Selasa, 07 April 2015

FATWA K.H. HASYIM ASY'ARI (PENDIRI NU) TENTANG SYI'AH

(Fatwa dan Himbauan)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
K.H. Hasyim Asy'ari
Sejak masa-masa awal pendirian NU pada 31 Januari 1926, Kyai Hasyim Asy'ari sudah mengeluarkan rambu-rambu dalam soal aqidah Islamiyah. Kyai Hasyim memiliki keyakinan bahwa Syiah memiliki perbedaan yang mendasar dalam berbagai ajarannya dengan ajaran Ahlus Sunnah wal-Jamaah 

Jauh-jauh hari sebelum Khomeini mencuci otak pemuda-pemuda kita di Iran dan melalui mereka mengexport revolusi Syi'ahnya ke Indonesia, KH Hasyim Asy'ari (pendiri NU) ketika membuat "QANUN ASASI LI JAM'IYYAH NAHDLATUL ULAMA", beliau sudah mewanti-wanti agar kaum "NAHDLIYYIN" berpegang teguh dengan aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah (Syafi'i, Maliki, Hanafi dan Hambali) serta waspada dan tidak mengikuti Madzhab Syi'ah Imamiyyah (ROFIDHOH) dan Syi'ah Zaidiyyah. Hal mana karena keduanya adalah AHLI BID'AH.
Meskipun pada masa itu di Indonesia aliran Syiah belum sepopuler sekarang, namun Kyai Hasyim sudah memberikan sinyal problema yang akan ditimbulkan oleh ajaran kelompok ini. Peringatan itu ia keluarkan agar warga NU ke depan berhati-hati dalam menyikapi fenomena perpecahan umat akibat ajaran yang bertentangan dengan ajaran Ahlu Sunnah wa-Jamaah. Diantara karya Kyai Hasyim yang mengupas masalah Syiah adalah :
1. Muqaddimah Qanun Asasi li Jam’iyyah Nahdlatul Ulama',
2. Risalah Ahlu al-Sunnah wal Jama’ah, al-Nur al-Mubin fi Mahabbati Sayyid al-Mursalin, dan
3. al-Tibyan fi Nahyi 'an Muqatha'ah al-Arham wa al-Aqrab wa al-Akhwan.
==================================
Dalam halaman 7 (tujuh) Qanun Asasi tersebut beliau menyampaikan Hadits Rosulillah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, yang berbunyi:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (إِذَا ظَهَرَتِ الْفِتَنُ أو الْبِدَعُ , وَسُبَّ أَصْحَابِي , فَعَلَى الْعَالِمِ أَنْ يُظْهِرَ عِلْمَهُ , فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ , وَالْمَلاَئِكَةِ , وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ لاَ يَقْبَلُ اللَّهُ مِنْهُ صَرْفًا ، وَلاَ عَدْلاً.) (أخرجه الخطيب فى الجامع بين أداب الراوى والسّامع)
"Apabila timbul fitnah atau Bid'ah, dimana Sahabat Sahabatku dicaci maki, maka setiap orang yang berilmu diperintahkan untuk menyampaikan ilmunya (menyampaikan apa yang ia ketahui mengenai kesesatan Syi'ah). Dan barang siapa tidak melaksanakan perintah tersebut, maka dia akan mendapat laknat dari Alloh dan dari Malaikat serta dari seluruh manusia. Semua amal kebajikannya, baik yang berupa amalan wajib maupun amalan sunnah tidak akan diterima oleh Alloh". [Dikutip oleh K.H. Hasyim Asy'ari, pendiri NU, dalam kitab Muqaddimah Qanun Asasi, hal.7]
Berbagai bukti, dari dulu hingga kini, Syiah memang tidak henti-hentinya memberikan cacian terhadap sahabat-sahabat Nabi utama seperti Abu Bakar ash-Shiddiq, 'Umar bin Khaththab dam Utsman bin 'Affan radhiyallahu 'anhum.
Sedang dalam kitab "al-Tibyan" Kyai Hasyim memaparkan pada hampir setiap halaman, kutipan-kutipan pendapat para ulama salaf tentang keutamaan sahabat dan laknat bagi orang yang mencelanya. Diantara ulama yang banyak dikutip adalah Ibnu Hajar al-Asqalani, dan al-Qadli Iyyadh. Secara khusus Syaikh Hasyim mengutip hadits yang ditulis Ibnu Hajar dalam Al-Shawa'iq al-Muhriqah, yang menghimbau agar para ulama yang memiliki ilmu meluruskan penyimpangan golongan yang mencaci sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam itu.
Kemudian di halaman 9 (sembilan) Qanun Asasi tersebut beliau juga berfatwa, bahwa Madzhab yang paling benar dan cocok untuk di ikuti di akhir zaman ini adalah empat Madzhab, yakni Syafi'i, Maliki, Hanafi dan Hambali (keempatnya Ahlussunnah Wal Jamaah).
Selanjutnya beliau berkata, "Selain empat Madzhab tersebut juga ada lagi Madzhab Syi'ah Imamiyyah (ROFIDHOH) dan Syi'ah Zaidiyyah, tapi keduanya adalah Ahli Bid'ah, tidak boleh mengikuti atau berpegangan dengan kata-kata mereka".
Adapun mengenai Assawadul A'dhom (golongan terbanyak) sebagai tanda golongan yang selamat dan akan masuk Surga, maka di halaman 9 (sembilan) Qanun Asasitersebut, KH Hasyim Asy’ari telah mengutib sabda Rosululloh Shollallahu 'Alaihi Wa Sallam. sbb:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اتَّبِعُوا السَّوَادَ الْأَعْظَم.
"Ikutlah kalian kepada Assawadul A'dhom (Golongan terbanyak)"
Menanggapi Hadits Assawadul A’dhom tersebut, KH Hasyim Asy’ari berfatwa: “Karena fakta membuktikan bahwa empat Madzhab, yakni Syafe’i, Maliki, Hanafi dan Hambali (kesemuanya Ahlussunnah Wal Jamaah) tersebut merupakan Madzhab yang paling banyak pengikutnya, maka barang siapa mengikuti Madzhab empat tersebut berarti mengikuti Assawadul A’dhom dan siapa saja keluar dari empat Madzhab tersebut, berarti telah keluar dari Assawadul A'dhom ”.
Dengan adanya fatwa fatwa tersebut diatas, jelas bagi kita bahwa KH. Hasyim Asy'ari sudah berusaha agar kaum Nahdiyyin berpegang teguh dengan empat Madzhab Ahlussunnah serta waspada dan tidak sampai terpengaruh dengan propaganda Syi’ah.
>> Namun yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, bagaimana dengan oknum pengurus NU yang sampai sekarang menjadi jurkamnya Syi’ah dan terus berusaha mensyiahkan orang-orang NU ?
Demikian telah kami sampaikan kepada pembaca terutama kepada kaum Nahdliyyin, fatwa fatwa serta himbauan dari Hadratusy-Syaikh KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Jam’iyah Nahdlatul Ulama, ayah dari KH.Yusuf Hasyim.
Semoga fatwa dan himbauan diatas bermanfaat dan dapat menambah wawasan kita semua.
sumber;http://nafas-diri.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar