(Fatwa dan Himbauan)
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
K.H. Hasyim Asy'ari
K.H. Hasyim Asy'ari
Sejak masa-masa awal pendirian NU pada
31 Januari 1926, Kyai Hasyim Asy'ari sudah mengeluarkan rambu-rambu
dalam soal aqidah Islamiyah. Kyai Hasyim memiliki keyakinan bahwa Syiah
memiliki perbedaan yang mendasar dalam berbagai ajarannya dengan
ajaran Ahlus Sunnah wal-Jamaah
Jauh-jauh hari sebelum Khomeini mencuci
otak pemuda-pemuda kita di Iran dan melalui mereka mengexport revolusi
Syi'ahnya ke Indonesia, KH Hasyim Asy'ari (pendiri NU) ketika membuat
"QANUN ASASI LI JAM'IYYAH NAHDLATUL ULAMA", beliau sudah mewanti-wanti
agar kaum "NAHDLIYYIN" berpegang teguh dengan aqidah Ahlussunnah Wal
Jamaah (Syafi'i, Maliki, Hanafi dan Hambali) serta waspada dan tidak
mengikuti Madzhab Syi'ah Imamiyyah (ROFIDHOH) dan Syi'ah Zaidiyyah. Hal
mana karena keduanya adalah AHLI BID'AH.
Meskipun pada masa itu di Indonesia
aliran Syiah belum sepopuler sekarang, namun Kyai Hasyim sudah
memberikan sinyal problema yang akan ditimbulkan oleh ajaran kelompok
ini. Peringatan itu ia keluarkan agar warga NU ke depan berhati-hati
dalam menyikapi fenomena perpecahan umat akibat ajaran yang
bertentangan dengan ajaran Ahlu Sunnah wa-Jamaah. Diantara karya Kyai
Hasyim yang mengupas masalah Syiah adalah :
1. Muqaddimah Qanun Asasi li Jam’iyyah Nahdlatul Ulama',
2. Risalah Ahlu al-Sunnah wal Jama’ah, al-Nur al-Mubin fi Mahabbati Sayyid al-Mursalin, dan
3. al-Tibyan fi Nahyi 'an Muqatha'ah al-Arham wa al-Aqrab wa al-Akhwan.
==================================
Dalam halaman 7 (tujuh) Qanun Asasi
tersebut beliau menyampaikan Hadits Rosulillah Shallallahu 'Alaihi Wa
Sallam, yang berbunyi:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (إِذَا ظَهَرَتِ الْفِتَنُ أو الْبِدَعُ , وَسُبَّ
أَصْحَابِي , فَعَلَى الْعَالِمِ أَنْ يُظْهِرَ عِلْمَهُ , فَإِنْ لَمْ
يَفْعَلْ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ , وَالْمَلاَئِكَةِ , وَالنَّاسِ
أَجْمَعِينَ لاَ يَقْبَلُ اللَّهُ مِنْهُ صَرْفًا ، وَلاَ عَدْلاً.)
(أخرجه الخطيب فى الجامع بين أداب الراوى والسّامع)
"Apabila timbul fitnah atau Bid'ah,
dimana Sahabat Sahabatku dicaci maki, maka setiap orang yang berilmu
diperintahkan untuk menyampaikan ilmunya (menyampaikan apa yang ia
ketahui mengenai kesesatan Syi'ah). Dan barang siapa tidak melaksanakan
perintah tersebut, maka dia akan mendapat laknat dari Alloh dan dari
Malaikat serta dari seluruh manusia. Semua amal kebajikannya, baik yang
berupa amalan wajib maupun amalan sunnah tidak akan diterima oleh
Alloh". [Dikutip oleh K.H. Hasyim Asy'ari, pendiri NU, dalam kitab
Muqaddimah Qanun Asasi, hal.7]
Berbagai bukti, dari dulu hingga kini,
Syiah memang tidak henti-hentinya memberikan cacian terhadap
sahabat-sahabat Nabi utama seperti Abu Bakar ash-Shiddiq, 'Umar bin
Khaththab dam Utsman bin 'Affan radhiyallahu 'anhum.
Sedang dalam kitab "al-Tibyan" Kyai
Hasyim memaparkan pada hampir setiap halaman, kutipan-kutipan pendapat
para ulama salaf tentang keutamaan sahabat dan laknat bagi orang yang
mencelanya. Diantara ulama yang banyak dikutip adalah Ibnu Hajar
al-Asqalani, dan al-Qadli Iyyadh. Secara khusus Syaikh Hasyim mengutip
hadits yang ditulis Ibnu Hajar dalam Al-Shawa'iq al-Muhriqah, yang
menghimbau agar para ulama yang memiliki ilmu meluruskan penyimpangan
golongan yang mencaci sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam itu.
Kemudian di halaman 9 (sembilan) Qanun
Asasi tersebut beliau juga berfatwa, bahwa Madzhab yang paling benar
dan cocok untuk di ikuti di akhir zaman ini adalah empat Madzhab, yakni
Syafi'i, Maliki, Hanafi dan Hambali (keempatnya Ahlussunnah Wal
Jamaah).
Selanjutnya beliau berkata, "Selain
empat Madzhab tersebut juga ada lagi Madzhab Syi'ah Imamiyyah (ROFIDHOH)
dan Syi'ah Zaidiyyah, tapi keduanya adalah Ahli Bid'ah, tidak boleh
mengikuti atau berpegangan dengan kata-kata mereka".
Adapun mengenai Assawadul A'dhom
(golongan terbanyak) sebagai tanda golongan yang selamat dan akan masuk
Surga, maka di halaman 9 (sembilan) Qanun Asasitersebut, KH Hasyim
Asy’ari telah mengutib sabda Rosululloh Shollallahu 'Alaihi Wa Sallam.
sbb:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اتَّبِعُوا السَّوَادَ الْأَعْظَم.
"Ikutlah kalian kepada Assawadul A'dhom (Golongan terbanyak)"
Menanggapi Hadits Assawadul A’dhom
tersebut, KH Hasyim Asy’ari berfatwa: “Karena fakta membuktikan bahwa
empat Madzhab, yakni Syafe’i, Maliki, Hanafi dan Hambali (kesemuanya
Ahlussunnah Wal Jamaah) tersebut merupakan Madzhab yang paling banyak
pengikutnya, maka barang siapa mengikuti Madzhab empat tersebut berarti
mengikuti Assawadul A’dhom dan siapa saja keluar dari empat Madzhab
tersebut, berarti telah keluar dari Assawadul A'dhom ”.
Dengan adanya fatwa fatwa tersebut
diatas, jelas bagi kita bahwa KH. Hasyim Asy'ari sudah berusaha agar
kaum Nahdiyyin berpegang teguh dengan empat Madzhab Ahlussunnah serta
waspada dan tidak sampai terpengaruh dengan propaganda Syi’ah.
>> Namun yang menjadi pertanyaan
sekarang adalah, bagaimana dengan oknum pengurus NU yang sampai
sekarang menjadi jurkamnya Syi’ah dan terus berusaha mensyiahkan
orang-orang NU ?
Demikian telah kami sampaikan kepada
pembaca terutama kepada kaum Nahdliyyin, fatwa fatwa serta himbauan
dari Hadratusy-Syaikh KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Jam’iyah Nahdlatul
Ulama, ayah dari KH.Yusuf Hasyim.
Semoga fatwa dan himbauan diatas bermanfaat dan dapat menambah wawasan kita semua.
sumber;http://nafas-diri.blogspot.com
sumber;http://nafas-diri.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar