya. Ada yang berpendapat bahwa maksud kata ‘penguasa’ adalah imam-imam di kalangan ‘ahlul bait’ (keluarga Nabi saw. Dari keturunan Ali dan Fatimah), ada yang mengatakan bahwa maksudnya adalah ‘penyeru-penyeru’ pada kebaikan dan ada pula yang berpendapat ‘pemuka-pemuka agama yang diikuti kata-katanya’.
Jika dianalisa dari tulisan Buku tersebut ini menunjukkan bahwa mereka telah memperkenalkan paham prinsipil syiah, walaupun tidak secara tegas.
Di kesempatan yang lain Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Blangpidie Bob Fakhrulrazi secara tegas mengkritik penerbitan buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMK kelas XI Kurikulum 2013 yang terindikasi mengandung pengenalan paham Syiah melalui siswa.
“Kita tidak mengetahui secara mendalam maksud dari beredarnya paham syiah dalam materi buku tersebut, kalau ingin mengetahui secara mendalam perlu mendengarkan klarifikasi oleh pihak Penerbit Erlangga itu sendiri, dan kita sangat menunggu untuk diklarifikasi. Ini bukan perkara kecil namun sangat sensitif di dalam masyarakat, khususnya di Aceh yang kental dengan nilai-nilai Islam Sunni,” ujarnya panjang lebar dalam keterangannya kepada Islampos, Ahad (24/8).
Kedua organisasi tersebut sepakat mengusulkan kepada pemerintah untuk membentuk Badan Sensor Buku sekolah sehingga hal serupa tidak lagi terjadi, siswa sangat sensitif dengan apa yang didapatkan dari berbagai materi yang diajarkan karena akan menjadi sebuah pemahaman mendasar juga mempengaruhi keyakinan pemahaman Islam yang benar pada siswa.
Untuk itu Kedua lembaga tersebut mengajak segenap masyarakat untuk pro aktif menjaga kemurnian nilai Islam pada keluarga terutama kalangan remaja dan anak.
“Ini adalah tanggung jawab kita bersama, terlebih Kepada MPU, Kemenag, Dinas Pendidikan Provinsi Aceh, serta Dinas Pendidikan Kab/kota seluruh Aceh dan Dinas Syariat Islam serta Badan Pendidikan Dayah harus memanggil Penerbit Erlangga untuk dilakukan klarifikasi, sangat disayangkan apabila buku pelajaran disusupi hal-hal yang merusak kemurnian nilai Islam di bumi Aceh yang dikenal dengan Serambi Mekkah dan Syariat Islam,” terangnya.
Kepada penerbit Erlangga kedua lembaga mendesak untuk sesegera mungkin menarik peredaran buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti pada jenjang SMK Kelas XI kurikulum 2013 yang telah beredar di sekolah dan Toko Buku Di seluruh Aceh.
sumber; https://www.islampos.com

Berdiri Sekolah Tinggi Filsafat Islam Pertama, Dinilai ‘Berbau’ Syiah

Image
Hidayatullah – Mengaku sempat terseok-seok selama dua tahun akibat kendala perizinan, akhirnya Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STIF) Sadra resmi berdiri tahun ini.
Lembaga yang berdiri di bawah naungan Yayasan Hikmat Al Mustafa Jakarta ini diresmikan oleh Prof. M. Zein, selaku pewakilan Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Kemenag.
Dalam pernyataannya, M. Zein semp, sat memberikan apresiasi terhadap sekolah filsafat ini. Ia bahka berharap STFI Sadra dapat menjadi kebanggaan umat Islam dalam mempelajari filsafat, al-Qur’an dan Hadits.
“Rasulullah bersabda ambillah hikmah dar imanapun asalnya,” ujarnya saat launching di Gedung Sucofindo, Jakarta Selatan, Kamis, (12/07/2012) kemarin.
Acara dihadiri oleh Wakil Menteri Agama, Prof Dr Nasarudin Umar dan Perwakilan Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Prof M. Zein. Juga dihadiri Dewan Penyantun STFI Sadra, Prof. Umar Shihab, Ketua STFI Sadra Umar Shahab dan Direktur Mizan Dr Haidar Bagir,  dan sejumlah pembicara beserta undangan.
Sementara itu Profesor Ahmad Fazeli, Ketua Yayasan Hikmat Al Mustafa turut berterimakasih kepada Kementerian Agama (Kemenag) yang mengeluarkan izin sekolah filsafat ini. Ia berharap smoga STFI Sadra memberikan sumbangan pemikir bagi perkembangan negeri ini.
Beberapa dosen di Sekolah ini di antaranya Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara, Prof Dr. Abdul Hadi MM, Dr. Haidar Bagir (Mizan), Dr Umar Shahab, Dr. Muhsin Labib, Dr. Zainal Abidin Bagir (Center for Religious and Cross-Cultural Studies/CRCS), Dr Donny Gahral Adaian, Prof. Dr Rosikhon Anwar (Guru Besar Ilmu Al-Quran UIN Sunan Gunung Djati Bandung) juga Dr. Khalid Walid, alumnus dari Hawzah Ilmiah Qom, Iran.
Ahmad Jubaili, Ketua Tim Perumus Kurikulum dikutip radio Iran, IRIB, mengatakan, kuliah yang disusun dirancang secara integral, saling terkait. Kampus ini menurutnya merupakan tempat kajian ilmiah yang merujuk pada Filsafat Mulla Sadra yang mampu menggabungkan seluruh pendekatan keilmuan, terutama teologi, filsafat dan Tasawuf.
Mulla Shadra mempunyai nama lengkap Shadr al Din Muhammad Ibn Ibrahim Ibn Yahya Qawami al Syiraz, seorang filsuf terbesar mazhab Syiah Imamiyah.
Sekolah ini dikembangkan dengan model boarding (berasrama) yang direncanakan menampung setiap tahun 80 mahasiwa laki-laki dan perempuan yang direkruit secara ketat dari sekolah terbaik (SMA, Pesatren) di seluruh Indonesia. Mahasiswa yang lulus seleksi di beri beasiswa secara penuh selama  7 tahun.
Sementara itu, Fahmi Salim, MA, Wakil Sekjen Majelis (Waskjen) Intelektual dan Ulama Muda Indonesia, serta Komisi Pengkajian di MUI Pusat mengatakan, dari bentuknya, lembaga ini dinilai dekat dengan Syiah.
“Karena selama ini, gerakan Syiah masuk melalui filsafat,” ujarnya kepada hidayatullah.com, Jumat (13/07/2012) siang.*

Syiah Indonesia Launcing Sekolah Tinggi Filsafat Islam Sadra


Bersamaan dengan digelarnya Seminar Internasional & Penganugrahan Sadra Award, Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra dilauncingkan di Gedung Graha Sucofindo, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (12/7). Wakil Menteri Agama (Wamenag) Republik Indonesia Prof Dr Nasaruddin Umar, MA terlihat hadir dalam acara tersebut sebagai Keynote Speaker.
Seperti halnya Sekolah Tinggi Driyarkara, tempat belajar Filsafat Kristen, STFI Sadra yang berlokasi di Jl. Pejaten Raya No. 19, Pasar MInggu, Jakarta Selatan ini merupakan sekolah Filsafat Islam pertama kali di Indonesia. Di sekolah ini terdapat k urikulum Filsafat Islam yang disinergikan dengan kurikulum bermuatan kearifan lokal, nasional dan Internasional.
Menurut Haidar Bagir, sekolah ini dikembangkan dengan model bording (asrama mahasiswa) yang direncanakan menampung setiap tahun 80 mahasiwa laki-laki dan perempuan yang direkruit secara ketat dari sekolah terbaik (SMA, Pesatren) di seluruh Indonesia. Mahasiswa yang lulus seleksi di beri beasiswa secara penuh selama  7 tahun. Kampus ini menurutnya merupakan tempat kajian ilmiah yang merujuk pada Filsafat Mulla Sadra yang mampu menggabungkan seluruh pendekatan keilmuan, terutama teologi, filsafat dan Tasawuf.
Sekolah ini berada di bawah naungan Yayasan Hikmat al-Mustafa. Lembaga ini didirikan atas dasar cita-cita untuk mencurahkan diri dalam penyelidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam, dimulai dari periode awal hingga saat ini. Cita-cita tersebut bersifat religius dan spiritual, moral dan intelektual, teoritis serta praktis.
Prof Nasarudin Umar dalam sambutannya mengatakan, STFI adalah lembaga yang paling komprehensif, yang mengitregasikan kajian dasar Islam dengan kajian tafsir dan filsafat Islam.
Sedangkan Umar Sahab, Ketua STFI Sadra menjelaskan, sekolah ini mengintegrasikan antara filsafat dan al-Quran sebagai basik pengetahuan Islam, filsafat dijadikan sebagai metode memahami al-Quran.
Pada tahap awal, STFI Sadra berencana akan membuka 4 (empat) program studi, akan tetapi dua prodi yang diizinkan oleh kementerian Agama; yaitu Program studi Filsafat Islam dan Program Studi Ilmu Alqur’an dan Tafsir.
Dalam seminar internasional turut diundang sejumlah pembicara antara lain: Prof. Dr. Quraisy Shihab, Prof. Dr. Karim Doughlas Crom, Prof Dr Dede Rosyada MA, Dr Haidar Bagir, Prof Dr Azhar Arsyad (Guru Besar UIN Alauddin-Makasar),  Prof. Dr. Amin Abdullah (UIN Sunan Kalijaga).
Dosen pengajar di kampus ini antara lain: Prof. Dr. Mulyadhi Kertanegara, Dr. Haidar Bagir, Dr. Kholid al-Walid, Dr. Muhsin Labib, Abdullah Beik MA, Dr. Zaenal Bagir, Dr. Umar Shihab, Prof. Dr. Abdul Hadi WM dan sebagainya.
sumber;https://masjidalalaatamanteratai.wordpress.com

Waspadalah! Ajaran Syiah Kembali Masuk ke Buku Pelajaran Sekolah

Guru madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kota Jambi kaget buku Sejarah Kebudayaan Islam Semester Genap Kelas X terdapat gambar penistaan terhadap Umar bin Khatab, Khalifah kedua yang juga sahabat Nabi Muhammad SAW. Gambar tersebut berada di halaman 12 buku yang diterbitkan oleh Rahma Media Pustaka.

Di halaman yang menerangkan tentang masa kepemimpinan Umar bin Khattab yang merupakan satu di antara Khulafaur Rasyidin itu diterangkan nasab atau garis keturunan dari Umar. Nasab yang digambarkan dengan silsilah keluarga yang berbentuk garis keturunan tersebut, tiba pada tulisan Umar digambarkan dengan bentuk yang mirip karikatur babi. Padahal, di atasnya nasab keluarga digambarkan dengan gambar menyerupai hati.

Pada keterangan nasab dengan gambar hitam putih ini diterangkan gambar tersebut juga diambil dari sumber ihadist.blogspot.com yang diakses pada 18 Desember 2014 pada pukul 13.55.

Kepala Sekolah MAN 3 Kota Jambi, M. Zakri mengaku kaget, pasalnya gambar tersebut jika tidak diperhatikan memang tidak terlihat menyerupai babi. Namun ketika diperhatikan bidang lonjong tersebut terlihat adanya empat kaki, dilengkapi kuping, mata dan muncung hewan yang mirip babi yang sedang tersenyum.

“Sekilas memang tidak terlihat, tapi jika diperhatikan memang seperti itu,” katanya seperti diberitakan Jambi Independent.

Pihak sekolah sebutnya juga baru menyadari beberapa minggu ini, “Dua minggu ini baru kita tahu, setelah ada guru yang memperhatikan,” katanya.

Meski para siswa tidak menyadari adanya gambar yang kontroversial tadi, namun adanya gambar itu telah meresahkan guru. “Kenapa tidak gunakan perumpamaan lain, itu yang kita sesalkan,” sebutnya.

Buku yang diambil dari distributor penerbit yang ada di Jambi ini menurut Zakri bakal segera ditarik dan tidak lagi dipergunakan.

“Akan kita tarik, yang punya LKS ini akan kita panggil, karena ini meresahkan, seperti ini kan gambarnya seperti penghinaan pelecehan harusnya tidak perlu ada gambar seperti ini,” sebutnya.

Meski ada gambar yang disebut melecehkan sahabat nabi namun menurut Zakri isinya tidak menyebutkan adanya penistaan terhadap sahabat tersebut. Dikatakan Zakri baru kali ini pihak sekolah menggunakan buku yang merupakan edisi I seri Pakem kelas 10 semester genap ini.

Di dalam lembar ke 12 LKS tersebut, digambarkan Umar bin Khatab sebagai seekor babi.




Ini cukup mengejutkan banyak pihak. Termasuk pihak Dinas Pendidikan Kota Jambi. “Astagfirullah, saya akan cek ke rekan di Depag,” ujar Sofyan, Sekretaris Diknas Kota Jambi.

Muhammad Iqbal, Kepala Kantor Departemen Agama (Depag) Kota Jambi juga mengaku terkejut dengan kabar ini. Menurutnya, tidak tahu apa maksud dari LKS tersebut menggambarkan Umar bin Khatab sebagai seekor babi.

“Saya baru lihat tadi LKS-nya, saya panggil kepala sekolah. Saya lihat, dan saya terkejut, apa maksudnya buku ini,” kata Iqbal.

Dia juga mengatakan, segera rapat dengan pihak terkait mengenai LKS tersebut. Langkah yang diambil kemarin, pihaknya langsung menginstruksikan penarikan LKS dari semua siswa. Mulai hari ini, LKS tersebut tidak boleh lagi beredar.

“Kami juga akan surati sekolah-sekolah lainnya untuk memberi peringatan agar jeli dalam menggunakan LKS. Jangankan gambar, narkoba pun bisa diselipkan dalam buku,” ujarnya sedikit emosi.

Iqbal mengatakan untuk penggunaan LKS murni kebijakan sekolah. Depag, menurutnya tidak tahu-menahu mengenai pemesanan LKS, sehingga pihaknya tidak bisa mengawasi penerbit mana yang ditunjuk untuk mengisi kebutuhan LKS di sekolah-sekolah.

Untuk MAN 3 ini sendiri, LKS SKI kelas X yang digunakan adalah keluaran penerbit Rahma Media Pustaka dari Semarang. LKS tersebut ditulis oleh Dr. Fattah Syukur, M.Ag. “Yang menulis dosen IAIN. Setelah ditarik, LKS tersebut dikembalikan ke sana,” katanya.
sumber;http://www.syiahindonesia.com/2015

Keberadaan ICC bentuk intervensi pemerintah Iran kepada Indonesia

Kamis, 15 Rabiul Akhir 1436 H / 5 Februari 2015 11:47
Keberadaan ICC bentuk intervensi pemerintah Iran kepada Indonesia
Ustadz Farid Ahmad Okbah (kanan)
JAKARTA (Arrahmah.com) – Islamic Cultural Center (ICC) lembaga di bawah Kedutaan Besar Iran di Jakarta yang beralamat di Jalan Buncit Raya kav 35 Pejaten Barat, merupakan lembaga yang diduga kuat mengintervensi pemerintah Indonesia.
“Di dalam dokumen resmi milik ICC ada ungkapan starategi nomor lima yang isinya mempublikasikan setiap wacana keislaman yang konstruktif dan revolusioner dalam berbagai bentuknya,” papar Ustadz Farid Ahmad Okbah di hadapan anggota Komis VIII DPR, Jakarta Rabu (1/2/2015).
Hal ini bisa perorangan, bisa kelompok, bisa lembaga bisa negara karena memang Iran telah menetapkan ekspor revolusinya. “Ini adalah sebuah pernyataan dari mereka,” tambahnya.
Ustadz yang getol mendakwahkan bahaya Syiah ini memaparkan, bahawa dalam dokumen ICC juga tertulis, “Dalam bidang humas dan komunikasi menyebarkan pamflet, poster,stiker, selebaran dakwah dan iklan layanan masyarakat dan membangun jaringan antar lembaga ahlul bait (syiah) dengan lembaga keagamaann lainnya baik dalam dan luar negeri pengiriman mubaligh dan mubalighah ke daerah-daerah” .
“Tentunya ini bentuk intervensi Iran terhadap Indonesia,” kata Ustadz yang sejak tahun 1980 mempelajari sepak terjang Syiah di Indonesia ini.
Dewan Syuro Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) ini juga menyebut sudah ada 1000 lebih buku Syiah berbahasa Indonesia yang telah diterbitkan oleh penerbit Alhuda di bawah payung ICC.
Sementara negara Iran sendiri undang-undang dasarnya berdasarkan Islam Syiah Imamiyah 12 imam. “Otomatis yang diluar Syiah tidak diakui oleh Iran,” jelas Ustadz Farid.
Pada kesempatan itu Ustadz farid menekankan pula kepada anggota Komisi VII, masalah Syiah adalah masalah keamanan, politik dan intervensi asing terhadap kedaulatan NKRI.
Fakta lapangan yang dikemukakan tersebut ternyata sejalan dengan Majelis Ulama Indonesia yang memandang akar masalah menjamurnya Syiah di Indonesia adalah karena adanya perhatian yang besar dari pemerintah Iran melalui jalur pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. Dalam konteks ini Majelis Ulama Indonesia meminta kepada pemerintah RI membatasi kerjasama bilateral hanya dalam bidang politik dan ekonomi-perdagangan, dan tak merambah bidang pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. Seperti dimaklumi bahwa perkembangan infiltrasi ajaran Syiah di Indonesia masuk melalui ketiga jalur tersebut. Kebijakan politik itu perlu diambil segera oleh pemerintah RI Cq Kementrian Luar Negeri RI, Kementrian Agama RI, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menghentikan laju perkembangan gerakan Syiah di Indonesia yang dirasakan sangat meresahkan umat Islam di Indonesia, berpotensi mengancam stabilitas Negara, dan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. (Lihat buku: Mengenal dan mewaspadai penyimpangan Syiah di Indonesia, Tim Penulis MUI Pusat, hal 131).
Puluhan ulama dari Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persis yang tergabung dalam Aliansi Nasional Anti Syiah mengunjungi Komisi VIII DPR dan diterima oleh anggota dewan di Ruang Mahkamah Kehormatan Dewan. Mereka datang untuk mengadukan penodaan agama yang dilakukan oleh Syiah di berbagai daerah di Indonesia.
Hadir dalam kesempatan itu di antaranya KH. Athian Ali Dai (Ketua ANNAS) Habib Ahmad Zein Al AKaff (Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur), Farid Ahmad Okbah (pimpinan Pesantren Al Islam), KH. Atip Latiful Hayat, SH.LLM, PH.D (Calon Kandidat HakimAgung), Prof Asep Warlan Yusuf (Guru Besar Ilmu Hukum Unpar), KH. Lailurrahman (BASRA), KH. Kholil Ridwan (Ketua MUI), KH Ali Kharar (Ulama Madura), Amin Djamaluddin (LPPI), dan masih banyak lagi. Fahmi Salim Lc, MA (Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah).
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2015/02/05/keberadaan-icc-bentuk-intervensi-pemerintah-iran-kepada-indonesia.html#sthash.Eyy8b2s0.dpuf

Keberadaan ICC bentuk intervensi pemerintah Iran kepada Indonesia

Kamis, 15 Rabiul Akhir 1436 H / 5 Februari 2015 11:47
Keberadaan ICC bentuk intervensi pemerintah Iran kepada Indonesia
Ustadz Farid Ahmad Okbah (kanan)
JAKARTA (Arrahmah.com) – Islamic Cultural Center (ICC) lembaga di bawah Kedutaan Besar Iran di Jakarta yang beralamat di Jalan Buncit Raya kav 35 Pejaten Barat, merupakan lembaga yang diduga kuat mengintervensi pemerintah Indonesia.
“Di dalam dokumen resmi milik ICC ada ungkapan starategi nomor lima yang isinya mempublikasikan setiap wacana keislaman yang konstruktif dan revolusioner dalam berbagai bentuknya,” papar Ustadz Farid Ahmad Okbah di hadapan anggota Komis VIII DPR, Jakarta Rabu (1/2/2015).
Hal ini bisa perorangan, bisa kelompok, bisa lembaga bisa negara karena memang Iran telah menetapkan ekspor revolusinya. “Ini adalah sebuah pernyataan dari mereka,” tambahnya.
Ustadz yang getol mendakwahkan bahaya Syiah ini memaparkan, bahawa dalam dokumen ICC juga tertulis, “Dalam bidang humas dan komunikasi menyebarkan pamflet, poster,stiker, selebaran dakwah dan iklan layanan masyarakat dan membangun jaringan antar lembaga ahlul bait (syiah) dengan lembaga keagamaann lainnya baik dalam dan luar negeri pengiriman mubaligh dan mubalighah ke daerah-daerah” .
“Tentunya ini bentuk intervensi Iran terhadap Indonesia,” kata Ustadz yang sejak tahun 1980 mempelajari sepak terjang Syiah di Indonesia ini.
Dewan Syuro Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) ini juga menyebut sudah ada 1000 lebih buku Syiah berbahasa Indonesia yang telah diterbitkan oleh penerbit Alhuda di bawah payung ICC.
Sementara negara Iran sendiri undang-undang dasarnya berdasarkan Islam Syiah Imamiyah 12 imam. “Otomatis yang diluar Syiah tidak diakui oleh Iran,” jelas Ustadz Farid.
Pada kesempatan itu Ustadz farid menekankan pula kepada anggota Komisi VII, masalah Syiah adalah masalah keamanan, politik dan intervensi asing terhadap kedaulatan NKRI.
Fakta lapangan yang dikemukakan tersebut ternyata sejalan dengan Majelis Ulama Indonesia yang memandang akar masalah menjamurnya Syiah di Indonesia adalah karena adanya perhatian yang besar dari pemerintah Iran melalui jalur pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. Dalam konteks ini Majelis Ulama Indonesia meminta kepada pemerintah RI membatasi kerjasama bilateral hanya dalam bidang politik dan ekonomi-perdagangan, dan tak merambah bidang pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. Seperti dimaklumi bahwa perkembangan infiltrasi ajaran Syiah di Indonesia masuk melalui ketiga jalur tersebut. Kebijakan politik itu perlu diambil segera oleh pemerintah RI Cq Kementrian Luar Negeri RI, Kementrian Agama RI, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menghentikan laju perkembangan gerakan Syiah di Indonesia yang dirasakan sangat meresahkan umat Islam di Indonesia, berpotensi mengancam stabilitas Negara, dan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. (Lihat buku: Mengenal dan mewaspadai penyimpangan Syiah di Indonesia, Tim Penulis MUI Pusat, hal 131).
Puluhan ulama dari Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persis yang tergabung dalam Aliansi Nasional Anti Syiah mengunjungi Komisi VIII DPR dan diterima oleh anggota dewan di Ruang Mahkamah Kehormatan Dewan. Mereka datang untuk mengadukan penodaan agama yang dilakukan oleh Syiah di berbagai daerah di Indonesia.
Hadir dalam kesempatan itu di antaranya KH. Athian Ali Dai (Ketua ANNAS) Habib Ahmad Zein Al AKaff (Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur), Farid Ahmad Okbah (pimpinan Pesantren Al Islam), KH. Atip Latiful Hayat, SH.LLM, PH.D (Calon Kandidat HakimAgung), Prof Asep Warlan Yusuf (Guru Besar Ilmu Hukum Unpar), KH. Lailurrahman (BASRA), KH. Kholil Ridwan (Ketua MUI), KH Ali Kharar (Ulama Madura), Amin Djamaluddin (LPPI), dan masih banyak lagi. Fahmi Salim Lc, MA (Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah).
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2015/02/05/keberadaan-icc-bentuk-intervensi-pemerintah-iran-kepada-indonesia.html#sthash.Eyy8b2s0.dpuf

Keberadaan ICC bentuk intervensi pemerintah Iran kepada Indonesia

Kamis, 15 Rabiul Akhir 1436 H / 5 Februari 2015 11:47
Keberadaan ICC bentuk intervensi pemerintah Iran kepada Indonesia
Ustadz Farid Ahmad Okbah (kanan)
JAKARTA (Arrahmah.com) – Islamic Cultural Center (ICC) lembaga di bawah Kedutaan Besar Iran di Jakarta yang beralamat di Jalan Buncit Raya kav 35 Pejaten Barat, merupakan lembaga yang diduga kuat mengintervensi pemerintah Indonesia.
“Di dalam dokumen resmi milik ICC ada ungkapan starategi nomor lima yang isinya mempublikasikan setiap wacana keislaman yang konstruktif dan revolusioner dalam berbagai bentuknya,” papar Ustadz Farid Ahmad Okbah di hadapan anggota Komis VIII DPR, Jakarta Rabu (1/2/2015).
Hal ini bisa perorangan, bisa kelompok, bisa lembaga bisa negara karena memang Iran telah menetapkan ekspor revolusinya. “Ini adalah sebuah pernyataan dari mereka,” tambahnya.
Ustadz yang getol mendakwahkan bahaya Syiah ini memaparkan, bahawa dalam dokumen ICC juga tertulis, “Dalam bidang humas dan komunikasi menyebarkan pamflet, poster,stiker, selebaran dakwah dan iklan layanan masyarakat dan membangun jaringan antar lembaga ahlul bait (syiah) dengan lembaga keagamaann lainnya baik dalam dan luar negeri pengiriman mubaligh dan mubalighah ke daerah-daerah” .
“Tentunya ini bentuk intervensi Iran terhadap Indonesia,” kata Ustadz yang sejak tahun 1980 mempelajari sepak terjang Syiah di Indonesia ini.
Dewan Syuro Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) ini juga menyebut sudah ada 1000 lebih buku Syiah berbahasa Indonesia yang telah diterbitkan oleh penerbit Alhuda di bawah payung ICC.
Sementara negara Iran sendiri undang-undang dasarnya berdasarkan Islam Syiah Imamiyah 12 imam. “Otomatis yang diluar Syiah tidak diakui oleh Iran,” jelas Ustadz Farid.
Pada kesempatan itu Ustadz farid menekankan pula kepada anggota Komisi VII, masalah Syiah adalah masalah keamanan, politik dan intervensi asing terhadap kedaulatan NKRI.
Fakta lapangan yang dikemukakan tersebut ternyata sejalan dengan Majelis Ulama Indonesia yang memandang akar masalah menjamurnya Syiah di Indonesia adalah karena adanya perhatian yang besar dari pemerintah Iran melalui jalur pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. Dalam konteks ini Majelis Ulama Indonesia meminta kepada pemerintah RI membatasi kerjasama bilateral hanya dalam bidang politik dan ekonomi-perdagangan, dan tak merambah bidang pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. Seperti dimaklumi bahwa perkembangan infiltrasi ajaran Syiah di Indonesia masuk melalui ketiga jalur tersebut. Kebijakan politik itu perlu diambil segera oleh pemerintah RI Cq Kementrian Luar Negeri RI, Kementrian Agama RI, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menghentikan laju perkembangan gerakan Syiah di Indonesia yang dirasakan sangat meresahkan umat Islam di Indonesia, berpotensi mengancam stabilitas Negara, dan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. (Lihat buku: Mengenal dan mewaspadai penyimpangan Syiah di Indonesia, Tim Penulis MUI Pusat, hal 131).
Puluhan ulama dari Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persis yang tergabung dalam Aliansi Nasional Anti Syiah mengunjungi Komisi VIII DPR dan diterima oleh anggota dewan di Ruang Mahkamah Kehormatan Dewan. Mereka datang untuk mengadukan penodaan agama yang dilakukan oleh Syiah di berbagai daerah di Indonesia.
Hadir dalam kesempatan itu di antaranya KH. Athian Ali Dai (Ketua ANNAS) Habib Ahmad Zein Al AKaff (Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur), Farid Ahmad Okbah (pimpinan Pesantren Al Islam), KH. Atip Latiful Hayat, SH.LLM, PH.D (Calon Kandidat HakimAgung), Prof Asep Warlan Yusuf (Guru Besar Ilmu Hukum Unpar), KH. Lailurrahman (BASRA), KH. Kholil Ridwan (Ketua MUI), KH Ali Kharar (Ulama Madura), Amin Djamaluddin (LPPI), dan masih banyak lagi. Fahmi Salim Lc, MA (Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah).
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2015/02/05/keberadaan-icc-bentuk-intervensi-pemerintah-iran-kepada-indonesia.html#sthash.Eyy8b2s0.dpuf

Keberadaan ICC bentuk intervensi pemerintah Iran kepada Indonesia

Kamis, 15 Rabiul Akhir 1436 H / 5 Februari 2015 11:47
Keberadaan ICC bentuk intervensi pemerintah Iran kepada Indonesia
Ustadz Farid Ahmad Okbah (kanan)
JAKARTA (Arrahmah.com) – Islamic Cultural Center (ICC) lembaga di bawah Kedutaan Besar Iran di Jakarta yang beralamat di Jalan Buncit Raya kav 35 Pejaten Barat, merupakan lembaga yang diduga kuat mengintervensi pemerintah Indonesia.
“Di dalam dokumen resmi milik ICC ada ungkapan starategi nomor lima yang isinya mempublikasikan setiap wacana keislaman yang konstruktif dan revolusioner dalam berbagai bentuknya,” papar Ustadz Farid Ahmad Okbah di hadapan anggota Komis VIII DPR, Jakarta Rabu (1/2/2015).
Hal ini bisa perorangan, bisa kelompok, bisa lembaga bisa negara karena memang Iran telah menetapkan ekspor revolusinya. “Ini adalah sebuah pernyataan dari mereka,” tambahnya.
Ustadz yang getol mendakwahkan bahaya Syiah ini memaparkan, bahawa dalam dokumen ICC juga tertulis, “Dalam bidang humas dan komunikasi menyebarkan pamflet, poster,stiker, selebaran dakwah dan iklan layanan masyarakat dan membangun jaringan antar lembaga ahlul bait (syiah) dengan lembaga keagamaann lainnya baik dalam dan luar negeri pengiriman mubaligh dan mubalighah ke daerah-daerah” .
“Tentunya ini bentuk intervensi Iran terhadap Indonesia,” kata Ustadz yang sejak tahun 1980 mempelajari sepak terjang Syiah di Indonesia ini.
Dewan Syuro Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) ini juga menyebut sudah ada 1000 lebih buku Syiah berbahasa Indonesia yang telah diterbitkan oleh penerbit Alhuda di bawah payung ICC.
Sementara negara Iran sendiri undang-undang dasarnya berdasarkan Islam Syiah Imamiyah 12 imam. “Otomatis yang diluar Syiah tidak diakui oleh Iran,” jelas Ustadz Farid.
Pada kesempatan itu Ustadz farid menekankan pula kepada anggota Komisi VII, masalah Syiah adalah masalah keamanan, politik dan intervensi asing terhadap kedaulatan NKRI.
Fakta lapangan yang dikemukakan tersebut ternyata sejalan dengan Majelis Ulama Indonesia yang memandang akar masalah menjamurnya Syiah di Indonesia adalah karena adanya perhatian yang besar dari pemerintah Iran melalui jalur pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. Dalam konteks ini Majelis Ulama Indonesia meminta kepada pemerintah RI membatasi kerjasama bilateral hanya dalam bidang politik dan ekonomi-perdagangan, dan tak merambah bidang pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. Seperti dimaklumi bahwa perkembangan infiltrasi ajaran Syiah di Indonesia masuk melalui ketiga jalur tersebut. Kebijakan politik itu perlu diambil segera oleh pemerintah RI Cq Kementrian Luar Negeri RI, Kementrian Agama RI, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menghentikan laju perkembangan gerakan Syiah di Indonesia yang dirasakan sangat meresahkan umat Islam di Indonesia, berpotensi mengancam stabilitas Negara, dan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. (Lihat buku: Mengenal dan mewaspadai penyimpangan Syiah di Indonesia, Tim Penulis MUI Pusat, hal 131).
Puluhan ulama dari Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persis yang tergabung dalam Aliansi Nasional Anti Syiah mengunjungi Komisi VIII DPR dan diterima oleh anggota dewan di Ruang Mahkamah Kehormatan Dewan. Mereka datang untuk mengadukan penodaan agama yang dilakukan oleh Syiah di berbagai daerah di Indonesia.
Hadir dalam kesempatan itu di antaranya KH. Athian Ali Dai (Ketua ANNAS) Habib Ahmad Zein Al AKaff (Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur), Farid Ahmad Okbah (pimpinan Pesantren Al Islam), KH. Atip Latiful Hayat, SH.LLM, PH.D (Calon Kandidat HakimAgung), Prof Asep Warlan Yusuf (Guru Besar Ilmu Hukum Unpar), KH. Lailurrahman (BASRA), KH. Kholil Ridwan (Ketua MUI), KH Ali Kharar (Ulama Madura), Amin Djamaluddin (LPPI), dan masih banyak lagi. Fahmi Salim Lc, MA (Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah).
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2015/02/05/keberadaan-icc-bentuk-intervensi-pemerintah-iran-kepada-indonesia.html#sthash.Eyy8b2s0.dpuf

Keberadaan ICC bentuk intervensi pemerintah Iran kepada Indonesia

Kamis, 15 Rabiul Akhir 1436 H / 5 Februari 2015 11:47
Keberadaan ICC bentuk intervensi pemerintah Iran kepada Indonesia
Ustadz Farid Ahmad Okbah (kanan)
JAKARTA (Arrahmah.com) – Islamic Cultural Center (ICC) lembaga di bawah Kedutaan Besar Iran di Jakarta yang beralamat di Jalan Buncit Raya kav 35 Pejaten Barat, merupakan lembaga yang diduga kuat mengintervensi pemerintah Indonesia.
“Di dalam dokumen resmi milik ICC ada ungkapan starategi nomor lima yang isinya mempublikasikan setiap wacana keislaman yang konstruktif dan revolusioner dalam berbagai bentuknya,” papar Ustadz Farid Ahmad Okbah di hadapan anggota Komis VIII DPR, Jakarta Rabu (1/2/2015).
Hal ini bisa perorangan, bisa kelompok, bisa lembaga bisa negara karena memang Iran telah menetapkan ekspor revolusinya. “Ini adalah sebuah pernyataan dari mereka,” tambahnya.
Ustadz yang getol mendakwahkan bahaya Syiah ini memaparkan, bahawa dalam dokumen ICC juga tertulis, “Dalam bidang humas dan komunikasi menyebarkan pamflet, poster,stiker, selebaran dakwah dan iklan layanan masyarakat dan membangun jaringan antar lembaga ahlul bait (syiah) dengan lembaga keagamaann lainnya baik dalam dan luar negeri pengiriman mubaligh dan mubalighah ke daerah-daerah” .
“Tentunya ini bentuk intervensi Iran terhadap Indonesia,” kata Ustadz yang sejak tahun 1980 mempelajari sepak terjang Syiah di Indonesia ini.
Dewan Syuro Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) ini juga menyebut sudah ada 1000 lebih buku Syiah berbahasa Indonesia yang telah diterbitkan oleh penerbit Alhuda di bawah payung ICC.
Sementara negara Iran sendiri undang-undang dasarnya berdasarkan Islam Syiah Imamiyah 12 imam. “Otomatis yang diluar Syiah tidak diakui oleh Iran,” jelas Ustadz Farid.
Pada kesempatan itu Ustadz farid menekankan pula kepada anggota Komisi VII, masalah Syiah adalah masalah keamanan, politik dan intervensi asing terhadap kedaulatan NKRI.
Fakta lapangan yang dikemukakan tersebut ternyata sejalan dengan Majelis Ulama Indonesia yang memandang akar masalah menjamurnya Syiah di Indonesia adalah karena adanya perhatian yang besar dari pemerintah Iran melalui jalur pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. Dalam konteks ini Majelis Ulama Indonesia meminta kepada pemerintah RI membatasi kerjasama bilateral hanya dalam bidang politik dan ekonomi-perdagangan, dan tak merambah bidang pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. Seperti dimaklumi bahwa perkembangan infiltrasi ajaran Syiah di Indonesia masuk melalui ketiga jalur tersebut. Kebijakan politik itu perlu diambil segera oleh pemerintah RI Cq Kementrian Luar Negeri RI, Kementrian Agama RI, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menghentikan laju perkembangan gerakan Syiah di Indonesia yang dirasakan sangat meresahkan umat Islam di Indonesia, berpotensi mengancam stabilitas Negara, dan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. (Lihat buku: Mengenal dan mewaspadai penyimpangan Syiah di Indonesia, Tim Penulis MUI Pusat, hal 131).
Puluhan ulama dari Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persis yang tergabung dalam Aliansi Nasional Anti Syiah mengunjungi Komisi VIII DPR dan diterima oleh anggota dewan di Ruang Mahkamah Kehormatan Dewan. Mereka datang untuk mengadukan penodaan agama yang dilakukan oleh Syiah di berbagai daerah di Indonesia.
Hadir dalam kesempatan itu di antaranya KH. Athian Ali Dai (Ketua ANNAS) Habib Ahmad Zein Al AKaff (Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur), Farid Ahmad Okbah (pimpinan Pesantren Al Islam), KH. Atip Latiful Hayat, SH.LLM, PH.D (Calon Kandidat HakimAgung), Prof Asep Warlan Yusuf (Guru Besar Ilmu Hukum Unpar), KH. Lailurrahman (BASRA), KH. Kholil Ridwan (Ketua MUI), KH Ali Kharar (Ulama Madura), Amin Djamaluddin (LPPI), dan masih banyak lagi. Fahmi Salim Lc, MA (Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah).
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2015/02/05/keberadaan-icc-bentuk-intervensi-pemerintah-iran-kepada-indonesia.html#sthash.Eyy8b2s0.dpuf

Keberadaan ICC bentuk intervensi pemerintah Iran kepada Indonesia

Kamis, 15 Rabiul Akhir 1436 H / 5 Februari 2015 11:47
Keberadaan ICC bentuk intervensi pemerintah Iran kepada Indonesia
Ustadz Farid Ahmad Okbah (kanan)
JAKARTA (Arrahmah.com) – Islamic Cultural Center (ICC) lembaga di bawah Kedutaan Besar Iran di Jakarta yang beralamat di Jalan Buncit Raya kav 35 Pejaten Barat, merupakan lembaga yang diduga kuat mengintervensi pemerintah Indonesia.
“Di dalam dokumen resmi milik ICC ada ungkapan starategi nomor lima yang isinya mempublikasikan setiap wacana keislaman yang konstruktif dan revolusioner dalam berbagai bentuknya,” papar Ustadz Farid Ahmad Okbah di hadapan anggota Komis VIII DPR, Jakarta Rabu (1/2/2015).
Hal ini bisa perorangan, bisa kelompok, bisa lembaga bisa negara karena memang Iran telah menetapkan ekspor revolusinya. “Ini adalah sebuah pernyataan dari mereka,” tambahnya.
Ustadz yang getol mendakwahkan bahaya Syiah ini memaparkan, bahawa dalam dokumen ICC juga tertulis, “Dalam bidang humas dan komunikasi menyebarkan pamflet, poster,stiker, selebaran dakwah dan iklan layanan masyarakat dan membangun jaringan antar lembaga ahlul bait (syiah) dengan lembaga keagamaann lainnya baik dalam dan luar negeri pengiriman mubaligh dan mubalighah ke daerah-daerah” .
“Tentunya ini bentuk intervensi Iran terhadap Indonesia,” kata Ustadz yang sejak tahun 1980 mempelajari sepak terjang Syiah di Indonesia ini.
Dewan Syuro Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) ini juga menyebut sudah ada 1000 lebih buku Syiah berbahasa Indonesia yang telah diterbitkan oleh penerbit Alhuda di bawah payung ICC.
Sementara negara Iran sendiri undang-undang dasarnya berdasarkan Islam Syiah Imamiyah 12 imam. “Otomatis yang diluar Syiah tidak diakui oleh Iran,” jelas Ustadz Farid.
Pada kesempatan itu Ustadz farid menekankan pula kepada anggota Komisi VII, masalah Syiah adalah masalah keamanan, politik dan intervensi asing terhadap kedaulatan NKRI.
Fakta lapangan yang dikemukakan tersebut ternyata sejalan dengan Majelis Ulama Indonesia yang memandang akar masalah menjamurnya Syiah di Indonesia adalah karena adanya perhatian yang besar dari pemerintah Iran melalui jalur pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. Dalam konteks ini Majelis Ulama Indonesia meminta kepada pemerintah RI membatasi kerjasama bilateral hanya dalam bidang politik dan ekonomi-perdagangan, dan tak merambah bidang pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. Seperti dimaklumi bahwa perkembangan infiltrasi ajaran Syiah di Indonesia masuk melalui ketiga jalur tersebut. Kebijakan politik itu perlu diambil segera oleh pemerintah RI Cq Kementrian Luar Negeri RI, Kementrian Agama RI, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menghentikan laju perkembangan gerakan Syiah di Indonesia yang dirasakan sangat meresahkan umat Islam di Indonesia, berpotensi mengancam stabilitas Negara, dan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. (Lihat buku: Mengenal dan mewaspadai penyimpangan Syiah di Indonesia, Tim Penulis MUI Pusat, hal 131).
Puluhan ulama dari Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persis yang tergabung dalam Aliansi Nasional Anti Syiah mengunjungi Komisi VIII DPR dan diterima oleh anggota dewan di Ruang Mahkamah Kehormatan Dewan. Mereka datang untuk mengadukan penodaan agama yang dilakukan oleh Syiah di berbagai daerah di Indonesia.
Hadir dalam kesempatan itu di antaranya KH. Athian Ali Dai (Ketua ANNAS) Habib Ahmad Zein Al AKaff (Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur), Farid Ahmad Okbah (pimpinan Pesantren Al Islam), KH. Atip Latiful Hayat, SH.LLM, PH.D (Calon Kandidat HakimAgung), Prof Asep Warlan Yusuf (Guru Besar Ilmu Hukum Unpar), KH. Lailurrahman (BASRA), KH. Kholil Ridwan (Ketua MUI), KH Ali Kharar (Ulama Madura), Amin Djamaluddin (LPPI), dan masih banyak lagi. Fahmi Salim Lc, MA (Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah).
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2015/02/05/keberadaan-icc-bentuk-intervensi-pemerintah-iran-kepada-indonesia.html#sthash.Eyy8b2s0.dpuf

Keberadaan ICC bentuk intervensi pemerintah Iran kepada Indonesia

Kamis, 15 Rabiul Akhir 1436 H / 5 Februari 2015 11:47
Keberadaan ICC bentuk intervensi pemerintah Iran kepada Indonesia
Ustadz Farid Ahmad Okbah (kanan)
JAKARTA (Arrahmah.com) – Islamic Cultural Center (ICC) lembaga di bawah Kedutaan Besar Iran di Jakarta yang beralamat di Jalan Buncit Raya kav 35 Pejaten Barat, merupakan lembaga yang diduga kuat mengintervensi pemerintah Indonesia.
“Di dalam dokumen resmi milik ICC ada ungkapan starategi nomor lima yang isinya mempublikasikan setiap wacana keislaman yang konstruktif dan revolusioner dalam berbagai bentuknya,” papar Ustadz Farid Ahmad Okbah di hadapan anggota Komis VIII DPR, Jakarta Rabu (1/2/2015).
Hal ini bisa perorangan, bisa kelompok, bisa lembaga bisa negara karena memang Iran telah menetapkan ekspor revolusinya. “Ini adalah sebuah pernyataan dari mereka,” tambahnya.
Ustadz yang getol mendakwahkan bahaya Syiah ini memaparkan, bahawa dalam dokumen ICC juga tertulis, “Dalam bidang humas dan komunikasi menyebarkan pamflet, poster,stiker, selebaran dakwah dan iklan layanan masyarakat dan membangun jaringan antar lembaga ahlul bait (syiah) dengan lembaga keagamaann lainnya baik dalam dan luar negeri pengiriman mubaligh dan mubalighah ke daerah-daerah” .
“Tentunya ini bentuk intervensi Iran terhadap Indonesia,” kata Ustadz yang sejak tahun 1980 mempelajari sepak terjang Syiah di Indonesia ini.
Dewan Syuro Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) ini juga menyebut sudah ada 1000 lebih buku Syiah berbahasa Indonesia yang telah diterbitkan oleh penerbit Alhuda di bawah payung ICC.
Sementara negara Iran sendiri undang-undang dasarnya berdasarkan Islam Syiah Imamiyah 12 imam. “Otomatis yang diluar Syiah tidak diakui oleh Iran,” jelas Ustadz Farid.
Pada kesempatan itu Ustadz farid menekankan pula kepada anggota Komisi VII, masalah Syiah adalah masalah keamanan, politik dan intervensi asing terhadap kedaulatan NKRI.
Fakta lapangan yang dikemukakan tersebut ternyata sejalan dengan Majelis Ulama Indonesia yang memandang akar masalah menjamurnya Syiah di Indonesia adalah karena adanya perhatian yang besar dari pemerintah Iran melalui jalur pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. Dalam konteks ini Majelis Ulama Indonesia meminta kepada pemerintah RI membatasi kerjasama bilateral hanya dalam bidang politik dan ekonomi-perdagangan, dan tak merambah bidang pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. Seperti dimaklumi bahwa perkembangan infiltrasi ajaran Syiah di Indonesia masuk melalui ketiga jalur tersebut. Kebijakan politik itu perlu diambil segera oleh pemerintah RI Cq Kementrian Luar Negeri RI, Kementrian Agama RI, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menghentikan laju perkembangan gerakan Syiah di Indonesia yang dirasakan sangat meresahkan umat Islam di Indonesia, berpotensi mengancam stabilitas Negara, dan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. (Lihat buku: Mengenal dan mewaspadai penyimpangan Syiah di Indonesia, Tim Penulis MUI Pusat, hal 131).
Puluhan ulama dari Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persis yang tergabung dalam Aliansi Nasional Anti Syiah mengunjungi Komisi VIII DPR dan diterima oleh anggota dewan di Ruang Mahkamah Kehormatan Dewan. Mereka datang untuk mengadukan penodaan agama yang dilakukan oleh Syiah di berbagai daerah di Indonesia.
Hadir dalam kesempatan itu di antaranya KH. Athian Ali Dai (Ketua ANNAS) Habib Ahmad Zein Al AKaff (Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur), Farid Ahmad Okbah (pimpinan Pesantren Al Islam), KH. Atip Latiful Hayat, SH.LLM, PH.D (Calon Kandidat HakimAgung), Prof Asep Warlan Yusuf (Guru Besar Ilmu Hukum Unpar), KH. Lailurrahman (BASRA), KH. Kholil Ridwan (Ketua MUI), KH Ali Kharar (Ulama Madura), Amin Djamaluddin (LPPI), dan masih banyak lagi. Fahmi Salim Lc, MA (Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah).
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2015/02/05/keberadaan-icc-bentuk-intervensi-pemerintah-iran-kepada-indonesia.html#sthash.Eyy8b2s0.dpuf

Keberadaan ICC bentuk intervensi pemerintah Iran kepada Indonesia

Kamis, 15 Rabiul Akhir 1436 H / 5 Februari 2015 11:47
Keberadaan ICC bentuk intervensi pemerintah Iran kepada Indonesia
Ustadz Farid Ahmad Okbah (kanan)
JAKARTA (Arrahmah.com) – Islamic Cultural Center (ICC) lembaga di bawah Kedutaan Besar Iran di Jakarta yang beralamat di Jalan Buncit Raya kav 35 Pejaten Barat, merupakan lembaga yang diduga kuat mengintervensi pemerintah Indonesia.
“Di dalam dokumen resmi milik ICC ada ungkapan starategi nomor lima yang isinya mempublikasikan setiap wacana keislaman yang konstruktif dan revolusioner dalam berbagai bentuknya,” papar Ustadz Farid Ahmad Okbah di hadapan anggota Komis VIII DPR, Jakarta Rabu (1/2/2015).
Hal ini bisa perorangan, bisa kelompok, bisa lembaga bisa negara karena memang Iran telah menetapkan ekspor revolusinya. “Ini adalah sebuah pernyataan dari mereka,” tambahnya.
Ustadz yang getol mendakwahkan bahaya Syiah ini memaparkan, bahawa dalam dokumen ICC juga tertulis, “Dalam bidang humas dan komunikasi menyebarkan pamflet, poster,stiker, selebaran dakwah dan iklan layanan masyarakat dan membangun jaringan antar lembaga ahlul bait (syiah) dengan lembaga keagamaann lainnya baik dalam dan luar negeri pengiriman mubaligh dan mubalighah ke daerah-daerah” .
“Tentunya ini bentuk intervensi Iran terhadap Indonesia,” kata Ustadz yang sejak tahun 1980 mempelajari sepak terjang Syiah di Indonesia ini.
Dewan Syuro Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) ini juga menyebut sudah ada 1000 lebih buku Syiah berbahasa Indonesia yang telah diterbitkan oleh penerbit Alhuda di bawah payung ICC.
Sementara negara Iran sendiri undang-undang dasarnya berdasarkan Islam Syiah Imamiyah 12 imam. “Otomatis yang diluar Syiah tidak diakui oleh Iran,” jelas Ustadz Farid.
Pada kesempatan itu Ustadz farid menekankan pula kepada anggota Komisi VII, masalah Syiah adalah masalah keamanan, politik dan intervensi asing terhadap kedaulatan NKRI.
Fakta lapangan yang dikemukakan tersebut ternyata sejalan dengan Majelis Ulama Indonesia yang memandang akar masalah menjamurnya Syiah di Indonesia adalah karena adanya perhatian yang besar dari pemerintah Iran melalui jalur pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. Dalam konteks ini Majelis Ulama Indonesia meminta kepada pemerintah RI membatasi kerjasama bilateral hanya dalam bidang politik dan ekonomi-perdagangan, dan tak merambah bidang pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. Seperti dimaklumi bahwa perkembangan infiltrasi ajaran Syiah di Indonesia masuk melalui ketiga jalur tersebut. Kebijakan politik itu perlu diambil segera oleh pemerintah RI Cq Kementrian Luar Negeri RI, Kementrian Agama RI, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menghentikan laju perkembangan gerakan Syiah di Indonesia yang dirasakan sangat meresahkan umat Islam di Indonesia, berpotensi mengancam stabilitas Negara, dan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. (Lihat buku: Mengenal dan mewaspadai penyimpangan Syiah di Indonesia, Tim Penulis MUI Pusat, hal 131).
Puluhan ulama dari Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persis yang tergabung dalam Aliansi Nasional Anti Syiah mengunjungi Komisi VIII DPR dan diterima oleh anggota dewan di Ruang Mahkamah Kehormatan Dewan. Mereka datang untuk mengadukan penodaan agama yang dilakukan oleh Syiah di berbagai daerah di Indonesia.
Hadir dalam kesempatan itu di antaranya KH. Athian Ali Dai (Ketua ANNAS) Habib Ahmad Zein Al AKaff (Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur), Farid Ahmad Okbah (pimpinan Pesantren Al Islam), KH. Atip Latiful Hayat, SH.LLM, PH.D (Calon Kandidat HakimAgung), Prof Asep Warlan Yusuf (Guru Besar Ilmu Hukum Unpar), KH. Lailurrahman (BASRA), KH. Kholil Ridwan (Ketua MUI), KH Ali Kharar (Ulama Madura), Amin Djamaluddin (LPPI), dan masih banyak lagi. Fahmi Salim Lc, MA (Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah).
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2015/02/05/keberadaan-icc-bentuk-intervensi-pemerintah-iran-kepada-indonesia.html#sthash.Eyy8b2s0.dpuf

Keberadaan ICC bentuk intervensi pemerintah Iran kepada Indonesia

Kamis, 15 Rabiul Akhir 1436 H / 5 Februari 2015 11:47
Keberadaan ICC bentuk intervensi pemerintah Iran kepada Indonesia
Ustadz Farid Ahmad Okbah (kanan)
JAKARTA (Arrahmah.com) – Islamic Cultural Center (ICC) lembaga di bawah Kedutaan Besar Iran di Jakarta yang beralamat di Jalan Buncit Raya kav 35 Pejaten Barat, merupakan lembaga yang diduga kuat mengintervensi pemerintah Indonesia.
“Di dalam dokumen resmi milik ICC ada ungkapan starategi nomor lima yang isinya mempublikasikan setiap wacana keislaman yang konstruktif dan revolusioner dalam berbagai bentuknya,” papar Ustadz Farid Ahmad Okbah di hadapan anggota Komis VIII DPR, Jakarta Rabu (1/2/2015).
Hal ini bisa perorangan, bisa kelompok, bisa lembaga bisa negara karena memang Iran telah menetapkan ekspor revolusinya. “Ini adalah sebuah pernyataan dari mereka,” tambahnya.
Ustadz yang getol mendakwahkan bahaya Syiah ini memaparkan, bahawa dalam dokumen ICC juga tertulis, “Dalam bidang humas dan komunikasi menyebarkan pamflet, poster,stiker, selebaran dakwah dan iklan layanan masyarakat dan membangun jaringan antar lembaga ahlul bait (syiah) dengan lembaga keagamaann lainnya baik dalam dan luar negeri pengiriman mubaligh dan mubalighah ke daerah-daerah” .
“Tentunya ini bentuk intervensi Iran terhadap Indonesia,” kata Ustadz yang sejak tahun 1980 mempelajari sepak terjang Syiah di Indonesia ini.
Dewan Syuro Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) ini juga menyebut sudah ada 1000 lebih buku Syiah berbahasa Indonesia yang telah diterbitkan oleh penerbit Alhuda di bawah payung ICC.
Sementara negara Iran sendiri undang-undang dasarnya berdasarkan Islam Syiah Imamiyah 12 imam. “Otomatis yang diluar Syiah tidak diakui oleh Iran,” jelas Ustadz Farid.
Pada kesempatan itu Ustadz farid menekankan pula kepada anggota Komisi VII, masalah Syiah adalah masalah keamanan, politik dan intervensi asing terhadap kedaulatan NKRI.
Fakta lapangan yang dikemukakan tersebut ternyata sejalan dengan Majelis Ulama Indonesia yang memandang akar masalah menjamurnya Syiah di Indonesia adalah karena adanya perhatian yang besar dari pemerintah Iran melalui jalur pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. Dalam konteks ini Majelis Ulama Indonesia meminta kepada pemerintah RI membatasi kerjasama bilateral hanya dalam bidang politik dan ekonomi-perdagangan, dan tak merambah bidang pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. Seperti dimaklumi bahwa perkembangan infiltrasi ajaran Syiah di Indonesia masuk melalui ketiga jalur tersebut. Kebijakan politik itu perlu diambil segera oleh pemerintah RI Cq Kementrian Luar Negeri RI, Kementrian Agama RI, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menghentikan laju perkembangan gerakan Syiah di Indonesia yang dirasakan sangat meresahkan umat Islam di Indonesia, berpotensi mengancam stabilitas Negara, dan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. (Lihat buku: Mengenal dan mewaspadai penyimpangan Syiah di Indonesia, Tim Penulis MUI Pusat, hal 131).
Puluhan ulama dari Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persis yang tergabung dalam Aliansi Nasional Anti Syiah mengunjungi Komisi VIII DPR dan diterima oleh anggota dewan di Ruang Mahkamah Kehormatan Dewan. Mereka datang untuk mengadukan penodaan agama yang dilakukan oleh Syiah di berbagai daerah di Indonesia.
Hadir dalam kesempatan itu di antaranya KH. Athian Ali Dai (Ketua ANNAS) Habib Ahmad Zein Al AKaff (Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur), Farid Ahmad Okbah (pimpinan Pesantren Al Islam), KH. Atip Latiful Hayat, SH.LLM, PH.D (Calon Kandidat HakimAgung), Prof Asep Warlan Yusuf (Guru Besar Ilmu Hukum Unpar), KH. Lailurrahman (BASRA), KH. Kholil Ridwan (Ketua MUI), KH Ali Kharar (Ulama Madura), Amin Djamaluddin (LPPI), dan masih banyak lagi. Fahmi Salim Lc, MA (Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah).
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2015/02/05/keberadaan-icc-bentuk-intervensi-pemerintah-iran-kepada-indonesia.html#sthash.Eyy8b2s0.dpuf

Keberadaan ICC bentuk intervensi pemerintah Iran kepada Indonesia

Kamis, 15 Rabiul Akhir 1436 H / 5 Februari 2015 11:47
Keberadaan ICC bentuk intervensi pemerintah Iran kepada Indonesia
Ustadz Farid Ahmad Okbah (kanan)
JAKARTA (Arrahmah.com) – Islamic Cultural Center (ICC) lembaga di bawah Kedutaan Besar Iran di Jakarta yang beralamat di Jalan Buncit Raya kav 35 Pejaten Barat, merupakan lembaga yang diduga kuat mengintervensi pemerintah Indonesia.
“Di dalam dokumen resmi milik ICC ada ungkapan starategi nomor lima yang isinya mempublikasikan setiap wacana keislaman yang konstruktif dan revolusioner dalam berbagai bentuknya,” papar Ustadz Farid Ahmad Okbah di hadapan anggota Komis VIII DPR, Jakarta Rabu (1/2/2015).
Hal ini bisa perorangan, bisa kelompok, bisa lembaga bisa negara karena memang Iran telah menetapkan ekspor revolusinya. “Ini adalah sebuah pernyataan dari mereka,” tambahnya.
Ustadz yang getol mendakwahkan bahaya Syiah ini memaparkan, bahawa dalam dokumen ICC juga tertulis, “Dalam bidang humas dan komunikasi menyebarkan pamflet, poster,stiker, selebaran dakwah dan iklan layanan masyarakat dan membangun jaringan antar lembaga ahlul bait (syiah) dengan lembaga keagamaann lainnya baik dalam dan luar negeri pengiriman mubaligh dan mubalighah ke daerah-daerah” .
“Tentunya ini bentuk intervensi Iran terhadap Indonesia,” kata Ustadz yang sejak tahun 1980 mempelajari sepak terjang Syiah di Indonesia ini.
Dewan Syuro Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) ini juga menyebut sudah ada 1000 lebih buku Syiah berbahasa Indonesia yang telah diterbitkan oleh penerbit Alhuda di bawah payung ICC.
Sementara negara Iran sendiri undang-undang dasarnya berdasarkan Islam Syiah Imamiyah 12 imam. “Otomatis yang diluar Syiah tidak diakui oleh Iran,” jelas Ustadz Farid.
Pada kesempatan itu Ustadz farid menekankan pula kepada anggota Komisi VII, masalah Syiah adalah masalah keamanan, politik dan intervensi asing terhadap kedaulatan NKRI.
Fakta lapangan yang dikemukakan tersebut ternyata sejalan dengan Majelis Ulama Indonesia yang memandang akar masalah menjamurnya Syiah di Indonesia adalah karena adanya perhatian yang besar dari pemerintah Iran melalui jalur pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. Dalam konteks ini Majelis Ulama Indonesia meminta kepada pemerintah RI membatasi kerjasama bilateral hanya dalam bidang politik dan ekonomi-perdagangan, dan tak merambah bidang pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. Seperti dimaklumi bahwa perkembangan infiltrasi ajaran Syiah di Indonesia masuk melalui ketiga jalur tersebut. Kebijakan politik itu perlu diambil segera oleh pemerintah RI Cq Kementrian Luar Negeri RI, Kementrian Agama RI, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menghentikan laju perkembangan gerakan Syiah di Indonesia yang dirasakan sangat meresahkan umat Islam di Indonesia, berpotensi mengancam stabilitas Negara, dan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. (Lihat buku: Mengenal dan mewaspadai penyimpangan Syiah di Indonesia, Tim Penulis MUI Pusat, hal 131).
Puluhan ulama dari Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persis yang tergabung dalam Aliansi Nasional Anti Syiah mengunjungi Komisi VIII DPR dan diterima oleh anggota dewan di Ruang Mahkamah Kehormatan Dewan. Mereka datang untuk mengadukan penodaan agama yang dilakukan oleh Syiah di berbagai daerah di Indonesia.
Hadir dalam kesempatan itu di antaranya KH. Athian Ali Dai (Ketua ANNAS) Habib Ahmad Zein Al AKaff (Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur), Farid Ahmad Okbah (pimpinan Pesantren Al Islam), KH. Atip Latiful Hayat, SH.LLM, PH.D (Calon Kandidat HakimAgung), Prof Asep Warlan Yusuf (Guru Besar Ilmu Hukum Unpar), KH. Lailurrahman (BASRA), KH. Kholil Ridwan (Ketua MUI), KH Ali Kharar (Ulama Madura), Amin Djamaluddin (LPPI), dan masih banyak lagi. Fahmi Salim Lc, MA (Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah).
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2015/02/05/keberadaan-icc-bentuk-intervensi-pemerintah-iran-kepada-indonesia.html#sthash.Eyy8b2s0.dpuf

Keberadaan ICC bentuk intervensi pemerintah Iran kepada Indonesia

Kamis, 15 Rabiul Akhir 1436 H / 5 Februari 2015 11:47
Keberadaan ICC bentuk intervensi pemerintah Iran kepada Indonesia
Ustadz Farid Ahmad Okbah (kanan)
JAKARTA (Arrahmah.com) – Islamic Cultural Center (ICC) lembaga di bawah Kedutaan Besar Iran di Jakarta yang beralamat di Jalan Buncit Raya kav 35 Pejaten Barat, merupakan lembaga yang diduga kuat mengintervensi pemerintah Indonesia.
“Di dalam dokumen resmi milik ICC ada ungkapan starategi nomor lima yang isinya mempublikasikan setiap wacana keislaman yang konstruktif dan revolusioner dalam berbagai bentuknya,” papar Ustadz Farid Ahmad Okbah di hadapan anggota Komis VIII DPR, Jakarta Rabu (1/2/2015).
Hal ini bisa perorangan, bisa kelompok, bisa lembaga bisa negara karena memang Iran telah menetapkan ekspor revolusinya. “Ini adalah sebuah pernyataan dari mereka,” tambahnya.
Ustadz yang getol mendakwahkan bahaya Syiah ini memaparkan, bahawa dalam dokumen ICC juga tertulis, “Dalam bidang humas dan komunikasi menyebarkan pamflet, poster,stiker, selebaran dakwah dan iklan layanan masyarakat dan membangun jaringan antar lembaga ahlul bait (syiah) dengan lembaga keagamaann lainnya baik dalam dan luar negeri pengiriman mubaligh dan mubalighah ke daerah-daerah” .
“Tentunya ini bentuk intervensi Iran terhadap Indonesia,” kata Ustadz yang sejak tahun 1980 mempelajari sepak terjang Syiah di Indonesia ini.
Dewan Syuro Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) ini juga menyebut sudah ada 1000 lebih buku Syiah berbahasa Indonesia yang telah diterbitkan oleh penerbit Alhuda di bawah payung ICC.
Sementara negara Iran sendiri undang-undang dasarnya berdasarkan Islam Syiah Imamiyah 12 imam. “Otomatis yang diluar Syiah tidak diakui oleh Iran,” jelas Ustadz Farid.
Pada kesempatan itu Ustadz farid menekankan pula kepada anggota Komisi VII, masalah Syiah adalah masalah keamanan, politik dan intervensi asing terhadap kedaulatan NKRI.
Fakta lapangan yang dikemukakan tersebut ternyata sejalan dengan Majelis Ulama Indonesia yang memandang akar masalah menjamurnya Syiah di Indonesia adalah karena adanya perhatian yang besar dari pemerintah Iran melalui jalur pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. Dalam konteks ini Majelis Ulama Indonesia meminta kepada pemerintah RI membatasi kerjasama bilateral hanya dalam bidang politik dan ekonomi-perdagangan, dan tak merambah bidang pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. Seperti dimaklumi bahwa perkembangan infiltrasi ajaran Syiah di Indonesia masuk melalui ketiga jalur tersebut. Kebijakan politik itu perlu diambil segera oleh pemerintah RI Cq Kementrian Luar Negeri RI, Kementrian Agama RI, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menghentikan laju perkembangan gerakan Syiah di Indonesia yang dirasakan sangat meresahkan umat Islam di Indonesia, berpotensi mengancam stabilitas Negara, dan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. (Lihat buku: Mengenal dan mewaspadai penyimpangan Syiah di Indonesia, Tim Penulis MUI Pusat, hal 131).
Puluhan ulama dari Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persis yang tergabung dalam Aliansi Nasional Anti Syiah mengunjungi Komisi VIII DPR dan diterima oleh anggota dewan di Ruang Mahkamah Kehormatan Dewan. Mereka datang untuk mengadukan penodaan agama yang dilakukan oleh Syiah di berbagai daerah di Indonesia.
Hadir dalam kesempatan itu di antaranya KH. Athian Ali Dai (Ketua ANNAS) Habib Ahmad Zein Al AKaff (Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur), Farid Ahmad Okbah (pimpinan Pesantren Al Islam), KH. Atip Latiful Hayat, SH.LLM, PH.D (Calon Kandidat HakimAgung), Prof Asep Warlan Yusuf (Guru Besar Ilmu Hukum Unpar), KH. Lailurrahman (BASRA), KH. Kholil Ridwan (Ketua MUI), KH Ali Kharar (Ulama Madura), Amin Djamaluddin (LPPI), dan masih banyak lagi. Fahmi Salim Lc, MA (Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah).
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2015/02/05/keberadaan-icc-bentuk-intervensi-pemerintah-iran-kepada-indonesia.html#sthash.Eyy8b2s0.dpuf

Keberadaan ICC bentuk intervensi pemerintah Iran kepada Indonesia

Kamis, 15 Rabiul Akhir 1436 H / 5 Februari 2015 11:47
Keberadaan ICC bentuk intervensi pemerintah Iran kepada Indonesia
Ustadz Farid Ahmad Okbah (kanan)
JAKARTA (Arrahmah.com) – Islamic Cultural Center (ICC) lembaga di bawah Kedutaan Besar Iran di Jakarta yang beralamat di Jalan Buncit Raya kav 35 Pejaten Barat, merupakan lembaga yang diduga kuat mengintervensi pemerintah Indonesia.
“Di dalam dokumen resmi milik ICC ada ungkapan starategi nomor lima yang isinya mempublikasikan setiap wacana keislaman yang konstruktif dan revolusioner dalam berbagai bentuknya,” papar Ustadz Farid Ahmad Okbah di hadapan anggota Komis VIII DPR, Jakarta Rabu (1/2/2015).
Hal ini bisa perorangan, bisa kelompok, bisa lembaga bisa negara karena memang Iran telah menetapkan ekspor revolusinya. “Ini adalah sebuah pernyataan dari mereka,” tambahnya.
Ustadz yang getol mendakwahkan bahaya Syiah ini memaparkan, bahawa dalam dokumen ICC juga tertulis, “Dalam bidang humas dan komunikasi menyebarkan pamflet, poster,stiker, selebaran dakwah dan iklan layanan masyarakat dan membangun jaringan antar lembaga ahlul bait (syiah) dengan lembaga keagamaann lainnya baik dalam dan luar negeri pengiriman mubaligh dan mubalighah ke daerah-daerah” .
“Tentunya ini bentuk intervensi Iran terhadap Indonesia,” kata Ustadz yang sejak tahun 1980 mempelajari sepak terjang Syiah di Indonesia ini.
Dewan Syuro Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) ini juga menyebut sudah ada 1000 lebih buku Syiah berbahasa Indonesia yang telah diterbitkan oleh penerbit Alhuda di bawah payung ICC.
Sementara negara Iran sendiri undang-undang dasarnya berdasarkan Islam Syiah Imamiyah 12 imam. “Otomatis yang diluar Syiah tidak diakui oleh Iran,” jelas Ustadz Farid.
Pada kesempatan itu Ustadz farid menekankan pula kepada anggota Komisi VII, masalah Syiah adalah masalah keamanan, politik dan intervensi asing terhadap kedaulatan NKRI.
Fakta lapangan yang dikemukakan tersebut ternyata sejalan dengan Majelis Ulama Indonesia yang memandang akar masalah menjamurnya Syiah di Indonesia adalah karena adanya perhatian yang besar dari pemerintah Iran melalui jalur pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. Dalam konteks ini Majelis Ulama Indonesia meminta kepada pemerintah RI membatasi kerjasama bilateral hanya dalam bidang politik dan ekonomi-perdagangan, dan tak merambah bidang pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. Seperti dimaklumi bahwa perkembangan infiltrasi ajaran Syiah di Indonesia masuk melalui ketiga jalur tersebut. Kebijakan politik itu perlu diambil segera oleh pemerintah RI Cq Kementrian Luar Negeri RI, Kementrian Agama RI, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menghentikan laju perkembangan gerakan Syiah di Indonesia yang dirasakan sangat meresahkan umat Islam di Indonesia, berpotensi mengancam stabilitas Negara, dan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. (Lihat buku: Mengenal dan mewaspadai penyimpangan Syiah di Indonesia, Tim Penulis MUI Pusat, hal 131).
Puluhan ulama dari Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persis yang tergabung dalam Aliansi Nasional Anti Syiah mengunjungi Komisi VIII DPR dan diterima oleh anggota dewan di Ruang Mahkamah Kehormatan Dewan. Mereka datang untuk mengadukan penodaan agama yang dilakukan oleh Syiah di berbagai daerah di Indonesia.
Hadir dalam kesempatan itu di antaranya KH. Athian Ali Dai (Ketua ANNAS) Habib Ahmad Zein Al AKaff (Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur), Farid Ahmad Okbah (pimpinan Pesantren Al Islam), KH. Atip Latiful Hayat, SH.LLM, PH.D (Calon Kandidat HakimAgung), Prof Asep Warlan Yusuf (Guru Besar Ilmu Hukum Unpar), KH. Lailurrahman (BASRA), KH. Kholil Ridwan (Ketua MUI), KH Ali Kharar (Ulama Madura), Amin Djamaluddin (LPPI), dan masih banyak lagi. Fahmi Salim Lc, MA (Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah).
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2015/02/05/keberadaan-icc-bentuk-intervensi-pemerintah-iran-kepada-indonesia.html#sthash.Eyy8b2s0.dpuf

Keberadaan ICC bentuk intervensi pemerintah Iran kepada Indonesia

Kamis, 15 Rabiul Akhir 1436 H / 5 Februari 2015 11:47
Keberadaan ICC bentuk intervensi pemerintah Iran kepada Indonesia
Ustadz Farid Ahmad Okbah (kanan)
JAKARTA (Arrahmah.com) – Islamic Cultural Center (ICC) lembaga di bawah Kedutaan Besar Iran di Jakarta yang beralamat di Jalan Buncit Raya kav 35 Pejaten Barat, merupakan lembaga yang diduga kuat mengintervensi pemerintah Indonesia.
“Di dalam dokumen resmi milik ICC ada ungkapan starategi nomor lima yang isinya mempublikasikan setiap wacana keislaman yang konstruktif dan revolusioner dalam berbagai bentuknya,” papar Ustadz Farid Ahmad Okbah di hadapan anggota Komis VIII DPR, Jakarta Rabu (1/2/2015).
Hal ini bisa perorangan, bisa kelompok, bisa lembaga bisa negara karena memang Iran telah menetapkan ekspor revolusinya. “Ini adalah sebuah pernyataan dari mereka,” tambahnya.
Ustadz yang getol mendakwahkan bahaya Syiah ini memaparkan, bahawa dalam dokumen ICC juga tertulis, “Dalam bidang humas dan komunikasi menyebarkan pamflet, poster,stiker, selebaran dakwah dan iklan layanan masyarakat dan membangun jaringan antar lembaga ahlul bait (syiah) dengan lembaga keagamaann lainnya baik dalam dan luar negeri pengiriman mubaligh dan mubalighah ke daerah-daerah” .
“Tentunya ini bentuk intervensi Iran terhadap Indonesia,” kata Ustadz yang sejak tahun 1980 mempelajari sepak terjang Syiah di Indonesia ini.
Dewan Syuro Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) ini juga menyebut sudah ada 1000 lebih buku Syiah berbahasa Indonesia yang telah diterbitkan oleh penerbit Alhuda di bawah payung ICC.
Sementara negara Iran sendiri undang-undang dasarnya berdasarkan Islam Syiah Imamiyah 12 imam. “Otomatis yang diluar Syiah tidak diakui oleh Iran,” jelas Ustadz Farid.
Pada kesempatan itu Ustadz farid menekankan pula kepada anggota Komisi VII, masalah Syiah adalah masalah keamanan, politik dan intervensi asing terhadap kedaulatan NKRI.
Fakta lapangan yang dikemukakan tersebut ternyata sejalan dengan Majelis Ulama Indonesia yang memandang akar masalah menjamurnya Syiah di Indonesia adalah karena adanya perhatian yang besar dari pemerintah Iran melalui jalur pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. Dalam konteks ini Majelis Ulama Indonesia meminta kepada pemerintah RI membatasi kerjasama bilateral hanya dalam bidang politik dan ekonomi-perdagangan, dan tak merambah bidang pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. Seperti dimaklumi bahwa perkembangan infiltrasi ajaran Syiah di Indonesia masuk melalui ketiga jalur tersebut. Kebijakan politik itu perlu diambil segera oleh pemerintah RI Cq Kementrian Luar Negeri RI, Kementrian Agama RI, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menghentikan laju perkembangan gerakan Syiah di Indonesia yang dirasakan sangat meresahkan umat Islam di Indonesia, berpotensi mengancam stabilitas Negara, dan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. (Lihat buku: Mengenal dan mewaspadai penyimpangan Syiah di Indonesia, Tim Penulis MUI Pusat, hal 131).
Puluhan ulama dari Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persis yang tergabung dalam Aliansi Nasional Anti Syiah mengunjungi Komisi VIII DPR dan diterima oleh anggota dewan di Ruang Mahkamah Kehormatan Dewan. Mereka datang untuk mengadukan penodaan agama yang dilakukan oleh Syiah di berbagai daerah di Indonesia.
Hadir dalam kesempatan itu di antaranya KH. Athian Ali Dai (Ketua ANNAS) Habib Ahmad Zein Al AKaff (Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur), Farid Ahmad Okbah (pimpinan Pesantren Al Islam), KH. Atip Latiful Hayat, SH.LLM, PH.D (Calon Kandidat HakimAgung), Prof Asep Warlan Yusuf (Guru Besar Ilmu Hukum Unpar), KH. Lailurrahman (BASRA), KH. Kholil Ridwan (Ketua MUI), KH Ali Kharar (Ulama Madura), Amin Djamaluddin (LPPI), dan masih banyak lagi. Fahmi Salim Lc, MA (Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah).
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2015/02/05/keberadaan-icc-bentuk-intervensi-pemerintah-iran-kepada-indonesia.html#sthash.Eyy8b2s0.dpuf

Keberadaan ICC bentuk intervensi pemerintah Iran kepada Indonesia

Kamis, 15 Rabiul Akhir 1436 H / 5 Februari 2015 11:47
Keberadaan ICC bentuk intervensi pemerintah Iran kepada Indonesia
Ustadz Farid Ahmad Okbah (kanan)
JAKARTA (Arrahmah.com) – Islamic Cultural Center (ICC) lembaga di bawah Kedutaan Besar Iran di Jakarta yang beralamat di Jalan Buncit Raya kav 35 Pejaten Barat, merupakan lembaga yang diduga kuat mengintervensi pemerintah Indonesia.
“Di dalam dokumen resmi milik ICC ada ungkapan starategi nomor lima yang isinya mempublikasikan setiap wacana keislaman yang konstruktif dan revolusioner dalam berbagai bentuknya,” papar Ustadz Farid Ahmad Okbah di hadapan anggota Komis VIII DPR, Jakarta Rabu (1/2/2015).
Hal ini bisa perorangan, bisa kelompok, bisa lembaga bisa negara karena memang Iran telah menetapkan ekspor revolusinya. “Ini adalah sebuah pernyataan dari mereka,” tambahnya.
Ustadz yang getol mendakwahkan bahaya Syiah ini memaparkan, bahawa dalam dokumen ICC juga tertulis, “Dalam bidang humas dan komunikasi menyebarkan pamflet, poster,stiker, selebaran dakwah dan iklan layanan masyarakat dan membangun jaringan antar lembaga ahlul bait (syiah) dengan lembaga keagamaann lainnya baik dalam dan luar negeri pengiriman mubaligh dan mubalighah ke daerah-daerah” .
“Tentunya ini bentuk intervensi Iran terhadap Indonesia,” kata Ustadz yang sejak tahun 1980 mempelajari sepak terjang Syiah di Indonesia ini.
Dewan Syuro Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) ini juga menyebut sudah ada 1000 lebih buku Syiah berbahasa Indonesia yang telah diterbitkan oleh penerbit Alhuda di bawah payung ICC.
Sementara negara Iran sendiri undang-undang dasarnya berdasarkan Islam Syiah Imamiyah 12 imam. “Otomatis yang diluar Syiah tidak diakui oleh Iran,” jelas Ustadz Farid.
Pada kesempatan itu Ustadz farid menekankan pula kepada anggota Komisi VII, masalah Syiah adalah masalah keamanan, politik dan intervensi asing terhadap kedaulatan NKRI.
Fakta lapangan yang dikemukakan tersebut ternyata sejalan dengan Majelis Ulama Indonesia yang memandang akar masalah menjamurnya Syiah di Indonesia adalah karena adanya perhatian yang besar dari pemerintah Iran melalui jalur pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. Dalam konteks ini Majelis Ulama Indonesia meminta kepada pemerintah RI membatasi kerjasama bilateral hanya dalam bidang politik dan ekonomi-perdagangan, dan tak merambah bidang pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. Seperti dimaklumi bahwa perkembangan infiltrasi ajaran Syiah di Indonesia masuk melalui ketiga jalur tersebut. Kebijakan politik itu perlu diambil segera oleh pemerintah RI Cq Kementrian Luar Negeri RI, Kementrian Agama RI, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menghentikan laju perkembangan gerakan Syiah di Indonesia yang dirasakan sangat meresahkan umat Islam di Indonesia, berpotensi mengancam stabilitas Negara, dan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. (Lihat buku: Mengenal dan mewaspadai penyimpangan Syiah di Indonesia, Tim Penulis MUI Pusat, hal 131).
Puluhan ulama dari Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persis yang tergabung dalam Aliansi Nasional Anti Syiah mengunjungi Komisi VIII DPR dan diterima oleh anggota dewan di Ruang Mahkamah Kehormatan Dewan. Mereka datang untuk mengadukan penodaan agama yang dilakukan oleh Syiah di berbagai daerah di Indonesia.
Hadir dalam kesempatan itu di antaranya KH. Athian Ali Dai (Ketua ANNAS) Habib Ahmad Zein Al AKaff (Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur), Farid Ahmad Okbah (pimpinan Pesantren Al Islam), KH. Atip Latiful Hayat, SH.LLM, PH.D (Calon Kandidat HakimAgung), Prof Asep Warlan Yusuf (Guru Besar Ilmu Hukum Unpar), KH. Lailurrahman (BASRA), KH. Kholil Ridwan (Ketua MUI), KH Ali Kharar (Ulama Madura), Amin Djamaluddin (LPPI), dan masih banyak lagi. Fahmi Salim Lc, MA (Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah).
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2015/02/05/keberadaan-icc-bentuk-intervensi-pemerintah-iran-kepada-indonesia.html#sthash.Eyy8b2s0.dpuf